Wednesday, January 27, 2016

Ulangan Fisika

Image Source:http://apbootcamp.weebly.com/goodies-resources.html

Seperti anak-anak SMA biasa, gue berangkat sekolah pagi-pagi dan siap nggak siap untuk ulangan Fisika. Sampainya di sekolah, gue melihat di mejanya Revi banyak anak-anak yang nimbrung ntah lihat semut goyang perut atau kucing lahiran.

Setelah gue mendekat dan ingin ikut serta dalam perkumpulan tersebut, ternyata teman-teman gue sedang menghapalkan jawaban Fisika secara bertahap. Pasalnya, guru Fisika gue di sekolah terkenal selalu buat soal yang sama setiap semesternya, hampir.

Nggak mau ketinggalan, gue ikut ngumpul dan menghapalkan jawabannya satu-satu dan berusaha sebisa mungkin agar ditangkep sama otak gue yang setara sama biji melinjo ini. Sialnya, karena jam bel masuk sudah berbunyi, gue cuma bisa menghapalkan sedikit soal dari keseluruhan soal.

Lima menit berselang, akhirnya guru gue masuk ke dalam kelas. Nama beliau adalah Pak Ridin, Pak Ridin ini mempunyai pesona senyuman yang dapat meluluhkan hati wanita siapa saja yang melihatnya. Ini serius. Beliau adalah orang Medan asli dan pasti kalian sudah pada tau cara orang Medan mengajar itu seperti apa, tegas dan menegangkan.

Setelah beliau memberikan soal ujian ke masing-masing anak, beliau langsung berkata:

"Waktunya eempat puluh meenit dari seekarang," dengan logat bataknya yang kental.
"Mampus!!" sahut gue dalam hati.

Memang, gue sempat terpesona sama senyuman beliau yang lucu (baca: kejam) waktu beliau mengajar di kelas, tapi kalau cuma segini waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal Fisika dalam bentuk essay, mending gue balik ke rumah terus tidur. Oke, gue akuin, pas ngerjain soal lembar kesatu sama kedua otak gue masih terlihat lancar kaya jalan tol. Tapi pas ngerjain soal lembar ketiga, otak gue mulai berimajinasi sendiri dan berhenti kaya mobil keabisan bensin. Singkat cerita, akhirnya gue mengerjakan soal tersebut dengan jurus ninja dimana tembak-menembak suriken adalah fokus utamanya, jenius! #senyumbego



reff : http://novatri9.blogspot.com/2013/12/ulangan-fisika.html

Kebakaran Membawa Senyuman

Image Source:http://kartununited.blogspot.com/2007_08_01_archive.html

Secara umum, kebakaran bisa terjadi oleh beberapa faktor. Faktor yang gue sebut disini adalah faktor yang berhubungan dengan 3K. Yaitu kecerobohan, ketidaksengajaan, dan kepolosan pelaku. Mungkin cerita gue di bawah ini menyangkut ke dalam faktor terakhir, yaitu kepolosan pelaku. Ya, memang sedikit beruntung apabila dalam suatu kasus kebakaran, pihak berwajib telah diberikan alasan/pembelaan karena faktor kepolosan oleh sang pelaku, dan pelaku pun bebas begitu saja tanpa ada hukuman yang mengiringinya, enak ya.

?Selamat pagi, berdasarkan laporan dari pihak terkait, untuk sementara sodara kami tetapkan menjadi tersangka karena terlibat dalam kasus pembakaran.?

?Tidak pak, saya melakukan itu semua karena kepolosan saya, saya tidak tahu apa-apa, saya dari desa, bebaskan saya pak, bebaskan saya.?

?Hmm, dalam undang-undang kepolisian memang ada pengecualian akan alasan itu. Baiklah, anda bebas sekarang.?

?Terima kasih pak, terima kasih.?

Mulai ngawur. tapi itu yang gue alami dalam cerita di bawah ini. dimana menjadi pelaku yang lolos dalam kasus pembakaran, dan hilang sebagai buronan.

"Tok tok tok. Assalamu'alaikum..."

Pagi menjelang siang, kian lama suara ketuk pintu dan ucapan salam terus terdengar. Bahwasannya, dihari itu sedang ada acara keluarga dari sodara nyokap. Karena nyokap gue termasuk orang keturunan Padang asli, mulai dari uni, uda, sampai yang unyu unyu kaya lemang bambu pun (baca: bayi) juga ada dirumah gue. Pokoknya saat itu udah kaya lagi rapat besar tapi ngomongnya pakai bahasa daerah Sumatra Barat, lanca bana. Ada sodara gue namanya Yasin, dengan rambut lurus model bams samsons dengan perutnya yang gempal, dia langsung ngajakin gue untuk main keluar.

Yasin: ?Eh nov, maen keluar yuk! jalan kaki aja."
Gue: ?Maen apaan sin? Oh iya, nyari kumbang emas aja yuk!"
Yasin: ?Kumbang emas? Wah boleh-boleh. Nanti kita jual dapet uang, Nov. Kan emas mahal."
Gue: ?Kumbangnya bukan dari emas *nepokpala. Tapi warnanya emas , Sin.?
Yasin: ?Ohh.. Bilang dong. Yaudah yuk langsung cari aja.?

Catatan penting : Penulis masih kelas 4 SD.

Lengkaplah gue sama seekor marsupilami ini menyusuri setiap tepi jalan daerah rumah gue untuk mencari apa itu yang namanya kumbang emas. Kalau bisa dibilang, penampilan gue berdua dulu udah kaya gembel monas kehilangan emaknya, miris lihatnya. Mungkin untuk kalian yang masih penasaran bentuk kumbang emas itu seperti apa, gambarnya ada dibawah ini:


Kumbang Emas
Oh iya, sewaktu gue cari kumbang emas untuk difoto dan dimasukkan ke dalam cerita ini, gue inget, ternyata masih ada satu spesies kumbang lagi yang gue cari pada saat dulu, yaitu:

Kumbang Macan Tutul

Tapi, karena dulu gue sama saudara gue yang mirip bams samsons ini (asli mirip) lebih tertarik untuk mencari kumbang yang ada kemungkinan bisa dijual, akhirnya gue cuma mencari kumbang emas untuk sementara waktu. Soalnya saat itu gue berpikir, kalau gue nangkap banyak-banyak kumbang macan tutul, tidur gue pasti nggak bakal tenang, gue pasti bakal didatengin banyak macan tutul di dalam mimpi. Lain lagi kalau gue nangkap kumbang emas banyak-banyak, antara dapet emas di dalam mimpi atau nggak hajat orang yang warnanya emas yang penting masih ada kesempatan walaupun itu 50:50. Gue pun mulai ketawa kecil kalau inget pemikiran ini.

Akhirnya, setelah udah terkumpul segenggam kumbang emas di tangan gue dan dipenuhi oleh fesesnya alias tokainya, gue pun langsung nyamperin Yasin untuk ngumpulin kumbangnya di kantong plastik. Tapi naas, bukannya bantuin untuk mencari kumbang juga, dia malah asik mainan korek gas di pinggir jalan, great.

Gue: "Eh sin, elu bukan bantuin nyari kumbang malah maenan aja. Nemu dimana tuh korek gas?".
Yasin: "Di tengah jalan nov, masih nyala lho!".
Gue: "Gue minjem dong sin, mau nyoba juga!".
Yasin: "Nih," sambil menjulurkan tangan ke gue.
Gue: "Oh iya masih nyala, keren lagi warna biru apinya. Bakar apa kek yuk, Sin!? sahut gue.
Yasin: "Itu disana ada rumput kering (baca: gubuk jerami), Nov. Coba aja bakar, tapi dikit aja".
Gue: "Oke!" mengiyakan dengan begonya.


Ntah karena IQ gue pada saat itu lagi jongkok atau emang dasarnya polos setelah denger perkataan sodara gue tadi, tanpa mikir panjang gue pun langsung menuju gubuk jerami sambil nyalain korek gas yang ada di tangan gue. Tujuan utama untuk mencari kumbang emas pun hilang diwaktu yang bersamaan.

Awal masalah.

Setelah berhasil menyalakan korek gas tadi, gue mencoba membakar atap gubuk jerami secara perlahan-lahan. Tapi percobaan gue yang pertama ini gagal karena banyaknya angin yang lalu lalang di tempat kejadian. Karena belom puas sama percobaan yang pertama, gue mencoba percobaan yang kedua. Dan syukur, percobaan kedua pun berhasil sesuai dengan harapan. Sekali lagi, karena kepolosan gue yang nggak ada ampun, gue langsung ngarahin korek gas tersebut ke atap gubuk dan melihat apa yang terjadi.

Sedikit...Mulai menjalar...Mulai membesar...

Yasin: ?Asik kebakaran...?
Gue: ?Asik.... hah? kebakaran?? SIRAM SIN SIRAMMM, GUBUKNYA KEBAKARANNN!!?
Yasin: *tap tap tap* Yasin lari meninggalkan gue.
Gue: ?SIN TUNGGUIN GUE SIN, TUNGGUINNN!!?

Gue pun ikut lari di belakangnya.

Dengan tenaga tersisa, sampainya di rumah gue langsung masuk ke kamar nyokap buat bersembunyi dari kenyataan. Gue menyingkap kaki dan mulai berpikir, kalau gue ketahuan sebagai dalang dari kasus kebakaran tadi, pasti gue langsung dijeblosin ke penjara sama pihak kepolisian. Otomatis, gue nggak bisa liat nyokap bokap gue lagi, gue nggak bisa main PS 1 gue lagi, dan mungkin gue nggak bisa kencing sembarangan lagi untuk waktu yang cukup lama. Intinya, gue nggak mau jadi penjahat yang ditangkap karena alasan kepolosan gue.

Udah cukup gue menjadi penjahat. Semenjak kejadian itu, gue trauma main-main keluar. Gue juga nggak tau bagaimana perasaan yang punya gubuk kalau lihat gubuknya udah nggak kebentuk lagi, apalagi karena ulah mahkluk macam gue. Tapi untungnya, gue cukup kenal sama wajah pemilik gubuk yang dulu, dimana sekarang beliau menjadi penjual kue cubit keliling di sekitar rumah gue, dan gue adalah pelanggannya.

Mungkin cuma ini yang bisa gue lakukan untuk melunasi kesalahan gue pada jaman dulu, dengan memborong kue cubitnya apabila sedang berpapasan dengan beliau. Jujur, ingin gue bercerita yang sebenarnya ke beliau tentang kejadian yang merenggut tempat rehatnya dulu, tapi setelah gue melihat senyum tulus dan kebahagian yang beliau pancarkan saat dagangannya laku, gue menarik keinginan itu.

Kebakaran yang membawa senyuman.

Itulah sebuah senyuman yang gue liat dari sosok beliau. Senyuman yang dapat melupakan masa lalu dan memancarkan senyuman untuk menjalani kehidupan yang ada di depannya. Gue juga nggak tau beliau ingat atau nggak tentang kejadian tersebut. Tapi dari kasus kebakaran dulu, gue pun mendapatkan pelajaran. Dimana saat kalian melihat seseorang tersenyum kepadamu, pastikan kalian telah berbuat baik kepadanya, walaupun kenyataan pahit telah berlalu. #senyumbahagia



reff : http://novatri9.blogspot.com/2014/02/kebakaran-membawa-senyuman.html

Tuesday, January 26, 2016

Dok, Guntingnya Mana?

Image Source:http://temananak.com/membantu-si-kecil-mengatasi-rasa-takut/

Saat kecil, untuk beberapa kaum adam (baca: laki-laki) yang ingin beranjak remaja pasti pernah melewati kewajiban maupun tradisi yang disebut sunat ataupun khitanan. Seperti yang kalian tahu, sunat atau khitanan adalah proses dimana hilangnya sebagian kulit dari alat kelamin laki-laki dan menjadi ajang kepedihan massal apabila dilakukan secara bersama-sama di muka bumi. #fact

Sunat atau khitanan pun dilakukan dengan berbagai cara dan media. Contoh pertama mungkin adalah sunat dengan menggunakan media laser, dimana apabila laser tersebut ditembakkan di sekitar alat kelamin pria, maka kulit tersebut akan terlepas sesuai keinginan dokter yang menangani. Beda lagi jikalau yang menggunakan media ini adalah anak yang berumur 7-10 tahun. Karena mereka belum bisa membedakan laser mana yang digunakan untuk sunat maupun laser mana yang dijual di tukang mainan, tidak menutup kemungkinan keselamatan alat kelamin pasien akan terancam.

Yang kedua adalah sunat dengan menggunakan media gunting. Prosedur yang diterapkan dalam media ini cukup praktis dan dinamis. Dimana sang dokter menggunakan sistem 3D untuk sang pasien. Yaitu Dibius, Digunting, dan Dijahit. Mungkin, sunat dengan media ini terkesan simpel dan tidak bertele-tele bagi kebanyakan orang. Tapi kalau untuk gue pribadi, rasa sakit maupun pilu yang dirasakan saat sunat dengan media ini sangat begitu nyata dan terasa. Oke, kali ini gue akan cerita...

Cerita ini bermula saat gue di kelas 6 SD.

Bokap: ?Minggu depan nova disunat ya, siap nggak?? bokap melempar pertanyaan ke gue.
Gue: ?Hah? nggak mau pa, sunat kan sakit,? gue mengelak.
Bokap: ?Nggak sakit kok, cuma pas disuntiknya aja kaya digigit semut, setelah itu udah tenang.?
Gue: ?Nggak ah, waktu itu aja pas abang selesai disunat langsung nangis-nangis gitu.?
Bokap: ?Itu kan gara-gara kamu lempar bola tenis ke abang kamu terus kena itunya, ya langsung nangis lah,? kata bokap menjelaskan.
Gue: ?......?

Hening sejenak.

Sunat? Yeay, akhirnya minggu depan gue disunat juga (baca: tidakkkkkk!). Proses dimana gue bisa melepas masa kekanakkan gue, dan bisa menghadapi masa pubertas secara perlahan.

Waktu dulu, gue suka parno sendiri kalau denger kata-kata yang berhubungan dengan sunat, sampai-sampai gue buat slogan: say no to drugs sunat! di depan pintu kamar gue. Walaupun slogan tersebut berhasil gue terapkan, tapi banyak dari sebagian anggota keluarga gue mencoba menghilangkan paradigma negatif dari sunat itu sendiri dan ngedukung gue untuk berani menghadapi kewajiban ini. Mulai dari nyokap, bokap, sampai kakak perempuan, semuanya ngedukung gue untuk nggak takut dengan apa itu yang namanya sunat. Tapi berbeda dengan abang gue, dia selalu menjadi awan gelap yang mendorong gue buat jauh-jauh dengan kata sunat, eek emang.

Adit: ?Hayolohh...hayolohh,? abang gue menggoda.
Gue: ?Apasih bang, orang sunat nggak sakit?
Adit: ?Nanti disunat pakai kapak hayolohh...? terus menggoda.
Gue: ?Orang pakai gunting weee...?
Adit: ?Kalau guntingnya kelupaan gimana? ya tinggal ngambil kapak di gudang dong.?
Gue: ?Maa, abang maa...? gue lari ke nyokap.
Adit: ?Hahahahaha...?

Abang gue malah ketawa lepas. Dasar primata langka.

Seraya gue menumbuhkan keberanian untuk disunat, gue sempat ngebayangin bagaimana rasanya jikalau disuntik dibagian ?you know what i mean? untuk pertama kali. Apa benar cuma kaya digigit semut aja? atau jangan jangan kaya digigit ikan piranha? oh no. Intinya, pada saat itu gue udah percaya sama bokap kalau disunat itu nggak seseram dengan apa yang dibayangkan. Palingan cuma mencekam dan memilukan, itu aja tambahan dari bokap.

Mendekati hari eksekusi, keberanian gue untuk menjalankan sunat semakin menebal, yang nggak lain bersumber dari dukungan keluarga yang tiada putus-putusnya diberikan. Selain itu, gue juga banyak dibekali lafadz-lafadz Al-Quran oleh nyokap untuk dibaca nanti jikalau ritual penyunatan sudah berlangsung, di antaranya:

1. Kalau pas celana ingin dibuka: ucapkan bismillah.
-?Iya ma...?

2. Kalau mau disuntik sama dokternya: ucapkan bismillah.
-?Iya ma...?

3. Kalau proses jahit-menjahit sedang berlangsung: baca surat-surat pendek masing-masing 3x.
-?Iya ma...?

4. Kalau dokternya ngantuk terus jahitnya asal-asalan: baca istighfar secukupnya, setelah itu boleh teriak.
-?iya ma... Hahh???

Untungnya, karena tempat gue disunat nanti adalah di rumah gue sendiri, baik persiapan maupun antisipasi kecelakaan prosedur sunat pun sudah dipersiapkan matang oleh keluarga gue. Mulai dari kotak P3K, plester luka, kain kasa, lakban pengganti perban, alkohol pengganti betadine, semuanya sudah siap untuk digunakan.

Hari eksekusi. Di rumah saat pagi hari.

Bokap: ?Gimana, udah siap??
Gue: ?Siap dong pa,? sahut gue yakin.
Nyokap: ?Jangan takut ya sayang...? nyokap mencoba menenangkan.
Gue: ?Iya ma...?
Adit: ?Selamat menikmati hari ini ya. Ahahaha...? abang gue ketawa lagi.
Gue: ?iya bang iyaaak...?

Detik-detik yang gue tunggu akhirnya tiba, dengan motor bebek yang dibawa sang dokter dan assistennya seolah-olah membuat gue merasa tenang untuk disunat. Saat waktu tepat menunjukkan jam enam pagi, banyak terdengar suara kokok ayam yang saling bersahutan satu sama lain. Oke, mungkin ini adalah suara terakhir yang bakal gue denger di hari ini, hari yang nggak gue lupain sepanjang hidup gue.

Dokter: ?Iya, dengan siapa namanya, dek?? tanya dokter ke gue.
Gue: ?Nova, dok. Hehe,? gue ketawa unyu, padahal takut.
Dokter: ?Oh nova, yaudah yuk langsung baringan aja.?

Pada saat itu, gue berpikir kalau si dokter mau ngajak tidur bareng secara langsung.

Dokter: ?Nah, baca bismillah dulu ya...?
Gue: ?Bismillahirrohmanirrohim...?

Setelah itu, gue pasrah dengan keadaan. Dokter pun meminta gue untuk membuka sarung yang gue kenakan secara rapih di bawah pinggang. Mungkin karena gue nggak tau malu, gue langsung membuka sarung gue di depan dokternya dan munculah bayi burung gereja di hadapannya. Yap, pasti kalian tau kata tersirat yang gue maksud sebelumnya.

Dokter: ?Disuntik dulu ya.?
Gue: ?Iya dok,? gue siap-siap gigit bantal.

30 detik kemudian.

Dokter: ?Dah, rasanya nggak sakit kan?, disuntik lagi ya dek biar kebal.?
Gue: ?Hah? disuntik dua kali, dok??
Dokter: ?Iya.?
Gue: Dalam hati, ?Ambillah nyawa ini ya Tuhan, ambillah.?

Tahap awal yang buruk.

Oke, mungkin untuk tahap tadi gue masih bisa tenang karena nyokap sama bokap mendukung gue dari belakang. Suasananya pun udah mulai terasa kondusif untuk gue pribadi. Tapi setelah gue denger kata dokter setelah ini adalah tahap pengguntingan, gue mulai angkat tangan dan lemes seketika.

Dokter: ?Mba, tolong ambilkan gunting saya ya, di tas kecil paling depan,? minta dokter ke assistennya.
Assisten Dokter: ?Iya, dok.?

Setelah 2 menit berselang.

Assisten Dokter: ?Dok, guntingnya mana ya? kok nggak ada dok,? sambil terus merogo-rogo tas sang dokter.

Dokter: ?Hah? bukannya ada mba, coba sini saya cek.?

Sesaat si dokter mengecek isi tasnya, gue akhirnya bisa bernapas lega. Kalau emang gunting sang dokter beneran ilang, gue akan mengalami penundaan rasa sakit untuk sementara waktu. Dan mungkin, gue nggak akan disunat di hari itu juga, yeah! ini adalah keajaiban yang diberikan Tuhan sama gue.

10 menit kemudian.

Bokap: ?Gimana dok, sudah ketemu guntingnya?? tanya bokap penasaran.
Dokter: ?Belum pak, sebentar saya coba cek di jok motor dulu,? sang dokter berdiri dan berjalan keluar rumah.
Bokap: ?Cepat ya dok, takut obat biusnya habis.?

CUAKEEEEP! Dalam hati, gue menari-menari riang bagaikan penari balet yang lagi tampil di atas panggung. Akhirnya gue nggak jadi disunat, akhirnya gue nggak jadi disunat, makasih ya Tuhan, makasih. Kata-kata itu selalu terlintas di otak gue dengan indahnya. Kalau gue bayangin, analoginya itu udah kaya mau ditembak senapan angin tapi yang keluar malah semprotan air, tegangnya itu langsung hilang pas mau di eksekusi.

Dokter: ?Nah, ini guntingnya udah ketemu, yuk lanjut,? sang dokter berjalan masuk.
Gue: ?Mati,? sahut gue dalam hati.

Dan ya, dengan mimik muka sang dokter yang terlihat ingin balas dendam ke gue, dengan sigapnya beliau langsung menggunting bayi burung gereja gue dengan perlahan. Awal masalah terjadi pada tahap ini.

Gue: ?Ouuuhhh.... aaaaah... ouch.....? gue bersuara parau kaya korban banci Thailand.
Dokter: ?Wuahahahaha, saatnya saya balas dendam hei anak kecil, rasakkan sayatan ini, rasakkan...? kata sang dokter dalam hatinya.

?SRET!? suara aneh terdengar.

Gue: ?ADOOOOOH, SAKITTTTTTTTTTT!!? gue langsung teriak kesakitan.
Dokter: ?Sebentar ya dek, sedikit lagi ya...?
Gue: ?UDAH DOK, UDAHHHHH...?
Nyokap: ?Astaghfirullah...?
Adit: ?Terusin aja dok, terusin wuahahahaha.?

Abang gue malah ketawa (lagi), syiittt.

Dalam tahap ini, omongan bokap ternyata menjadi kenyataan. Efek obat bius yang seharusnya dapat menahan rasa sakit dari proses sunat itu sendiri malah mulai nggak bereaksi secara utuh dengan badan gue. Dapat kalian bayangkan sakitnya seperti apa? sakitnya seperti kalian suka sama seseorang tapi ternyata orang tersebut mempunyai alat kelamin dua alias ganda, itu.
Image Source: www.google.com

Dokter: ?Sudah nih, tinggal dijahit ya hehe. Oh ya, dapet ranking nggak dek di sekolahnya??
Gue: ?Nggak dapet dok, hehe...? dalam hati: ?TUNTASKAN SAJA DOK SUNATNYAAA!! TUNTASKAAAN!!?

Nggak lama kemudian, tahap pengguntingan selesai. Tahap selanjutnya, siksa kubur.

Beberapa menit menahan sakit yang nggak ketulungan, sampailah gue di segmen akhir ritual ini. Dengan keadaan obat bius yang nggak mempan dan latar suasana yang mulai memilukan, mau nggak mau gue harus siap untuk dijahit. Gue juga nggak mau nyokap gue kawatir dan nangis kalau gue teriak kesakitan layaknya suara boyband kalau lagi nyanyi di atas panggung. Pokoknya, gue harus lulus ditahap ini. Harus!

Gue: ?ADOOOOOOHHH, SAKITTTTTTTT,? gue teriak lagi.
Dokter: ?Sebentar lagi ya, sebentar lagi.?
Gue: DOK, UDAHHH DOOOOOK, UDAHHHHHHH,? gue mulai menggeliat-liat kaya penari erotis.
Dokter: *Plak* ?LU BOCAH BERISIK BANGET SIH!!?

Dokternya langsung jitak kepala gue? ya nggak lah, ngawur.

Dokter: ?Iya iya, ini jahitan yang terakhir ya dek...?
Gue: ?Adooohhhh....adooohhohoho....? gue merintih kesakitan.
Dokter: ?Nah, sudah selesai semuanya dek, tinggal diperban ya.?
Gue: ?Adooohoho, adoohoho...? gue masih merasakan keperihan.

Akhirnya, akhirnya selesai juga ya Tuhan.

Udah cukup, udah cukup gue menerima rasa pedih untuk hari ini. Dengan melewati perjuangan yang begitu berat dan menyakitkan, akhirnya semua tahap-tahap dari prosedur sunat pun bisa gue lalui dengan kemenangan. Tidak lupa, gue mau berterima kasih kepada keluarga dan sanak saudara yang ngedukung gue untuk menjalankan kewajiban ini, khususnya kepada nyokap gue yang selalu memanjatkan doa untuk kelancaran operasi kecil (baca: sunat) untuk gue pribadi.

Mungkin, dari cerita di atas ada pelajaran kecil yang bisa gue ambil. Kita janganlah takut dengan kewajiban yang ada di masa depan, tapi takutlah jika kita tidak melakukan, dan kita juga harus menerima atau mendengarkan baik semua dukungan, walaupun itu hanya sebatas sebuah perkataaan. Jadi, intinya janganlah takut untuk menghadapi masa depan, itulah jalanmu, dan itulah pilihanmu. Jalankan aja, selama do'a terus dipanjatkan. #senyum_seorang_psikolog_gadungan


reff : http://novatri9.blogspot.com/2014/05/dok-guntingnya-mana.html

Kisah Fabel Rubah dan Kelinci

Sebuah petani memiliki pertanian dan perternakan yang besar, pertaniannya terdiri dari tanaman jagung, umbi, ketela pohon, melon dan semangka sedangkan hewan peternakannya adalah sapi, domba, kerbau dan kelinci. Setiap hari hewan-hewan ternak itu digembalakan di lapangan yang luas, kecuali para kelinci mereka tidak digembalakan di lapangan luas tersebut tapi mereka dibuatkan sebuah tempat datar yang ditanami rumput dan sayuran namun tempat itu dikelilingi pagar besi. Para hewan ternak yang digembalakan di lapagan luas itu kerap saja di serang oleh para rubah dan serigala beberapa bulan terakhir sudah 4 ekor domba yang hilang karena dibawa oleh serigala, rubah sering membawa anak-anak domba yang masih kecil untuk dia mangsa.

Maka sang petani memutuskan untuk memelihara beberapa anjing gembala untuk melindungi para ternak dari serangan serigala. Kehadiran anjing-anjing tersebut memberikan dampak yang baik bagi hewan-hewan ternak mereka merasa aman akan kehadiran para anjing yang menjaganya dan para serigala harus berhati-hati jika ingin memangsa seekor domba karena mereka harus berhadapan langsung dengan anjing-anjing gembala.

Suatu hari seekor rubah berjalana menuju peternakan untuk mencari makanan, rubah itu menuju lapangan dimana dia bisa membawa seekor anak domba untuk dia makan, namun dari kejauhan dia melihat beberapa ekor anjing gembala yang ukurannya sangat besar sedang berjaga-jaga. Rubah tidak mau ambil resiko untuk menangkap seekor anak domba maka dia berpikir untuk mencari hewan ternak lain, setelah beberapa saat sang rubah mengalihkan perhatiannya ke tempat kandang-kandang hewan ternak.

Sang rubah mendatangi kandang-kandang hewan-hewan ternak itu dan memeriksanya satu persatu karena merasa aman dari para anjing sang rubah memeriksanya dengan santai dan kebetulan dia melihat beberapa ekor kelinci berbadan gemuk sedang mengunyah rumput-rumput di dalam kandang yang dikelilingi oleh pagar.

Rubah mencoba masuk ke kadang tersebut namun tubuhnya terlalu besar untuk dapat masuk ke sela-sela besi, seekor kelinci mendatangi sang rubah yang berusaha untuk masuk dan mengejek sang rubah, sang kelinci terus saja mengejek rubah hingga rubah merasa gusar, kelinci melihat sang rubah mencoba untuk meraihnya namun usahanya gagal dan sang kelincipun terus saja mengejeknya tanpa henti.

Sang rubah yang mendapatkan ejekan itu kini duduk dan melihat kearah sang kelinci dengan tatapan yang menakutkan lalu tidak lama kemudian sang rubah pergi meninggalkan kandang tersebut sambil berkata ?Tuan kelinci jika saja kau berada di luar sana memakan rumput dengan asiknya sambil menengok kanan dan kirimu, kemudian aku datang pastinya kau akan lari terbirit-birit. Jadi jangan khawatir tuan kelinci aku tidak akan dendam kepadamu karena yang meledeku bukanlah dirimu tapi kandang besi ini.? mendengar sang rubah berkata seperti itu sang kelinci diam lalu mengejeknya kembali. Sang rubah pergi tanpa menghiraukan sang kelinci.




reff : https://agusfiroziakbar.wordpress.com/2015/05/30/kisah-fabel-rubah-dan-kelinci/

Monday, January 25, 2016

Dongeng Anak – Anak Itik Buruk Rupa

itikPada zaman dahulu di sebuah peternakan hidup seekor induk itik. Ia sedang mengerami telurnya. Sudah tiba waktunya telur-telur itu menetas. Satu persatu enam ekor anak itik keluar dari telur. Induk itik menghitung, ada enam ekor anak itik. Tapi masih ada satu telur belummenetas. Telur itu lebih besar dari telur yang lain.

Induk itik mulai tidak sabar. Ia ingin membawa anak-anaknya mencari makanan, tapi ia harus menunggu telur terakhir itu menetas. Induk itik sudah ingin meninggalkan telur itu, tapi telur itu mulai pecah dan muncullah seekor anak itik.

Enam anaknya berbulu kuning, anak itik ini bulunya berwarna kelabu. Tubuhnya juga lebih besar, lehernya lebih panjang. Anak itik yang aneh sekali.

Meskipun heran melihat anak itik yang baru menetas itu, induk itik tetap sayang kepadanya. Ia membawa semua anaknya ke luar kandang untuk mencari makanan.

?Hai, ibu itik,? sapa seekor ayam. ?Anak-anak sudah menetas??

?Tapi mengapa yang satu itu jelek sekali??

?Selamat pagi, bu ayam.? kata induk itik sambil berjalan terus bersama tujuh anaknya.

Beberapa merpati sedang makan. Ketika keluarga itik lewat, mereka menyapa dengan ramah. Mereka juga bertanya mengapa anak itik itu berbeda dengan saudara-saudaranya.Induk itik balas menyapa, tapi tidak mengatakan apa-apa tentang anaknya.

Anak itik kelabu itu makan lebih banyak dari saudaranya dan tubuhnya cepat sekali bertambah besar. Makin ia besar, makin ia tampak berbeda dengan anak itik yang lain.

Tiap kali mereka berjalan-jalan di peternakan, hewan-hewan lain mengejek mereka. Induk itik hanya berjalan cepat-cepat sambil menunduk. Anak-anak itik lain merasa kesal karena ikut diolok-olok hewan lain. Mereka tidak mau bermain dengannya bahkan tidak mau dekat dengannya.

Induk itik menyayanginya seperti saudara-saudaranya, tapi anak itik tahu ibunya sedih karena ia jelek sekali. Ia sering menangis sedih ketika ibu dan saudaranya sudah tidur.

Pada suatu hari anak itik pergi meninggalkan peternakan. Ia berjalan sampai ke sebuah kolam. Di sana banyak burung sedang minum dan mandi.

?Apakah bapak atau ibu pernah melihat anak itik berbulu kelabu seperti aku?? tanya anak itik.

?Aku tidak pernah melihat anak itik yang bulunya kelabu seperti kamu,? kata seekor bangau.

?Setahuku, anak itik bulunya kuning,? kata burung kecil berbulu cokelat. ?Mungkin kamu bukan anak itik.?

Anak itik berjalan lagi. Tiap bertemu hewan lain, ia selalu bertanya apakah mereka pernah bertemu anak itik berbulu kelabu seperti dia. Tak satu pun pernah bertemu dengan anak itik yang mirip dengannya.

Anak itik menyesal sudah kabur dari peternakan, tapi ia juga tidak tahu jalan pulang. Ia berjalan saja terus, mencari makan seadanya dan tidur di dekat semak-semak.

Pada suatu pagi, anak itik masih tidur. Seorang nenek menangkapnya dan membawanya pulang. Nenek itu memasukkannya ke kandang ayam dan memberinya makanan.

?Kau sudah kenyang,? kata nenek. ?Sekarang bertelurlah.?Tiap hari nenek itu mengambil telur ayam di kandang. Ia juga memeriksa apakah anak itik bertelur.

Suatu hari, nenek itu melihat anak itik belum bertelur juga. ?Tak apa-apa kalau kamu tidak bisa bertelur,? katanya. ?Ayo makan lebih banyak supaya kamu gemuk.?

Anak itik bertanya kepada ayam-ayam betina tetangganya di kandang. ?Mengapa aku tidak bisa bertelur??

?Kamu itik jantan,? jawab seekor ayam cokelat sambil tertawa, ?Mana bisa kamu bertelur??

?Nenek mau membuatmu gemuk, kamu akan dipotong dan dimasak menjadi gulai,? kata seekor ayam putih.

Anak itik ketakutan. Sejak itu ia tidak mau makan. Tubuhnya menjadi kurus dan lemah. Pada suatu hari, setelah mengambil telur, nenek lupa menutup pintu kandang. Anak itik segera lari ke luar kandang dan pergi lauh-jauh.

Anak itik sampai di sebuah kolam besar. Udara sangat dingin, saat itu musim gugur. Sebentar lagi musim dingin. Beberapa jenis burung terbang ke daerah yang udaranya lebih hangat di selatan dan tinggal di sana selama musim dingin. Anak itik tidak mempunyai tempat tinggal dan tidak dapat terbang ke selatan. Bahkan ia tidak tahu apakah itik juga terbang ke selatan.

Musim dingin tiba. Salju turun, udara sangat dingin. Kolam tempat tinggalnya membeku. Ia tidak dapat menemukan makanan. Akhirnya ia hanya diam saja, menggigil kedinginan.

Seorang petani datang. Ia mengambil anak itik itu. Anak itik ingat kepada nenek yang mau memasaknya. Ia ketakutan, tapi tubuhnya terlalu lemah untuk melawan.

Petani itu membawanya pulang. Ia memanggil anak-anaknya. ?Lihat apa yang ayah temukan.,? katanya. ?Kasihan, ia hampir beku. Bawa dia ke tempat yang hangat dan berilah makanan.?

Anak-anak petani merawatnya dengan penuh sayang. Anak itik mejadi kuat kembali, bahkan bertambah gemuk dan sehat. Anak itik tidak berani melarikan diri karena sekarang masih musim dingin. Ia sudah bertekat, begitu udara tidak terlalu dingin, ia akan segera kabur. Ia tidak mau menjadi gulai itik.

Tapi ternyata ia salah sangka. Musim semi tiba. Petani dan anak-anaknya membawa anak itik ke kolam tempat ia ditemukan hampir mati beku.?Pergilah,? kata petani. Mereka menunggu anak itik masuk ke kolam lalu mereka pergi.

Anak itik berenang di kolam. Tiba-tiba sekawanan angsa datang dan mendarat di kolam. Bulu mereka putih bersih. Leher mereka panjang dan indah.

Anak itik takut mereka akan mengejeknya. Ia berenang menjauh. Tapi seekor angsa memanggilnya, ?Hai, kenapa kami tidak pernah melihatmu??
?Kamu tidak tinggal di sini?? tanya angsa lain

Angsa-angsa yang lain ikut memperhatikannya. Anak itik menunduk. Ia melihat bayangannya di permukaan kolam. Betapa terkejutnya ia, bukan anak itik jelek yang dilihatnya, tapi seekor burung putih cantik seperti angsa-angsa yang mengerumuninya. Anak itik yang buruk rupa tidak pernah menyadari bahwa ia sebenarnya adalah seekor angsa.

The post Dongeng Anak ? Anak Itik Buruk Rupa appeared first on Kumpulan Dongeng Indonesia.



reff : http://www.dongeng.web.id/dongeng-anak-anak-itik-buruk-rupa.html

Hikayat Putmaraga

Tersebutlah sebuah keluarga miskin yang tinggal di desa Kalampaian. Keluarga itu terdiri dari seorang ibu dan anak lelaki satu-satunya. Putmaraga nama anak lelaki itu. Sepeninggal sang ayah, kehidupan keluarga itu bertambah kesulitan. Kerap Putmaraga dan ibunya merasakan kekurangan.

Pada suatu malam ibu Putmaraga bermimpi didatangi seorang nenek renta. Si nenek renta berujar kepadanya, ?Galilah tanah di belakang rumahmu, di antara pohon nangka.?

Keesokan harinya ibu Putmaraga mengajak anaknya untuk menggali tanah di belakang rumahnya sesuai pesan nenek renta dalam impiannya. Tidak mereka duga, mereka menemukan sebuah guci Cina yang sangat besar. Isi guci besar itu membuat ibu Putmaraga dan Putmaraga amat tercengang. Mereka mendapati intan dan berlian yang sangat banyak jumlahnya di dalam guci.
Kumpulan Legenda Cerita Rakyat Dari Kalimantan Selatan

Kumpulan Legenda Cerita Rakyat Dari Kalimantan Selatan

Putmaraga memberikan usulnya, ?Kita bawa intan dan berlian ini kepada Kepala Suku. Kita tanyakan kepada beliau, kepada siapa kita hendaknya menjual intan dan berlian ini.?

Ibu Putmaraga setuju dengan usul anaknya. Mereka lantas membawa intan dan berlian temuan mereka itu kepada Kepala Suku.

Kepala Suku menyarankan agar mereka membawa intan dan berlian itu ke Medangkamulan. Katanya, ?Raja Medangkamulaan terkenal kaya raya. Ia tentu mampu membeli intan dan berlian kalian yang sangat mahal harganya ini.?

Ibu Putmaraga akhirnya meminta anaknya itu berangkat menuju Medangkamulan. Ia berpesan agar anaknya itu senantiasa bersikap jujur dan tidak sombong. ?Lekas engkau kembali setelah berhasil menjual intan dan berlian ini.?

Putmaraga berjanji akan mematuhi semua pesan ibunya. Dengan menumpang sebuah kapal besar milik seorang saudagar, Putmaraga akhirnya tiba di Medangkamulan. Benar seperti saran Kepala Suku, Raja Medangkamulan bersedia membeli intan dan berlian itu dengan harga yang pantas. Raja Medangkamulan malah menyarankan agar Putmaraga tinggal di Medangkamulan.

Putmaraga lantas berdagang. Usaha perdagangannya membuahkan hasil yang banyak baginya. Di Medangkamulan itu Putmaraga terus membesarkan usaha dagangnya hingga beberapa tahun kemudian Putmaraga telah dikenal sebagai seorang saudagar yang sangat berhasil. Ia adalah saudagar terkaya di Medangkamulan.

Raja Medangkamulan sangat terkesan dengan semangat dan usaha Putmaraga. Ia pun menikahkah salah satu putrinya dengan Putmaraga. Usaha dagang Putmaraga kian membesar setelah ia menjadi menantu Raja Medangkamulan.

Putmaraga menyatakan kepada istrinya bahwa ia masih mempunyai ibu. Ia bahkan menjanjikan kepada istrinya untuk menemuinya ibunya. Karena janjinya itu maka istrinya berulang-ulang menyatakan keinginannya untuk bertemu dengan ibu Putmaraga itu. Karena terus didesak istrinya, Putmaraga tak lagi bisa mengelak. Ia segera memerintahkan kepada anak buahnya untuk menyiapkan kapal yang besar lagi mewah miliknya yang akan digunakannya untuk berlayar ke kampung halamannya.

Setelah berlayar beberapa waktu Iamanya, kapal besar lagi mewah milik Putmaraga itu akhirnya merapat di pelabuhan Banjar, di wilayah asal Putmaraga. Dalam waktu tak berapa lama kedatangan Putmaraga dengan kapal miliknya itu menyebar diketahui warga. Kekaguman warga pun tertuju pada Putmaraga, seseorang yang dahulu mereka kenal hidup miskin bersama ibunya.

Tak terkirakan gembira dan bahagianya hati Ibu Putmaraga ketika mendengar kedatangan anaknya. Sampan kecilnya segera dikayuhnya menuju tempat di mana kapal anaknya tengah merapat. Kerinduannya bertahun-tahun kepada anaknya itu hendak dituntaskannya. Seketika mendekati kapal yang besar lagi mewah itu, Ibu Putmaraga lantas menyebutkan kepada penjaga kapal, ?Saya ini ibu Putmaraga. Sampaikan kepada Putmaraga, saya ingin bertemu dengannya.?

Dari geladak kapalnya, Putmaraga melihat kedatangan ibunya. Mendadak ia merasa malu hati mengakui jika perempuan tua yang berpakaian lusuh lagi kumal itu adalah ibunya. Putmaraga menolak kedatangan ibunya dan bahkan memerintahkan kelasinya untuk mengusir ibunya. Katanya keras-keras seraya bertolak pinggang,

?Usir perempuan tua buruk rupa yang mengaku ibu kandungku itu! Ia bukan ibuku! Ia hanya mengaku-ngaku!?

Tak terkirakan terperanjatnya Ibu Putmaraga mendengar ucapan anaknya. Ia berusaha keras untuk menyadarkan anaknya, namun Putmaraga tetap juga menolak untuk mengakui sebagai anaknya. Bahkan, ketika istrinya pun turut menyadarkan, Putmaraga tetap bersikukuh jika perempuan tua itu bukan ibunya.

Ibu Putiparaga bergegas pulang ke rumahnya. Ia mengambil ayam bekisar jantan dan ikan ruan yang dahulu dipelihara Putmaraga. Seketika ia telah kembali ke kapal besar milik Putmaraga, ia pun menunjukkan dua hewan itu seraya berkata, ?Putmaraga anakku, Iihatlah dua binatang kesayanganmu ini. keduanya tetap Ibu rawat selama engkau pergi ke Medangkamulan. Apakah engkau masih tidak percaya jika aku ini ibumu??

?Tidak!? seru Putmaraga. ?Engkau bukan ibuku! Engkau hanya perempuan tua yang mengaku-ngaku sebagai ibuku karena menginginkan harta kekayaanku! Kelasi, usir perempuan tua itu dari kapalku ini!?

Putmaraga sangat jengkel karena melihat ibunya tetap berusaha menjelaskan jika ia adalah ibu Putmaraga. Karena jengkelnya, Putmaraga lantas melempari ibunya dengan kayu-kayu. Salah satu lemparan itu telak mengena ibunya hingga ibunya jatuh terpelanting.

Ibu Putmaraga merasa putus asa. Sakit benar hatinya mendapati sikap anaknya yang durhaka terhadapnya itu. Ia pun kembali ke rumahnya seraya mengayuh sampan kecilnya. Air matanya terus bercucuran ketika meninggalkan kapal milik anaknya itu. Dengan hati remuk redam, ia pun berdoa kepada Tuhan, ?Ya Tuhan, sadarkanlah kedurhakaan anak hamba itu.?

Seketika setelah ibu Putmaraga berdoa, alam tiba-tiba menampakkan kemarahannya. Langit yang semula cerah berubah menjadi amat gelap. Awan hitam bergulung-gulung. Kilat berkerjapan laksana merobek-robek langit yang disusul dengan gelegar petir berulang-ulang. Angin topan mendadak datang, menciptakan gelombang yang menderu-deru dengan kekuatan dahsyatnya. Semua kemarahan alam itu seperti tertuju pada Putmaraga yang kebingungan serta ketakutan di dalam kapal besar lagi mewahnya.

Kapal Putmaraga seketika itu digulung gelombang air berkekuatan dahsyat.

Sadarlah Putmaraga akan kedurhakaan besarnya terhadap ibu kandungnya. Ia pun berteriakteriak meminta ampun kepada ibunya. Namun, semuanya telah terlambat bagi Putmaraga. Kedurhakaan besarnya kepada ibunya tidak berampun.

Kapal besar lagi mewah itu sirna ditelan ombak besar bergulung. Seketika alam telah kembali tenang, kapal besar lagi mewah milik Putmaraga itu mendadak menjadi batu.




reff : https://agusfiroziakbar.wordpress.com/2015/05/30/hikayat-putmaraga/

Legenda Lembah Harau

Legenda Lembah Harau

Legenda ini menceritakan, dahulunya Lembah Harau adalah lautan. Apalagi berdasarkan hasil survey team geologi dari Jerman (Barat) pada tahun 1980, dikatakan bahwa batuan perbukitan yang terdapat di Lembah Harau adalah batuan Breksi dan Konglomerat. Batuan jenis ini umumnya terdapat di dasar laut.

*******

Pada zaman dahulu kala, salah satu air terjun di Lembah Harau, menurut legenda, Raja Hindustan berlayar bersama istri dan anaknya, Putri Sari Banilai. Perjalanan ini dalam rangka selamatan atas pertunangan putrinya dengan seorang pemuda Hindustan bernama Bujang Juaro. Sebelum berangkat, Sari Banilai bersumpah dengan tunangannya, apabila ia ingkar janji maka ia akan berubah menjadi batu dan apabila Bujang Juaro yang ingkar janji, maka ia akan berubah menjadi Ular.

Namun sayangnya, dalam perjalanan kapal tersebut terbawa oleh gelombang dan terdampar pada sebuah selat (tempat tersebut sekarang dinamakan Lembah Harau). Kapal tersebut tersekat oleh akar yang membelintang pada dua buah bukit hingga akhirnya rusak.

Agar tidak karam, kapal itu ditambatkan pada sebuah batu besar yang terdapat di pinggiran bukit (bukit tersebut sekarang dinamakan Bukit Jambu). Batu tempat tambatan kapal itu sekarang dinamakan Batu Tambatan Perahu.

Setelah terdampar, Raja Hindustan bersama dengan keluarganya disambut oleh Raja yang memerintah Harau pada waktu itu. Lama kelamaan, karena hubungan baik yang terjalin, Raja Hindustan ingin menikahkan putrinya dengan pemuda setempat bernama Rambun Paneh. Satu hal lagi, untuk kembali ke negeri Hindustan juga tidak memungkinkan. Ia tidak tahu sumpah yang telah diucapkan Sari Banilai dengan tunangannya, Bujang Juaro.
Tidak berapa lama kemudian, Rambun Paneh menikah dengan Sari Banilai.

Waktu terus berjalan, dan dari perkimpoian itu lahirlah seorang putra. Suatu hari, sang kakek, si Raja Hindustan, membuatkan mainan untuk cucunya. Sewaktu asyik bermain, mainan tersebut jatuh ke dalam laut. Anak tersebut menangis sejadi-jadinya. Ibunya, Putri Sari Banilai tanpa pikir panjang langsung terjun ke laut untuk mengambilkan mainan tersebut. Sungguh malang, ombak datang menghempaskan dan menjempit tubuhnya pada dua batu besar. Sari Banilai sadar, bahwa ia telah ingkar janji pada tunangannya dahulu, Bujang Juaro. Dalam keadaan pasrah, ia berdoa pada Yang Maha Kuasa, supaya air laut jadi surut. Doanya dikabulkan, tidak berapa lama kemudian air laut menjadi surut. Ia juga berdoa agar peralatan rumah tangganya didekatkan padanya. Dan ia berdoa, seandainya ia membuat kesalahan ia rela dimakan sumpah menjadi batu. Tidak lama berselang, perlahan-lahan tubuh Putri Sari Banilai berubah menjadi batu.

The post Legenda Lembah Harau appeared first on Kumpulan Dongeng Indonesia.



reff : http://www.dongeng.web.id/legenda-lembah-harau.html

Hikayat Putmaraga

Tersebutlah sebuah keluarga miskin yang tinggal di desa Kalampaian. Keluarga itu terdiri dari seorang ibu dan anak lelaki satu-satunya. Putmaraga nama anak lelaki itu. Sepeninggal sang ayah, kehidupan keluarga itu bertambah kesulitan. Kerap Putmaraga dan ibunya merasakan kekurangan.

Pada suatu malam ibu Putmaraga bermimpi didatangi seorang nenek renta. Si nenek renta berujar kepadanya, ?Galilah tanah di belakang rumahmu, di antara pohon nangka.?

Keesokan harinya ibu Putmaraga mengajak anaknya untuk menggali tanah di belakang rumahnya sesuai pesan nenek renta dalam impiannya. Tidak mereka duga, mereka menemukan sebuah guci Cina yang sangat besar. Isi guci besar itu membuat ibu Putmaraga dan Putmaraga amat tercengang. Mereka mendapati intan dan berlian yang sangat banyak jumlahnya di dalam guci.
Kumpulan Legenda Cerita Rakyat Dari Kalimantan Selatan

Kumpulan Legenda Cerita Rakyat Dari Kalimantan Selatan

Putmaraga memberikan usulnya, ?Kita bawa intan dan berlian ini kepada Kepala Suku. Kita tanyakan kepada beliau, kepada siapa kita hendaknya menjual intan dan berlian ini.?

Ibu Putmaraga setuju dengan usul anaknya. Mereka lantas membawa intan dan berlian temuan mereka itu kepada Kepala Suku.

Kepala Suku menyarankan agar mereka membawa intan dan berlian itu ke Medangkamulan. Katanya, ?Raja Medangkamulaan terkenal kaya raya. Ia tentu mampu membeli intan dan berlian kalian yang sangat mahal harganya ini.?

Ibu Putmaraga akhirnya meminta anaknya itu berangkat menuju Medangkamulan. Ia berpesan agar anaknya itu senantiasa bersikap jujur dan tidak sombong. ?Lekas engkau kembali setelah berhasil menjual intan dan berlian ini.?

Putmaraga berjanji akan mematuhi semua pesan ibunya. Dengan menumpang sebuah kapal besar milik seorang saudagar, Putmaraga akhirnya tiba di Medangkamulan. Benar seperti saran Kepala Suku, Raja Medangkamulan bersedia membeli intan dan berlian itu dengan harga yang pantas. Raja Medangkamulan malah menyarankan agar Putmaraga tinggal di Medangkamulan.

Putmaraga lantas berdagang. Usaha perdagangannya membuahkan hasil yang banyak baginya. Di Medangkamulan itu Putmaraga terus membesarkan usaha dagangnya hingga beberapa tahun kemudian Putmaraga telah dikenal sebagai seorang saudagar yang sangat berhasil. Ia adalah saudagar terkaya di Medangkamulan.

Raja Medangkamulan sangat terkesan dengan semangat dan usaha Putmaraga. Ia pun menikahkah salah satu putrinya dengan Putmaraga. Usaha dagang Putmaraga kian membesar setelah ia menjadi menantu Raja Medangkamulan.

Putmaraga menyatakan kepada istrinya bahwa ia masih mempunyai ibu. Ia bahkan menjanjikan kepada istrinya untuk menemuinya ibunya. Karena janjinya itu maka istrinya berulang-ulang menyatakan keinginannya untuk bertemu dengan ibu Putmaraga itu. Karena terus didesak istrinya, Putmaraga tak lagi bisa mengelak. Ia segera memerintahkan kepada anak buahnya untuk menyiapkan kapal yang besar lagi mewah miliknya yang akan digunakannya untuk berlayar ke kampung halamannya.

Setelah berlayar beberapa waktu Iamanya, kapal besar lagi mewah milik Putmaraga itu akhirnya merapat di pelabuhan Banjar, di wilayah asal Putmaraga. Dalam waktu tak berapa lama kedatangan Putmaraga dengan kapal miliknya itu menyebar diketahui warga. Kekaguman warga pun tertuju pada Putmaraga, seseorang yang dahulu mereka kenal hidup miskin bersama ibunya.

Tak terkirakan gembira dan bahagianya hati Ibu Putmaraga ketika mendengar kedatangan anaknya. Sampan kecilnya segera dikayuhnya menuju tempat di mana kapal anaknya tengah merapat. Kerinduannya bertahun-tahun kepada anaknya itu hendak dituntaskannya. Seketika mendekati kapal yang besar lagi mewah itu, Ibu Putmaraga lantas menyebutkan kepada penjaga kapal, ?Saya ini ibu Putmaraga. Sampaikan kepada Putmaraga, saya ingin bertemu dengannya.?

Dari geladak kapalnya, Putmaraga melihat kedatangan ibunya. Mendadak ia merasa malu hati mengakui jika perempuan tua yang berpakaian lusuh lagi kumal itu adalah ibunya. Putmaraga menolak kedatangan ibunya dan bahkan memerintahkan kelasinya untuk mengusir ibunya. Katanya keras-keras seraya bertolak pinggang,

?Usir perempuan tua buruk rupa yang mengaku ibu kandungku itu! Ia bukan ibuku! Ia hanya mengaku-ngaku!?

Tak terkirakan terperanjatnya Ibu Putmaraga mendengar ucapan anaknya. Ia berusaha keras untuk menyadarkan anaknya, namun Putmaraga tetap juga menolak untuk mengakui sebagai anaknya. Bahkan, ketika istrinya pun turut menyadarkan, Putmaraga tetap bersikukuh jika perempuan tua itu bukan ibunya.

Ibu Putiparaga bergegas pulang ke rumahnya. Ia mengambil ayam bekisar jantan dan ikan ruan yang dahulu dipelihara Putmaraga. Seketika ia telah kembali ke kapal besar milik Putmaraga, ia pun menunjukkan dua hewan itu seraya berkata, ?Putmaraga anakku, Iihatlah dua binatang kesayanganmu ini. keduanya tetap Ibu rawat selama engkau pergi ke Medangkamulan. Apakah engkau masih tidak percaya jika aku ini ibumu??

?Tidak!? seru Putmaraga. ?Engkau bukan ibuku! Engkau hanya perempuan tua yang mengaku-ngaku sebagai ibuku karena menginginkan harta kekayaanku! Kelasi, usir perempuan tua itu dari kapalku ini!?

Putmaraga sangat jengkel karena melihat ibunya tetap berusaha menjelaskan jika ia adalah ibu Putmaraga. Karena jengkelnya, Putmaraga lantas melempari ibunya dengan kayu-kayu. Salah satu lemparan itu telak mengena ibunya hingga ibunya jatuh terpelanting.

Ibu Putmaraga merasa putus asa. Sakit benar hatinya mendapati sikap anaknya yang durhaka terhadapnya itu. Ia pun kembali ke rumahnya seraya mengayuh sampan kecilnya. Air matanya terus bercucuran ketika meninggalkan kapal milik anaknya itu. Dengan hati remuk redam, ia pun berdoa kepada Tuhan, ?Ya Tuhan, sadarkanlah kedurhakaan anak hamba itu.?

Seketika setelah ibu Putmaraga berdoa, alam tiba-tiba menampakkan kemarahannya. Langit yang semula cerah berubah menjadi amat gelap. Awan hitam bergulung-gulung. Kilat berkerjapan laksana merobek-robek langit yang disusul dengan gelegar petir berulang-ulang. Angin topan mendadak datang, menciptakan gelombang yang menderu-deru dengan kekuatan dahsyatnya. Semua kemarahan alam itu seperti tertuju pada Putmaraga yang kebingungan serta ketakutan di dalam kapal besar lagi mewahnya.

Kapal Putmaraga seketika itu digulung gelombang air berkekuatan dahsyat.

Sadarlah Putmaraga akan kedurhakaan besarnya terhadap ibu kandungnya. Ia pun berteriakteriak meminta ampun kepada ibunya. Namun, semuanya telah terlambat bagi Putmaraga. Kedurhakaan besarnya kepada ibunya tidak berampun.

Kapal besar lagi mewah itu sirna ditelan ombak besar bergulung. Seketika alam telah kembali tenang, kapal besar lagi mewah milik Putmaraga itu mendadak menjadi batu.




reff : https://agusfiroziakbar.wordpress.com/2015/05/30/hikayat-putmaraga/

Merpati Nabi Ibrahim

Aku seekor burung merpati. Aku mempunyai istri dan dua ekor anak. Kami tinggal di sebuah sarang di halaman rumah Nabi Ibrahim. Setiap pagi, beliau menyebarkan biji ? biji jagung untuk kami dan remahan roti untuk semut.

Suatu hari, istriku terlelap di samping anak ? anak. Sementara aku duduk di luar sarang. Tiba ? tiba, tangan Ibrahim menghampiriku. Aku menyerah pada tangan suci itu. Aku melihat di tangannya yang lain ada sebilah pisau. Pisau itu diarahkan ke leherku. Ketika mata pisau itu semakin mendekati leherku, istriku terbangun dan berteriak keras! ?Ayaaaaah?!!!?

Aku tidak merasakan apa ? apa. Mata pisau itu terhunjam di leherku. Suara terakhir yang kudengar adalah jeritan istriku. Lalu, aku dan tiga ekor burung lain sampai di pangkuan Ibrahim. Tak lama, kami pun terbang ke sarang masing ? masing. Kulihat, Ibrahim bersujud dan berdo?a kepada Allah.

Tiba di sarang, aku hanya mendapati kedua anakku yang menangis kelaparan. Sementara istriku tidak ada! Aku pun segera terbang menuju pinggir sungai. Tempat aku dan istriku sering bertemu. Kulihat istriku sedang bertengger di dahan pohon. Matanya menatap tajam ke arah sungai tanpa bergerak. Begitu ia melihatku, ia berteriak keras. ?Ya Tuhan, bagaimana mungkin ini terjadi? Bukankah kamu?.? Aku melihat tubuh istriku bergetar. Lalu, ia meneruskan perkataannya. ?Bagaimana kamu bisa hidup kembali? Padahal kamu telah disembelih Ibrahim? ?Tiba ? tiba, aku teringat mata pisau yang menghunjam leherku. ?Istriku, ceritakan semua yang terjadi!?

?Ibrahim telah menyembelihmu di depan mataku. Tubuhmu terpotong ? potong bersama tiga ekor brung lain. Lalu, potongan itu dicampurkan dan diletakkan di empat bukit yang berjauhan.?

?Lalu, apa yang terjadi selanjutnya?? tanyaku. ?Entahlah?.Setelah itu aku pergi ke pinggir sungai. Tiba ? tiba, kamu muncul disampingku. Tentu saja aku kaget!? Hmmm? kini aku tahu apa yang sebenarnya terjadi.

?Aku teringat kata ? kata Ibbrahim, ? Tuhanku perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati?? Kini, Allah telah memperlihatkan bukti itu melalui aku dan ketiga burung lain. Kami disembelih, kami mati, dan kami dihidupkan kembali.

Setelah itu, istriku mengajak pulang sambil membawa makanan untuk anak ? anakku. ?Alhamdulillah. Terimakasih, ya Allah!? kataku.

Dikutip dari :

Kisah Binatang dalam Al-Quran

Iqro Media




reff : https://dongengpengantartiduranak.wordpress.com/2012/02/05/merpati-nabi-ibrahim/

Asal Mula Danau Toba

Danau Toba Sumatera Utara

Danau Toba terletak di Propinsi Sumatera Utara yang dikelilingi 7 Kabupaten di sekitarnya. Danau terluar di Indonesia ini menjadi salah satu daerah wisata favorit baik wisatawan domestik maupun internasional. Untuk menyemarakkannya, setiap tahun rutin diadakan pesta danau toba yang diisi dengan berbagai kegiatan baik budaya maupun olahraga. Namun dibalik itu semua, tahukah anda bagaimana asal mula terbentuknya danau toba berdasarkan cerita rakyat? Simak cerita berikut ini.

*******

Pada zaman dahulu, Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai. ?Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar,? gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.

Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. ?Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku.? Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. ?Bermimpikah aku?,? gumam petani.

?Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata,? kata gadis itu. ?Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu,? kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.

Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. ?Dia mungkin bidadari yang turun dari langit,? gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani. ?Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! ? kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.

Setahun kemudian, kebahagiaan Petan dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri.

Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka. ?Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!? kata Petani kepada istrinya. ?Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik,? puji Puteri kepada suaminya.

Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. ?Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !,? umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.

Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.

*******

Pesan moral : Jadilah seorang yang sabar dan bisa mengendalikan emosi. Dan juga, jangan melanggar janji yang telah kita buat atau ucapkan

The post Asal Mula Danau Toba appeared first on Kumpulan Dongeng Indonesia.



reff : http://www.dongeng.web.id/asal-mula-danau-toba.html

Sunday, January 24, 2016

Legenda Lau Kawar

Danau Lau Kawar

Danau Lau Kawar terletak di Kabupaten Tanah Karo, Propinsi Sumatera Utara. Lau Kawar berada persis di kaki gunung sinabung dan merupakan pintu utama jalur pendakian gunung sinabung. Dibalik keindahannya, danau Lau Kawar menawarkan legenda kisah asal muasal terbentuknya. Berikut kisahnya.

*******

Pada zaman dahulu kala, tersebutlah dalam sebuah kisah, ada sebuah desa yang sangat subur di daerah Kabupaten Karo. Desa Kawar namanya. Penduduk desa ini umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Hasil panen mereka selalu melimpah ruah. Suatu waktu, hasil panen mereka meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Lumbung-lumbung mereka penuh dengan padi. Bahkan banyak dari mereka yang lumbungnya tidak muat dengan hasil panen. Untuk mensyukuri nikmat Tuhan tersebut, mereka pun bergotong-royong untuk mengadakan selamatan dengan menyelenggarakan upacara adat.

Pada hari pelaksanaan upacara adat tersebut, Desa Kawar tampak ramai dan semarak. Para penduduk mengenakan pakaian yang berwarna-warni serta perhiasan yang indah. Kaum perempuan pada sibuk memasak berbagai macam masakan untuk dimakan bersama dalam upacara tersebut. Pelaksanaan upacara juga dimeriahkan dengan pagelaran ?Gendang Guro-Guro Aron?, musik khas masyarakat Karo. Pada pesta yang hanya dilaksanakan setahun sekali itu, seluruh penduduk hadir dalam pesta tersebut, kecuali seorang nenek tua renta yang sedang menderita sakit lumpuh. Tidak ketinggalan pula anak, menantu maupun cucunya turut hadir dalam acara itu.
Tinggallah nenek tua itu seorang sendiri terbaring di atas pembaringannya. ?Ya, Tuhan! Aku ingin sekali menghadiri pesta itu. Tapi, apa dayaku ini. Jangankan berjalan, berdiri pun aku sudah tak sanggup,? ratap si nenek tua dalam hati.
Dalam keadaan demikian, ia hanya bisa membayangkan betapa meriahnya suasana pesta itu. Jika terdengar sayup-sayup suara Gendang Guro-guro Aron didendangkan, teringatlah ketika ia masih remaja. Pada pesta Gendang Guro-Guro Aron itu, remaja laki-laki dan perempuan menari berpasang-pasangan. Alangkah bahagianya saat-saat seperti itu. Namun, semua itu hanya tinggal kenangan di masa muda si nenek. Kini, tinggal siksaan dan penderitaan yang dialami di usia senjanya. Ia menderita seorang diri dalam kesepian. Tak seorang pun yang ingin mengajaknya bicara. Hanya deraian air mata yang menemaninya untuk menghilangkan bebannya. Ia seakan-akan merasa seperti sampah yang tak berguna, semua orang tidak ada yang peduli padanya, termasuk anak, menantu serta cucu-cucunya.
Ketika tiba saatnya makan siang, semua penduduk yang hadir dalam pesta tersebut berkumpul untuk menyantap makanan yang telah disiapkan. Di sana tersedia daging panggang lembu, kambing, babi, dan ayam yang masih hangat. Suasana yang sejuk membuat mereka bertambah lahap dalam menikmati berbagai hidangan tersebut. Di tengah-tengah lahapnya mereka makan sekali-kali terdengar tawa, karena di antara mereka ada saja yang membuat lelucon. Rasa gembira yang berlebihan membuat mereka lupa diri, termasuk anak dan menantu si nenek itu. Mereka benar-benar lupa ibu mereka yang sedang terbaring lemas sendirian di rumah.
Sementara itu, si nenek sudah merasa sangat lapar, karena sejak pagi belum ada sedikit pun makanan yang mengisi perutnya. Kini, ia sangat mengharapkan anak atau menantunya ingat dan segera mengantarkan makanan. Namun, setelah ditunggu-tunggu, tak seorang pun yang datang.
?Aduuuh?! Perutku rasanya melilit-lilit. Tapi, kenapa sampai saat ini anak-anakku tidak mengantarkan makanan untukku?? keluh si nenek yang badannya sudah gemetar menahan lapar. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, ia mencoba mencari makanan di dapur, tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa. Rupanya, sang anak sengaja tidak memasak pada hari itu, karena di tempat upacara tersedia banyak makanan.
Akhirnya, si nenek tua terpaksa beringsut-ingsut kembali ke pembaringannya. Ia sangat kecewa, tak terasa air matanya keluar dari kedua kelopak matanya. Ibu tua itu menangisi nasibnya yang malang.
?Ya, Tuhan! Anak-cukuku benar-benar tega membiarkan aku menderita begini. Di sana mereka makan enak-enak sampai kenyang, sedang aku dibiarkan kelaparan. Sungguh kejam mereka!? kata nenek tua itu dalam hati dengan perasaan kecewa.
Beberapa saat kemudian, pesta makan-makan dalam upacara itu telah usai. Rupanya sang anak baru teringat pada ibunya di rumah. Ia kemudian segera menghampiri istrinya.
?Isriku! Apakah kamu sudah mengantar makanan untuk ibu?? tanya sang suami kepada istrinya.
?Belum?? jawab istrinya.
?Kalau begitu, tolong bungkuskan makanan, lalu suruh anak kita menghantarkannya pulang!? perintah sang suami.
?Baiklah, suamiku!? jawab sang istri.
Wanita itu pun segera membungkus makanan lalu menyuruh anaknya, ?Anakku! Antarkan makanan ini kepada nenek di rumah!? perintah sang ibu.
?Baik, Bu!? jawab anaknya yang langsung berlari sambil membawa makanan itu pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, anak itu segera menyerahkan makanan itu kepada neneknya, lalu berlari kembali ke tempat upacara. Alangkah senangnya hati sang nenek. Pada saat-saat lapar seperti itu, tiba-tiba ada yang membawakan makanan. Dengan perasaan gembira, sang nenek pun segera membuka bungkusan itu. Namun betapa kecewanya ia, ternyata isi bungkusan itu hanyalah sisa-sisa makanan!!.
Beberapa potong tulang sapi dan kambing yang hampir habis dagingnya. ?Ya, Tuhan! Apakah mereka sudah menganggapku seperti binatang. Kenapa mereka memberiku sisa-sisa makanan dan tulang-tulang,? gumam si nenek tua dengan perasaan kesal.
Sebetulnya bungkusan itu berisi daging panggang yang masih utuh. Namun, di tengah perjalanan si cucu telah memakan sebagian isi bungkusan itu, sehingga yang tersisa hanyalah tulang-tulang.
Si nenek tua yang tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya, mengira anak dan menantunya telah tega melakukan hal itu. Maka, dengan perlakuan itu, ia merasa sangat sedih dan terhina. Air matanya pun tak terbendung lagi. Ia kemudian berdoa kepada Tuhan agar mengutuk anak dan menantunya itu.
?Ya, Tuhan!? Mereka telah berbuat durhaka kepadaku. Berilah mereka pelajaran!? perempuan tua itu memohon kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Baru saja kalimat itu lepas dari mulut si nenek tua, tiba-tiba terjadi gempa bumi yang sangat dahsyat. Langit pun menjadi mendung, guntur menggelegar bagai memecah langit, dan tak lama kemudian hujan turun dengan lebatnya.
Seluruh penduduk yang semula bersuka-ria, tiba-tiba menjadi panik. Suara jerit tangis meminta tolong pun terdengar dari mana-mana. Namun, mereka sudah tidak bisa menghindar dari keganasan alam yang sungguh mengerikan itu.
Dalam sekejap, desa Kawar yang subur dan makmur tiba-tiba tenggelam. Tak seorang pun penduduknya yang selamat dalam peristiwa itu. Beberapa hari kemudian, desa itu berubah menjadi sebuah kawah besar yang digenangi air. Oleh masyarakat setempat, kawah itu diberi nama ?Lau Kawar?.
*******
Pesan Moral : Pandai mensyukuri nikmat, menjauhi sifat durhaka kepada orang tua, dan menyia-nyiakan amanat.

The post Legenda Lau Kawar appeared first on Kumpulan Dongeng Indonesia.



reff : http://www.dongeng.web.id/legenda-lau-kawar.html

Saturday, January 23, 2016

Cerita Anak Ayam Yang Malang

Suatu hari seekor anak ayam sedang meratapi kuburan. Ternyata kuburan itu adalah tempat induknya dikubur. Anak Ayam itu tidak tahu kemana ia mengadu dan mendapatkan perlindungan. Kini ia sendiri dan tidak ada lagi teman dan kawan.

Kini ia harus berjuang sendiri tanpa induknya. Anak ayam itu semakin besar dan menjadi ayam yang tangguh.

Tidak ada lagi kata takut, yang ia takutkan adalah manusia yang ingin memotong dia dan memakannya, karena ia adalah hewan ternak.

baca dongeng anak yg lebih menghibur lagi di blog dongeng anak




reff : https://dongengceritaanak.wordpress.com/2015/12/07/cerita-anak-ayam-yang-malang/

Kunjungan Universitas


Image Source:http://blog.umy.ac.id/

Beberapa bulan yang lalu, gue baru pertama kali ngerasain jadi anak kuliahan itu seperti apa. Mulai dari pakai tas dengan satu tangan, aura wajah yang kritis, sampai yang ngumpul ntah bahas apaan itu ada. Secara garis besar, anak kuliahan disini bisa gue gambarkan seperti orang-orang yang serius, bebas, gaul, dan kelewat gaul.

Kebetulan juga, karena kesempatan untuk berkunjung ke beberapa universitas terbuka buat gue, mau nggak mau gue harus ikut survei universitas yang dimaksud agar mengetahui seluk beluknya secara mendalam. Dari beberapa kunjungan yang gue lakukan, ada dua universitas yang sempat gue dudukin dan gue jadiin pelampiasaan kealayan gue sama teman-teman. Mulai dari foto-foto (wajar), keliling kampus (insiatif), cuci mata (naluri), dan lain-lain.

Bagian 1

Please welcome...


IPB

Universitas yang pertama kali gue kunjungin adalah IPB. IPB adalah Institut Perkumpulan Buaya yang berada di Bogor, mulai dari spesies buaya muara, buaya afrika, dan buaya darat, semuanya ada di universitas tersebut.

(baca IPB: Institut Pertanian Bogor) maaf khilaf.

Singkat cerita, gue bersama teman-teman yaitu Kennedy, Faiq, Dika dan Bokapnya Dika (driver) jalan pagi-pagi menuju lokasi pemberangkatan utama yaitu Stasiun Manggarai. Dalam perjalanan sekitar jam lima pagi suasana mobil yang gue tumpangi masih terkesan kondusif dan tenang. Dimana masih ada percakapan di antara bokapnya Dika dengan Kennedy tentang profesi militer, lalu dengan Faiq tentang masalah jurusan, dan gue dengan kaca mobil tentang mencari pasangan. Oke lupakan.

Selang beberapa lama, setelah perbincangan ringan tadi selesai, suasana pagi yang semestinya damai dan tenang seakan-akan mulai berubah dengan adanya insiden yang terjadi di Jl. Cacing, Jakarta Timur. Insiden yang membuat kepala gue berkunang-kunang secara brutal. Dimana secara langsung gue melihat kecelakaan lalu lintas dimana korban berada di antara ban belakang kontainer dengan kondisi yang mengenaskan. Mulai dari darah kental yang membasahi tempat kejadian sampai tubuh korban yang terlindas di bawah ban kontainer.

FYI, ini adalah kali pertama gue lihat korban kecelakaan, yang mana kalo dulu gue biasanya lihat korban kecelakaan lewat media tv maupun youtube, sekarang langsung lewat di depan mata gue sendiri.

Kennedy: "Kasian, mau berangkat kerja tuh pasti, gimana perasaan keluarganya ya?"
Faiq: "Iya ken, kasian. Mana gepeng gitu badannya, aduh!"
Dika: "Supirnya malah kabur lagi ya, ckck."
B. Dika: "Soalnya kalo supirnya nggak kabur terus ketangkep, bosnya pasti kena kasus."
Gue: "Hmm, motornya yang kelindes tadi kok masih nyala ya, megapro putih lagi, bagus ya padahal."

Semua terdiam.

Disaat bersamaan, firasat gue mulai nggak enak. Gue cuma bisa berdoa semoga korban tadi ditempatkan disisi-Nya dan buat keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan oleh yang di atas. Selain itu gue juga berharap, semoga saat evakuasi korban nanti semuanya bisa berjalan dengan lancar. Aamiin.

Setelah melewati insiden pagi tadi, pagi yang menjadi awal dari segalanya. Gue, Faiq, Dika, dan Kennedy akhirnya sampai di Stasiun Manggarai. Di stasiun ini, udah banyak anak 89 (baca 89: SMA Negeri 89 Jakarta) yang berkumpul dan ingin berangkat ke IPB bersama-sama. Setelah membeli tiket dan menunggu jurusan Jakarta-Bogor sampai lumutan, kereta yang ditunggu akhirnya datang.

Naas, setelah semua anak 89 sudah memasuki gerbong kereta, ternyata masih ada dua orang yang tertinggal di luar.

?Itu Hanif sama Dimas belum naik, gimana nih,?sambil menunjuk keluar jendela.
?Lah kok bisa? suruh nyusul kereta selanjutnya aja.?

Tiba-tiba Hanif menelpon Taufik, temen gue, dan mengaktifkan speakernya.

?Halo, kenapa Nip?? Taufik pura-pura nggak tau.
?Halo-halo, elu bukannya nungguin gue, udah pada jalan aja.?
"Lah elu ditungguin darimana? Udah naik kereta selanjutnya aja, nanti kita tunggu di stasiun Bogor.?
?Gue tadi abis dari Alfamart, Dimas abis ngencing, gue udah kaya homo ini berdua doang.?
?Yaudah, nanti jangan lupa gandengan pas naik keretanya.?
?tut..tut..tut? (suara telpon terputus)

Seisi gerbong pun tertawa.


Setelah satu-dua jam gue di dalam kereta, sampai juga gue dan rombongan di stasiun tujuan, Stasiun Bogor. Keluarnya dari stasiun, gue dan rombongan 89 langsung charter angkot untuk ke IPB. Nggak lama makan waktu, tibalah gue di Institut Pertanian Bogor.

Pada saat itu, IPB adalah salah satu kampus yang menjadi prioritas gue kalo gue udah lulus SMA. Sampai-sampai, gue buat slogan untuk motivasi diri:





Lanjut,

Setelah mengikuti tahap-tahap program kuliah sehari di IPB, secara langsung gue dapet banyak informasi atau pelajaran tentang kampus IPB itu seperti apa. Mulai dari seluk beluknya, penjelasan fakultasnya, persyaratan masuknya, prospek kerjanya, dan lain sebagainya.

Di bawah ini, ada beberapa foto saat gue dan teman-teman berada di area kampus IPB.




Penulis
Penjelasan: Jika kalian menduga foto di atas adalah foto yang dicrop lalu di edit sedemikian rupa dan disatukan, itu adalah salah besar. Foto ini hanya diambil menggunakan kamera handphone dan tidak ada rekayasa di dalamnya.

Peserta Laki-laki

Penjelasan: Foto di atas diambil saat peserta laki-laki dihalangi oleh seorang monster yang mendiami area kampus IPB, dimana mereka berbaris dan bersatu untuk mengalahkannya. #sman89jakarta

Peserta Perempuan

Penjelasan: Foto diatas adalah beberapa dari peserta perempuan yang mengikuti program sehari kuliah di IPB. Keep smile! #sman89jakarta



Angkoters
Penjelasan: Bajak laut? mungkin itu terlalu umum. Tapi bagaimana dengan bajak angkot? ya, foto ini diambil saat para angkoters berhasil membajak angkot secara offensif dan menyeluruh di daerah Bogor, Jawa Barat. #sman89jakarta


Pak Supir

Penjelasan: Ketenangan Pak Supir saat angkotnya dibajak. Salut.

Singkat kata, setelah gue pulang dari kunjungan ini dan sampai di rumah sekitar jam 8 malam, dengan cepatnya gue cuci muka dan langsung nemplok di kasur.

Bagian 2

Oke, selanjutnya adalah ITB

ITB

Kampus yang selanjutnya gue kunjungin adalah ITB. ITB adalah Institut Tolak Bala yang ada di Bandung. Jadi pada umumnya mahasiswanya berasal dari keturunan paranormal. Mulai dari dukun beranak, peramal, dan lain-lain.

(Baca ITB: Institut Teknologi Bandung) maaf khilaf (lagi).

Singkat cerita, tempat les gue yang nggak bisa gue sebutin disini, Primagama kalo nggak salah, iya Primagama pada saat itu ingin mengikuti tes serentak di gedung SABUGA (Sasana Budaya Ganesha) yang berada di kota Bandung. Karena kampus yang mau dikunjungi itu adalah ITB, salah satu kampus favorit di Indonesia, tanpa ragu-ragu gue langsung ambil kesempatan itu.

Dihari hnya. Jam setengah lima pagi setelah berkemas, gue dianter abang gue, Adit, untuk langsung ke lokasi pemberangkatan utama yaitu tempat les gue. Sampainya di tempat les, pandangan gue langsung tertuju dengan sebuah minibus yang sedang dipanaskan tanpa ada satu orang pun di sekitarnya. Oke, ini mulai horror.

Setelah gue mengetuk pintu dan mengucapkan salam, mata gue langsung melihat seisi ruangan yang sunyi dan senggang.

Gue: ?Mba Rahma, yang lain belum pada dateng ya??
Mba Rahma: ?Belum nov, baru satu tuh yang dateng.?
Gue: ?Oh gitu, di depan gelap tau, Mba.?
Mba Rahma: ?Emang, kan belum ada lampunya.?
Gue: ?Hmm, sama kaya hati ini dong mba yang belum ada lampunya.?
Mba Rahma: ?Ehhhh.......?

Mulai ngawur.

Untungnya, saat gue menunggu teman-teman gue yang lain untuk segera datang, gue banyak dikelilingi oleh makhluk insekta yang ngedeketin dan ngegigitin gue dengan puasnya. Waktu itu gue manggilnya dengan nama Muk-Muk.

Ya, akhirnya gue nggak sendirian. Mirisnya, walaupun gue udah ditemanin sama sekawanan muk-muk saat itu, badan gue tetep nggak mau terima. Pengen sih diterima, tapi nanti malah bentol-bentol nggak karuan. Dan semisal kalo gue disuruh ngebandingin kuatan atau ganasan mana antara nyamuk kebon rumah gue sama nyamuk di tempat les, gue pasti memilih nyamuk tempat les sebagai pemenangnya, karena mereka curang bawa pasukan.

Setelah 20 menit menunggu dan berkutat dengan nyamuk-nyamuk tadi, akhirnya teman-teman les gue yang secara mimik muka memasang wajah tidak berdosanya mulai berdatangan di ruang depan dan bertanya-tanya kenapa belum berangkat dan lain sebagainya. Pengen saat itu gue respon begini:

"ELU YANG BIKIN LAMA PANCIII, ELUUU!!"

Sambil teriak-teriak, tapi karena badan gue tergolong kecil dan ringan untuk dilempar, gue akhirnya diam karena nggak mau itu terjadi.

Perjalanan pun dimulai. Karena jaraknya lumayan jauh, untuk mengisi keheningan dan waktu luang di dalam minibus, teman-teman gue mengusulkan untuk menonton film horror pada saat itu. Kebetulan juga, temen les gue, Enggar, membawa CD film The Conjuring di dalam tasnya, cakep. Makin lama film itu diputar, makin banyak teriakkan-teriakkan aneh yang muncul begitua aja.

"Aaaaaaaa, ITU SUARA APAAA?!!"
-Biasanya perempuan.

"Aaaaaaaa, KENAPA PAKE BAHASA CINA SUBTITLENYA KAMPRET!!"
-Biasanya laki-laki.

"Aaaaaaaa, INI TERI NASI PADA NGGAK BISA DIEM APA!!!"
-Supir 100%

"Aaaaaaa, give me a, give me b, give me c, say what? ABC!!!"
-Cheerleader nyasar

Karena gue belum pernah ke Bandung, gue getol untuk clingak-clinguk kota Bandung itu seperti apa. Tapi kayanya, kota Bandung ini sama aja kaya kota Jakarta, banyak orang, macet, dan sebagainya. Perbedaan yang mungkin mencolok paling cuma papan iklan baliho yang gue liat pas pertama kali keluar tol. Banyak iklan baliho tentang kerudung atau jilbab di sepinggiran jalan, jarang-jarang aja kan. Coba di Jakarta? Kalo nggak papan iklan baliho tentang shampo yang dipasang pasti sisanya odol sama sabun cuci.

Untungnya, karena gedung yang dituju nggak terlalu jauh dengan pintu keluar tol tadi, nggak pakai waktu lama kami pun sampai di gedung SABUGA Bandung. Saat gue melihat keluar jendela, mata gue langsung tertuju dengan dress code rombongan lain yang memakai baju bebas dan terlihat casual. Tapi awkwardnya, karena dijauh hari gue dan yang teman-teman diinstruksikan untuk mengenakan baju batik asal sekolahnya masing-masing, ntah kenapa saat itu gue melihat diri sendiri dan rombongan udah kaya supporter persebaya yang sedang berkungjung, hijau-hijau gitu warnanya.

Takutnya, kalo ada salah satu orang Viking (baca: Suporter Persib Bandung) yang bertanya ke gue dan salah respon, mungkin gue udah masuk koran kompas esok paginya.

?Eh bro, batiknya bagus, beli dimana??
?Nggak beli bang, ini batik sekolah.?
?Lo anak bonek? kok warnanya ijo.?
?Bukan bang, saya anak Jakarta?
?Oh... Anak Jakarta...
?Iya bang, hehe...?

(menelepon temannya)

"Panggil anak-anak sekarang, ada musuh masuk kesini. Cepat!!?

Jujur, gue masih mau hidup.

Lanjut, setelah turun dari minibus, gue dan teman-teman langsung jalan setapak ke pintu depan gedung SABUGA. Setelah menunggu sekitar 10 menit untuk registrasi, akhirnya gue dan teman-teman dipersilahkan masuk ke sebuah aula yang ada di dalamnya. Saat di dalam, gue melihat banyak pelajar seusia gue yang duduk dengan rapi, bahkan para tenaga pengajarnya pun tersebar sejauh mata memandang. Aulanya tergolong besar dan dibagi menjadi dua bagian, tribun bawah untuk jurusan IPS, sedangkan tribun atas untuk jurusan IPA. Pada saat itu juga, gue merasa diri gue udah kaya cingcorang di dalam bejana besar, dimana gelap, kecil dan nggak keliatan.




Setelah pembukaan dari pihak panitia dan tokoh-tokoh penting kampus ITB selesai, resmilah gue disini untuk memulai tes serentak dengan bermodalkan pensil 2B bermerek Artline yang sebelumnya diberikan di pintu masuk aula. Kalau boleh jujur, sebelum memulai tes ini gue sama sekali nggak belajar apa-apa maupun tebak-tebak soal apa aja yang bakal keluar saat tes berlangsung. Intinya mager, dan untuk hal ini jangan dicontoh.

10 menit berlalu
?Masih gampang nih...?

30 menit berlalu
?Untung masih inget caranya. huh?

45 menit berlalu
?Soal macam apa ini.?

60 menit berlalu
?Keluarkan saya dari aula ini, siapa pun keluarkan saya.?

Oke, gue angkat tangan. Gue nyerah untuk tes ini.

?Teetttt......?

Suara tanda berakhirnya tes serentak terdengar, dimana gue mendengarnya sebagai suara kebebasan. Salah satu hal yang bisa gue lakuin pada saat itu cuma pasrah, keluar aula, dan beli minuman untuk mendinginkan otak. Gue juga nggak berharap menjadi salah satu anak yang mendapatkan hasil terbaik dan mendapatkan hadiah liburan ke Singapura maupun Bali pada saat itu, soalnya itu nggak mungkin juga.

?Baiklah anak-anak, acara utama yang kita tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Sesuai dengan jadwal yang tertera, setelah ini anak-anak semua akan diajak mengelilingi kampus ITB dengan guidenya masing-masing, Siapa aja yang mau ikut??

?Sayaaaaaaa!!!? semua peserta berantusias.

Whoaaa, acara yang gue nanti akhirnya datang juga, dimana gue bisa keliling-keliling kampus ITB dan foto-foto di sana. Saat gue dan teman-teman keluar aula, gue langsung dibimbing dengan guide yang tidak lain dari mahasiswa asli ITBnya. Dengan jalan sebentar dan melewati terowongan kecil, sampailah gue dan teman-teman di dalam kampus ITB.






Setelah puas keliling-keliling dan melihat bangunan-bangunan di dalam kampus ITB, gue dan teman-teman memutuskan untuk mengakhiri perjalanan untuk pulang karena waktu udah semakin sore. Memang, waktu untuk mencari informasi di kampus tersebut masih terasa kurang buat gue, tapi seenggaknya, tujuan penunjang gue saat itu udah semuanya terpenuhi, yang nggak lain bisa pergi ke Bandung gratis dan beli sale pisang sebagai oleh-oleh.

Dari beberapa kunjungan universitas di atas, semakin hari gue semakin bingung dalam memilih tempat kuliah. Banyak pilihan yang harus gue pertimbangkan sesuai dengan kemampuan gue sendiri. Memang, memilih itu mudah kalo kita ingin, tapi ada satu tanggung jawab yang harus dipegang nantinya. Bagaimana kita mencapai pilihan tersebut, dimana kita harus mempertahankan pada satu pilihan, dan dimana kita harus bertanggung jawab pada pilihan yang sudah diambil. Akhir kata, pilihan yang tepat adalah pilihan yang berasal dari hati kalian dan didukung oleh orang sekitar, bukan pilihan yang hanya muncul sekelebat dan hilang begitu aja. #senyummarioteguh


reff : http://novatri9.blogspot.com/2014/03/kunjungan-universitas.html

Categories

7 keajaiban dunia 7 wonders a pair of lover ABG abjad Adam Adat Tengger AdSense now speaks Indonesian Adu banteng adzan magrib Agama Tengger Ajisaka akuturasi hindu jawa Al Khazin alcohol Alkhazen all in one amatir Ambeien Ambon Amerika anak anak kelas 1 Angka 7 Angka 7 pakai sabuk Angka Tujuh angkot animal antimo Apa Itu Hoax apartemen Apoteker Apple aquarium Arab Arti Eureka Arti Sejarah artis Asah Otak Asal Bung Karno Asal Mula Hoax Asal Mula Kelenteng Asal Mula Teka-teki Silang Asal Mula TTS Asal usul Coklat Asal Usul Eureka Asal Usul Hoax Asal Usul Marga Batak Asal-usul Asal-usul Blackberry Asal-usul Duit Asal-usul Google Asal-usul Komputer Asal-usul Kota Bandung asal-usul lagadoni asal-usul mahameru Asal-usul Nama Indonesia Asal-usul Paman Sam asal-usul pizza Asal-usul Qwerty asal-usul semeru Asal-usul Vaksin Polio asal-usul wikileaks ASI at work ATM Australia Auto 2000 ayam betutu ayu ting ting Baby bad boys bahasa Arab bahasa Cirebon bahasa inggris bahasa Jawa bahasa Jepang bahasa sunda Bali Bali Aga Bali Asli Bali bird park Bali Mula Bali Safari Bali Turunan Baliaga bandung Bandungbondowoso Bangkok bangunan Barcelona Barrack Obama Bartender batak batu bata Batubara Sawah Lunto Bbm be thankful for the little thing Bear bebek Bejo belajar masak belajar. belalang kupu-kupu Bella Saphira bencong Benjol Bepe berenang bersyukur Best Bar Bidadari Bidpai biksu Bill Gates Bintang Toedjoe Biografi Bioskop bis kota BJ Habibie Blackberry Blind spot Blog Sejarah BMW BMW 320i Bohong di Internet bola golf Boobs vs. Willies borobudur Boston boxing Brain study Brebes brimob buah buaya bubur ayam Budaya Tengger budeg buku buku tabungan BUMN bunga mawar Bunker Batavia Bunker Jakarta Bunker Kota Tua Bupati Malang burung beo cafe camping Can I help you mam ? can't pay Candi Blitar candi bukit barisan candi muara tikus cape deh.. capucino Carl Lewis CCTV Celana dalam celana pendek celebration of life celine dion cemetery cendol Ceragem Cerita dari Cina Cerita Inspirasional Cerita Rakyat Cerita Rakyat Filipina Cerita Rakyat India Cerita Rakyat Iran Cerita Rakyat Jawa Barat Cerita Rakyat Jawa Timur Cerita Rakyat Kashmir Cerita Rakyat Malaysia Cerita Rakyat Merapi Cerita Rakyat Myanmar Cerita Rakyat Nusantara Cerita Rakyat Suku Indian Cherokee Cerita Rakyat Suku Maya Cerita Rakyat Turki Cerita Silat SH Mintardja Cerpen charm body fit cherry belle China China phone Chinese Chivas chocolate Church CIA Cicadas circle fly club golf clubbing coca cola coffe shop Coklat Afrodisiak Coklat untuk Seks Coklat Valentine Columbia Complete contact convenient cowo bodoh... cowo-cowo CPD CPM cucu Cup D cute cyber cafe Da'i Bachtiar daftar nama wali pitu Dahlan Iskan daihatsu danau Daun putri malu david beckham Dawet delight demo Demo Kerbau departemen kesehatan Dewata Cengkar Dewi Sekardadu Dian Sastro die hard digigit ular dijual butuh uang direct marketing direktur utama diskettes ditlantas polda dokter Dokter gigi dokter kandungan dokter THT Dongeng Dongeng Mancanegara Dora Sembada dosen DPR driver Durian e-KTP e-mail Ebook Tengger Bromo electrolux elephant Eloy Zalukhu Embargo embassy enchantment encim Engkoh Enter es keliling es teh manis Esemka Eureka Archimedes Eureka dan Sejarahnya Eureka Saya Menemukannya Eve Fabel Aesop Fabel Bidpai facebook fanta Farmer farmville FB FB Mayer FBI fengshui fenny rose fesbuk Finished Focus Foke Foklor Merapi fokus foya-foya frustasi Gaek Cukua Sabalah gajah hitam Galatama Galaxy tab Ganesha Blitar Ganesha Kala Dicuri ganteng tapi bandel ganti kartu Garam Gunung Krayan Garis Lurus Merapi Kraton Pantai Selatan Garis Lurus Yogya Garuda Magazine gema gembok dan anak kunci Gereja Bantul Gereja Candi get up Getuk Ginza Gogol Gogol Gempol Gogol Pasuruan Gogolan google Google talk Gorilla Greek and Roman Mythology Green Greg Riley Gudeg Gunung Batok Gunung sion Gunung Tengger guru hakim hamil Hanacaraka hand Hans Christian Andersen happiness hari kiamat Hari Lahir Yesus harta Hati Kudus Tuhan Yesus hayam headset health heart attck heaven Helicopter view helm hemorrhoid herin Hermawan Kartajaya Hikayat Tangkuban Perahu Hoax Holland bakery Hollywood Homo Honocoroko Humor humour huruf A semua huruf vokal Hut Kemerdekaan Ibu ikan baronang ikan belanak ikan kembung iman imigrasi impoten Indian boy Indomie Indonesia Info Inlandeer internet Interview ipad iPad2 iphone ipod IQ isi pulsa Istana Cipanas istri istri bawel ITB Iwak peyek Jalangkung jambu monyet James Watt Jamil Azzaini jangan dicoblos jangan menunggu Jataka Jepang Jogya joko Joko Widodo Joni Judo jujur juragan tanah just kidding Justin Bieber kaca spion Kacang dua kelinci kacang ijo Kacang mete kadal air kakek kambing Kambing hitam kambing putih kan pei kantor polisi kantor pos Kapan Yesus Lahir karburator karyawan baru Kasih Kata Duit Katolik Bantul KB suntik ke sambar petir Kebetulan Aneh Kebetulan Unik kehidupan Keistimewaan Yogyakarta Kejaksaan keju kekayaan Kelahiran Soekarno Kelapa kenalan kera sakti kerajaan sriwijaya Keraton Solo Keris Sarutama king of world Kisah Klasik Minang kisah merapi KL Klenteng Mbah Ratu Surabaya kode kode baru kodok komar komodo Komputer dari zaman ke zaman kopi Kost kota wisata kotak surat koto kampar KPK Kraton Solo kreditan TV Krisdayanti KTP Kudus kulkas second kunci mobil kuntilanak kurang gizi Kutoarjo lada hitam Ladies Lady gaga lamaholot lamanerin lampu merah langit biru Latte Laundry laut mati Learn to move on leaving office on time Lebaran Lee Myung Bak legenda gunung semeru Legenda Mbah Maridjan Legenda Mbah Petruk legenda merapi Legenda Sangkuriang Lemari es lemots life life in the world lift up Lilin Liposuction Logistics and organization Losarang Losmen lowongan kerja lubang hidung Luck mabal sakola Madura mahasiswa main rules Majesti Makam Mbah Soleh Makam Sunan Ampel Makan siang makassar Makna Sejarah Malaysia Malik Ibrahim manado manager Manager HRD Mancing mania Mancing. mang beca Mantri sunat maratus Mardi Lestari Marga Batak mario teguh masjid agung demak masjid akulturasi Masjid Ampel masjid ki ageng henis masjid laweyan masjid solo Masjid Sunan Ampel Masuknya Islam Indonesia Masuknya Islam Nusantara masya Allah Masyarakat Tengger Matador Spanyol Matematika Maulana Aliyuddin Maulana Ishak Maulana Malik Isroil Maulana Muhammad Ali Akbar Mbah Bolong Mbah Petruk Mbah Soleh Ampel Mbah Sonhaji Mbah Suwo Melinda membaca buku membalas budi member get member menado menara pisa mencret menelepon menggodaku Mercedez AutomaticI Mercy Merdeka meresapi Mertua mi instan michael Jackson mie mikrolet minum minuman keras Miss Malaysia Miss Universe Miss USA Mitos Mbah Petruk Mitos Merapi MK mom and wife mona money monogami monoton monyet motivasional motivation motivator Mr Bean MS Hidayat muara tikus mudik Muhammad Al Maghrobi murid Murid Sunan Ampel MySpace Nama Google Nanas nasi goreng Nasredin Hoja nazarudin nematus Nenek New York Nidji nightclub Jokes nilai jual nini-nini Novel Nyadran nyamuk Obama Oneng dan Badjuri orang bijak orang gila orang pintar Orang Rantai orang tua Oscar Wilde otak pria otak wanita pacaran pagar listrik pak Camat pak Lurah Pak RT pakis PAM Panchatantraa panjang pinang panjang umur Panwaslu Papua parang tritis Paris Hilton pasar pasien password Patung Kala Blitar patung Kala Dicuri pawisata pedagang baso pedagang ikan pejabat pusat Pejagan Kanci Pekalongan pekan baru pelangi Pembeli adalah raja Pemimpin yg baik pemuda pen drive pencipta lambang negara Indonesia pencuri pulsa pengadilan pengantin baru Pengemis pengumuman peniti penjual buah penjual sayur Penyakit Polio penyanyi dangdut Penyiar Peradaban Atlantis Perahu Bugis Perahu Makassar permaisuri Perut buncit Pesangon peternak sapi Petik Laut photographer Piala Dunia pilkada DKI Pinisi Pink Pintu yang selalu terbuka piramida Piramida Gunung Lalakon Pizza PLN pocong POLDA Poliandri Police officer Poligami Polio polisi poltak pom bensin positive thinking post office pramugara Pramugari productivity Professor Psikiater puasa public relation Purbakala Blitar Putus asa Qomar dan siti... Qurban Rabbit racun Radio raja raja sate H. Subali Ramadhan Ramlan rayuan si raja gombal Rendah hati Renungan Reunian reward point Rhino rice cooker Robot Roro Anteng Joko Seger Roro Jonggrang rorompok RS jiwa RS TNI AU Dr Salamun rule rumah bordil Saka salaki sakarat salesman Sandal Jepit sate. satpam Satya Yoga Sawah Gogol sawo matang Sayur SD Seafood pizza Sego Jagung Sejarah Sejarah Ampel sejarah angka 7 Sejarah Angka Tujuh Belanda sejarah artis Sejarah BlackBerry Sejarah Bromo Sejarah Bunker Jakarta Sejarah Coklat Sejarah Eureka sejarah garuda pancasila Sejarah Google Sejarah Gunung Merapi Sejarah Hanacaraka Sejarah Hoax Sejarah Indonesia Sejarah Islam Indonesia Sejarah Islam Nusantara Sejarah Istana Cipanas Sejarah Jakarta Sejarah Komputer Sejarah Kraton Solo Sejarah Kraton Yogyakarta sejarah lagadoni Sejarah Majapahit Sejarah Marga Batak Sejarah Masjid Ampel sejarah merapi sejarah minyak goreng Sejarah Nama Indonesia Sejarah Orang Rantai Sejarah Paman Sam Sejarah Pinisi Sejarah Polio Sejarah Prambanan Sejarah Qwerty Sejarah Roro Anteng sejarah rumah sakit sejarah semeru Sejarah Teka-teki SIlang Sejarah Tengger Sejarah TTS Sejarah Wali Sejarah Walisongo sejarah wikileaks sekolah minggu sekretaris selang oksigen Semangka Sembilan Makam di Ampel sendok Sentong Tengah sepak bola serangan jantung seribu setitik embun inspirasi Seven up Showroom Sianida siapa julian assange Siapa Mbah Maridjan siapa sultan hamid II siliaris pupil silverQueen SIM simbol pria simbol wanita Singapore Singkong sirkulasi darah Situs Purbakala Situs Purbakala Blitar Smash SMS SNSD Social networks Solo soto ayam space SPBU Muri Tegal SPG Starbucks status steve jobs STNK storeroom stroke student suami suami dan istri suami istri suami sekarat Sudirman suku sumbangan sun block sun go kong sun plaza Sunan Ampel Sunan Bonang Sunan Drajad Sunan Giri Sunan Gunung Jati Sunan Kalijaga Sunan Kudus Sunan Muria sunat superman supermarket supervisor Surabaya Surakarta surga Surya Paloh susah bernapas susu suzuki Swatch Syahrini Syeh Siti Jenar Syeh Subakir Syekh Piyobang Taekwondo tahayul tahta tahun uang Taiwan taj mahal Tambang Sawah Lunto Tanah abang tangkuban perahu Tanjung kodok taraweh Tarzan tatar sunda Teacher teka teki Teka Teki Silang tekad telepon koin telor Tempat Angker di Merapi Tempat lahir Bung Karno tempe Tenaga kerja Indonesia Tenganan Tengger Bromo terong ungu tersedak Terunyan test drive The Grimm Brothers The Hoax the winner Thomas Alfa Edison THR tidur tiga roda tiger wood tilang tinggi hati tips aman naik angkot tipung titik buta to be to have toilet Toyota Landcruiser Toyota xenia Tradisi Tengger Trivia Trowulan TTS Tuhan tukang baso tukang becak tukang cukur tukang jahit tukang kue tukang pos Tuna netra tuna wicara... turis arab tuyul ucok UGD UI ulang tahun Unesco Upacara Karo Bromo upload FB usb port ustadz Vaksin Polio Vegetarian vegetation Vermak Jin villa VOA volvo wali pitu Walisongo Walisongo Periode I Walisongo Periode II Walisongo Periode III wanita wanita duduk Warteg washington watches water wawancara WC wedding Whale wikipedia windows Wisata Bogor Wisata Cipanas Wisata Sawah Lunto Wisata Solo Wisata Sumatra Barat witches wong ndeso x-men yerikho Yogja Yuni shara zaman