Resensi oleh Noviane Asmara
Because The Undead Have Feelings Too
Penulis : Tim Collins
Penerjemah : Harisa Permatasari
Penyunting : Musa Annaqi
ISBN : 978-602-98377-1-1
Tebal : 283 Halaman
Harga : Rp 37.900
Cover : Soft Cover
Penerbit : Kantera
Cetakan I : Februari 2011
Fakta membuktikan bahwa, sifat tengil, konyol dan rasa narsis serta sikap lebay itu ternyata bukan hanya milik (bocah) manusia. Tetapi sifat ini menyerang juga pada (seorang) vampir. Kenapa ? Because the Undead have feelings too―karena makhluk abadi juga mempunyai perasaan.
Terima kasih buat Noura Asiah yang sudah meminjamkan buku kocak ini. Paradigma saya terhadap vampir, berubah total setelah mengetahui bahwa kaum vampire pun ternyata bisa berlaku tengil dan konyol, tidak jahat atau menyeramkan seperti kebanyakan cerita mitostentang vampir.
Bila berniat untuk membaca buku ini, maka bersiaplah untuk melakukan beberapa persiapan. Misalnya, usahakan saat membaca buku ini, tidak ada orang yang berada dalam satu ruangan yang sama dengan kita, bila tidak ingin dicap sebagai orang stress karena tiba-tiba tertawa sampai guling-guling di lantai. Dan siapkan juga 1 kotak tisu, karena efek samping yang ditimbulkan dari membaca buku ini adalah―kita akan tertawa lepas yang bisa tanpa jeda, sampai berurai air mata, i bukan karena sedih, tapi lebih karena rasa geli tingkat tinggi. Dan satu lagi, perut kita akan terasa keram karena terlalu banyak tertawa.
Penasaran kan?
Namaku Nigel.
Umurku lima belas tahun jalan seratus tahun. (bingung yah?)
Mempunyai Ibu dan Ayah yang sudah dianggap sebagai orangtua kandung dan juga seorang adik perempuan yang tidak seibu dan tidak pula seayah. (bingung lagi yah?)
Dan aku adalah seorang vampir.
Makananku adalah darah golongan A rhesus positif, walaupun aku akan lebih senang jika meminum darah golongan O rhesus negatif, yang ayahku bilang sebagai Champagne-nya darah.
Bawang putih atau pun aromanya, bagiku bukan hal yang menakutkan, tapi aku lebih takut terhadap napas kopi Mr. Wilson, guru matematika-ku.
Tapi, walau kenyataannya aku adalah vampir, tapi aku tidak mempunyai kelebihan yang seharusnya dimiliki oleh seorang vampir.
Aku tidak mempunyai kekuatan dan kecepatan layaknya seorang vampir, sejak aku diubah, dan ini bukan salahku.
Alih-alih bisa menanamkan rasa takut pada jantung manusia perempuan seperti vampir lainnya yang selama berabad-abad ini berjalan, aku justru merasakan gugup luar biasa.
Dan untuk memenuhi rasa lapar serta hausku, aku hanya tinggal minum darah botolan saja, tanpa harus repot-repot berburu. Karena aku tidak punya kekuatan untuk itu, dan orangtua-kulah yang melakukannya dengan senang hati. Dan memang sudah sepatutnya mereka melakukannya untukku, demi alasan yang aku tidak pernah minta.
Diari si Vampir Tengil ini berisi jurnal harian Nigel―vampir laki-laki berusia lima belas tahun, dan akan selalu berusia lima belas tahun, walau sebenarnya ia hampir berusia seratus tahun. Dan merupakan diarinya yang pertama.
Dimulai hari Sabtu,1 Januari, ia mulai menuliskan semua kegiatan dan perasaannya di dalam sebuah diari.
Serangkaian peristiwa sampai hari Jumat, 22 Juli, dengan tekun ia tuangkan ke dalam diari ini.
Sebagai seorang vampir, Nigel tidak punya kelebihan dan keistimewaan apa-apa yang seharusnya sudah dimiliki oleh kaum vampir. Ia tetap seorang yang lemah dan gampang ditindas, kurang percaya diri dan anti-sosial. Ia merasakan hari yang telah dilewatinya selama hampir seratus tahun tidak menyenangkan, alih-alih membosankan.
Karena sifatnya yang anti-sosial itulah, akhirnya mengantarkan ia bergabung dengan geng gotik, alih-alih geng tangguh atau geng pupuler di sekolahnya.
Sampai suatu hari ia bertemu dengan Chloe, siswi baru di sekolahnya. Ia jatuh cinta pada Chloe, karena ia sebagai makhluk abadi juga memiliki perasaan. Tapi ia tak mempunyai keberanian untuk menyatakan perasaannya, sampai akhirnya Chloe kedapatan berkencan dengan Wayne, seorang siswa yang Nigel anggap sebagai saingan terberatnya.
Lucunya, walaupun Nigel adalah vampir yang sangat biasa―karena nyaris tidak ada yang bisa dibanggakan dari dirinya, tapi ia teramat sangat narsis.
Lihatlah pikiran-pikiran narsis dan tengil si Vampir Tengil ini.
Kenapa gairah terlarang ini mengambil alih hidupku? Kenapa aku harus jatuh cinta dengan seorang manusia fana? Aku adalah predator yang mengintai sisi bukit yang diterangi cahaya bulan, dan Chloe adalah domba yang menyebabkanku terbakar gairah.
Saat jam makan siang aku duduk di samping Chloe di perpustakaan. Setiap kali aku menatapnya, Chole menunduk menatap bukunya alih-alih melakukan kontak mata. Seharusnya, aku bisa memesonanya dengan keindahanku yang mendalam dan menggetarkan, tapi sama sekali tidak ada tanda-tanda semua itu.
Seandainya aku bisa memberi tahu hal yang sebenarnya padamu, Chloe! Saat Wayne sudah berusia paruh baya dan botak, aku akan tetap ada di sini untukmu, masih tetap semuda dan semenarik biasanya; Atau setidaknya, tetap semuda biasanya.
Diari ini ditulis Nigel dengan apa adanya. Ia menuliskan perasaan rasa sukanya yang besar pada Chloe, menuliskan daftar teman saingannya dalam merebut hati Chloe lengkap bersama daftar ‘Tingkat Rasa Suka’ dan ‘Tingkat Ancaman’. Ia juga banyak menuliskan puisi cinta untuk Chloe, yang ia pikir bahwa puisi-puisi itu bisa mengetarkan hati Chloe.
SANG PEMBURU
Seandainya aku sang penggigit, kenapa aku yang digigit?
Seandainya aku sang penyerang, kenapa aku yang diserang?
Seandainya aku sang pemburu, kenapa aku yang diburu?
Oleh keputusasaan?
SANG PREDATOR
Akulah sang predator
Yang ingin menyedot darahmu
Jadi bagaimana mungkin
Kau yang menyedot kehidupan dari dalam diriku
Dengan penolakan?
Ini menyebalkan.
#catatan untuk diri sendiri: Cari kesempatan untuk menerbitkan puisi.
Kita akan tertawa guling-guling ketika membaca dua puisi di atas, yang dianggap sebagai puisi terbehat oleh si Vampir Tengil itu. Apalagi ia bermaksud untuk menerbitkan puisi tersebut.
Lain lagi tulisan Nigel ketika ia sedang merasa merana dan kesepian karena ditinggal pergi mendaki oleh keluarganya. Ia merasa dunia akan membunuhnya dan akhirnya ia akan berakhir dengan melayang-layang di luar angkasa selamanya.
Teganya dunia yang kejam ini membiarkanku berada sangat dekat dengan kebahagian, lalu merenggutnya dariku?
Rasanya seperti melihat pelangi sekilas saja, lalu dikutuk dalam kegelapan. Rasanya seperti mendengar music yang indah, lalu dikutuk dalam kesunyian. Rasanya seperti mencium napas guru matematika.
Aku benar-benar terpuruk hingga ke dasar.
Banyak sekali hal-hal lucu yang dituliskan Nigel dalam buku hariannya. Kekuatan buku ini selain dari penulisannya yang mencerminkan “kita banget” walaupun kita manusia, juga adanya gambar ilustrasi yang langsung bisa membuat imajinasi kita sempurna danm serasa benar-benar melihat polah tengil si Vampir Tengil ini.
Ternyata terbukti, bukan hanya manusia yang memiliki perasaan, tapi makhluk abadi pun memiliki perasaan juga.
Ingin tertawa lebih lepas sampai guling-guling di lantai? Coba saja intip Diari si Vampir tengil ini. Sekali mengintip halaman pertama, dipastikan akan ketagihan untuk mengintip halaman selanjutnya, sampai tak terasa sudah berakhir di tanggal 22 Juli.
Saya pun tidak sabar untuk mengintip Diari si vampire Tengil kedua yang saya yakin akan lebih seru dan kocak, karena mengusung tema ‘Prince of Darkness’.
Tim Collins adalah seorang penulis dan copywriter di sebuah perusahaan iklan yang tinggal di London. Dia telah menerbitkan sepuluh buku yang telah terjual lebih dari 100.000 eksemplar. Dia telah menulis beberapa majalah dan surat kabar, dan buku-bukunya banyak dipromosikan di TV dan radio.
Buku-buku beliau selain The Diary of Wimpy Vampire yang telah diterbitkan:
1. Behind the Lost Symbol
2. The Northern Monkey Survival Guide
3. The Little Book of Twitter
4. The Book Club Bible
5. The Baldies’ Survival Guide
6. The Ginger Survival Guide
7. Are you a Greek?
8. The Little Book of Internet Dating
9. School Rules
10. Mingin’ or Blingin
0 comments:
Post a Comment