Resensi Noviane Asmara
Penulis : Ardina Hasanbasri
Penyunting : Jia Effendie
Penyelaras : Ida Wajdi
ISBN : 978-979-024-468-9
Ukuran : 13 x 20,5 cm
Tebal : 313 Halaman
Harga : Rp 39.900
Cover : Soft Cover
Penerbit : Atria
Cetakan: I, Januari 2011
Saya merasa senang, akhirnya Atria tidak hanya menerbitkan buku-buku terjemahan saja, tetapi sudah mulai berani menerbitkan buku lokal, hasil goresan anak bangsa.
Awalanya saya tidak menduga bahwa buku ini adalah buku yang ditulis oleh penulis lokal, karena ketika membaca judulnya “Silver Stone”, yang menggunakan bahasa asing, saya berpikiran bahwa ini adalah buku terjemahan.
Tapi memang bebarapa waktu belakangan ini, ada banyak bermunculan buku cerita atau novel yang bergenre fiksi fantasi hasil penulis-penulis berbakat Indonesia, yang hampir seluruh judul buku mereka menggunakan Bahasa Inggris. Mungkin pemakaian Bahasa Inggris dalam judul, bermaksud agar buku tersebut lebih terdengar mendunia atau mungkin agar lebih familiar saja.
Buku Silver Stone ini terdiri dari tujuh bab, di mana setiap babnya terdiri atas bebarapa sub bab. Tujuh bab itu adalah:
Sang Putri
Anak Tukang Kayu
Sang Pangeran
Para Monster
Naga
Batu
Sang Kesatria
Yang unik dan hebat dari setiap bab ini adalah terdapat kata-kata pembuka yang merupakan kalimat bijak atau pepatah yang merupakan sari dari bab-bab tersebut dan merangkum cerita yang ada di dalam setiap babnya. Dan sebagai pemanis, dalam setiap bab ini juga, dibuat indah dengan hadirnya gambar siluet dari judul bab yang tercantum. Misalnya siluet seorang putri dari bab Sang Putri, atau siluet lucu tapi cukup mengerikan yang mewakili Siluet Sang Monster. Sangat kreatif dan manambah nilai tambah untuk buku ini.
Terdapat satu kalimat pembuka yang menjadi favorit saya. Kalimat pembuka pada bab Anak Tukang Kayu.
Sama halnya seperti sebuah cerita, setiap orang memiliki keunikan mereka masing-masing. Keunikan itu bias menjadi kelemahan atau bias jadi penentu kehebatan. Semua tergantung pada orangnya. Namun, kadang kita merasa berkecil hati bila mendengar tanggapan orang-oarang mengenai kita. Akhirnya kita terjebak dalam situasi di mana potensi diri tidak dapat berkembang seutuhnya. Tak aka nada yang berubah, kecuali kita sendiri yang ingin mengubahnya.
Buku yang menceritakan tentang seorang Putri dari sebuah kerajaan yang melarikan diri ini, berakhir dengan kebahagian atau happy ending.
Cerita yang disuguhkan cukup menarik, khasnya sebuah buku dongeng. Banyak keterlibatan tokoh di dalamnya. Seperti Penyihir, Naga, Pangeran, Keluarga Tukang Kayu dan lainnya. Tetapi saya sempat merasa kelabakan saking banyaknya nama tokoh yang harus saya ingat. Apalagi nama-nama tokohnya sudah sering muncul di dalam buku-buku cerita fiksi fantasi atau dongeng yang pernah saya baca sebelumnya. Andai saja namanya sedikit berbau nama Indonesia, mungkin tidak akan membuat saya disorientasi akan tokoh yang ada. Dan mungkin pula ceritanya akan lebih lucu.
Dikisahkan Putri dari Kerajaan Meza, Alyssa Adora Celeste, pergi melarikan diri dari istananya, tepat seminggu sebelum hari pertunangannya. Bersama sang pengasuh yang juga pengawal pribadinya, Pasque, Putri Alyssa bertualang ke luar istana tanpa rencana dan tanpa tujuan. Alyssa melarikan diri karena ia merasa tertekan akan kehidupan di istananya, terutama ketika harus berhadapan dengan aturan dan etiket sebagai seorang Putri Raja. Ia pun merasa kesal akan sikap Theda, neneknya dan juga para sepupunya yang selalu menuntut ia berlaku sepantasnya dan selayaknya seorang Putri Raja.
Di tengah pelariannya, Alyssa bersama Pasque, bertemu dengan dua orang tua. Tepatnya dua kakek. Kakek-kakek itu secara fisik sangat jauh berbeda, tetapi meraka mempunyai kesamaan, yaitu sama-sama seorang Penyihir Senior. Penyihir tua pertama adalah Maxim. Ia mempunyai benda magis yang diyakininya sebagai benda paling hebat di jagat raya. Sebuah Batu berwarna Perak.
Kakek penyihir kedua pun mempunyai benda magis yang tak kalah kehebatannya dengan benda yang dimiliki oleh Max, yaitu sebuah Tongkat Emas.
Ketika Alyssa bertemu keduanya, ia ditawari untuk mencari Batu Perak. Batu ajaib yang dapat menemukn apa pun yang dicari. Akhirnya Alyssa pun menyanggupi tawaran kedua kakek itu. Usaha kabur dari istana yang awalnya tanpa tujuan, akhirnya mempunyai tujuan pasti. Mencari Batu Perak itu yang dapat membantunya mencari takdirnya sendiri.
Perjalanan berikutnya, mempertemukan Alyssa dengankeluarga tukang kayu yang mempunyai empat orang anak yang berbeda karakter.
Akhirnya salah seorang anak tukang kayu yang paling lemah dan paling pesimis, Troy menjadi teman Alyssa dalam perjalanannya mencari batu yang bisa menjawab semua pertanyaan yang diajukan padanya.
Tapi perjalanan Alyssa dalam mencari batu itu tidaklah mulus seperti yang dikiranya. Ia harus menghadapi kakak beradik dari keluarga penyihir, yaitu Mirabel dan Ronda.
Selain harus menghadapi gangguan dan tipuan dari Mirabel dan Rhonda, Alyssa, Paque dan Trooy pun harus siap berhadapan dengan teka-teki dan sambutan makhluk-makhluk yang mengerikan.
Dalam satu peristiwa yang mengharuskan ia memasuki sebuah Rumah Misterius yang diyakini terdapat batu Perak yang ia cari, Alyssa bertemu dengan Sang Pangeran, yang ternyata adalah Pangeran yang akan ditunangkan dengan Effie, teman sekaligus musuhnya yang merupakan Putri dari kerajaan tetangga.
Akhir cerita dari kisah ini, seperti kebanyakan cerita tentang seorang Putri atau seorang Pangeran dari suatu kerajaan tertentu, adalah happy ending.
Buku ini sangat cocok dibaca oleh kalangan remaja, karena temanya tidaklah terlalu rumit dan bahasanya ang mudah dimengerti.
0 comments:
Post a Comment