Resensi: Noviane Asmara
Detail Buku :
Penulis : Shu Yi
Penerjemah : Pangseti Bernardus
Penyunting : M. Sidik Nugraha
ISBN : 978-979-024-205-0
Ukuran : 13 x 20,5 cm
Tebal : 545 Halaman
Cover : Soft Cover
Penerbit : Serambi
Terbit : Februari 2010
Tubuhmu berada di satu tempat, tetapi hatimu berada ditempat lain ( hal 544 )
Kalimat singkat yang berada di penghujung cerita itu sempat membuat aku terlonjak dan merasa ditampar, bagaimana tidak? Karena kalimat itu mempunyai sejuta makna dah kenangan buat aku pribadi.
Apa artinya hidup ini tanpa bisa berada disisi seseorang yang kita cintai. Seseorang yang ingin dilihat saat bahagia dan menjadi tempat melampiaskan amarah saat sedih dan terluka. Aku akan hidup seperti zombie.
Zhao Mei mengalami itu semua. Cintanya yang mendalam untuk Sun Jiayu,malah mengakibatkan ia kehilangan kekasihnya itu. Kekuatan cinta memang luar biasa, cinta mampu membuat seseorang wanita menjadi Superwomen. Walau kadang kekuatan itu tidak dibarengi ketenangan dan kecerdikan. Pikiran seakan telah tertutup dengan cinta. ,“Love is Blind “.
Zhao Mei hanyalah seorang gadis lugu yang sedang belajar musik. Perkenalannya dengan Sun Jiayu terjadi tanpa sengaja. Sun Jiayu semula adalah kekasih sahabat juga teman serumahnya, Peng Weiwei. Namun cinta Peng Weiwei malah membuat hubungannya dengan Sun Jiayu menjadi tidak harmonis dan berakhir dengan perpisahan.
Siapa yang bisa mengira jika lelaki yang diidam-idamkan selama ini adalah Sun Jiayu, seorang pedagang besar yang telah membuat sahabatnya di negara asing, bertemu dengan teman senegara justru membuat mereka makin dekat, hingga tanpa disadari Mei dan Jiayu saling menyukai. Sekuat apapun Mei berusaha melawan pesona Sun Jiayu, namun terlalu kuat untuk diabaikan.
Selalu saja ada orang yang mengambil kesempatan disaat orang kesusahan, tidak perduli orang itu sudah dianggap sahabatnya sendiri. Justru setelah sepanjang saat menolong banyak orang, disaat Jiayu membutuhkan pertolongan, hanya sedikit yang bersedia membantunya
Kepolosan dan kenaifan Mei sering kali tanpa ia sadari membuat Jiayu terkena masalah.Namun walau bagaimanapun, Jiayu tetap memuja Mei. Hingga akhir hayatnya, Jiayu tetap menganggap Mei adalah "perempuanku"
Kisah dibuku ini ditutup dengan sangat manis dan sangat menyentuh oleh sebuah puisi cinta. Ijinkan aku mengutip penggalan dari puisinya yang begitu dalam .
Apalah artinya namaku bagimu? Nama itu tak berjiwa
Dia akan menghilang, seperti raungan kecil
Dari gelombang yang menghantam tepian di kejauhan
Seperti suara riuh malam di hutan lebat!...
Penulisan Novel ini mengingatkanku pada Novel Cinta yang aku tulis tahun 2002 lalu, yang aku ikut sertakan dalam lomba penulisan Novel Cinta tahun 2009, walaupun sedih novelku tidak memenangkan lomba jadi teringat temanku, Truly, yang berjuang keras menjadi Editor untuk Novelku itu, dimana dalam setiap babnya, selalu dibuka oleh sebuah puisi cinta yang syarat dengan makna dan tentunnya romantis seperti dalam Novel First Love Forever Love ini.
Satu lagi yang aku suka dari Novel ini adalah kovernya, yang bernuansa Pink dan Kuning serta background Pantai, hanya mimkc muka si Gadis di Kover itu, menurutku kurang terlihat sendu, bila mengingat isi dari cerita Novelnya
0 comments:
Post a Comment