Thursday, June 30, 2011

Nenek dan Tabib


Seorang nenek  hampir buta karena penyakit mata yang dideritanya. Ia menemui seorang tabib dan mereka sepakat bahwa nenek itu akan memberikan banyak uang bila tabib dapat menyembuhkan matanya. Sebaliknya bila tabib itu gagal, ia tidak akan menerima apa pun.  dari sang nenek.

Tabib menyiapkan serangkaian pengobatan, dan setiap kali ia mengunjungi wanita tua itu untuk mengobatinya, ia mengambil sebuah perabotan dari rumah itu. dan membawanya pulang. 

Ketika akhirnya ketika ia mengunjungi nenek itu untuk terakhir kalinya karena pengobatan telah selesai, tidak satupun barang tertinggal dalam rumah itu.

Ketika wanita tua itu melihat bahwa rumahnya kosong, ia menolak membayar upah sang tabib.

Sang tabib menuntutnya. Wanita tua itu diibawa ke pengadilan, namun ia sudah siap dengan pembelaannya, “Saya memang setuju untuk membayar tabib apabila ia menyembuhkan saya, dan saya tidak perlu   mengeluarkan uang bila ia tidak berhasil."

"Sekarang ia mengatakan bahwa saya sudah sembuh," lanjutnya. "Tetapi saya merasa bahwa sekarang saya bahkan lebih buta daripada sebelum diobati. Saya dapat membuktikannya."

"Ketika penglihatan saya buruk saya dapat melihat banyak perabotan dan benda-benda lain di rumah saya. Sekarang kata tabib mata saya sudah sembuh, saya justeru tidak melihat apa-apa dalam rumah saya.”

Wednesday, June 29, 2011

THE HERETIC'S DAUGHTER


Resensi oleh Noviane Asmara 
THE HERETIC'S DAUGHTER: 
Paranoia yang ironisnya menjamur di tengah ketaatan beribadah 
Penulis : Kathlenn Kent
Penerjemah : Leinovar Bahfein
Korektor : Tisa Anggriani
Tebal : 282 Halaman
ISBN : 9786029625554
Cover : Soft Cover
Genre : Historical Fiction
Penerbit : Matahati
Cetakan : I, Mei 2011


Selalu saja menarik untuk saya, bila suatu buku diangkat berdasarkan sejarah yang pernah ada. Karena sejarah menandakan adanya peristiwa yang terjadi di masa lalu. Sejarah tidak dapat diubah sampai kapan pun, bahkan bila hal itu telah melewati beberapa dekade, abad atau milenium sekalipun.

Kali ini Matahati menerbitkan buku dengan judul The Heretic’s Daugter yang ber-genre fiksi sejarah. Buku yang mengambil setting Massachussets di pertengahan abad 17 ini mengangkat isu tentang keberadaan penyihir yang hadir di tengah kehidupan warga.
Isu yang timbul di tengah maraknya wabah cacar yang melanda, dan juga di tengah serangan-serangan brutal orang Indian yang datang berbertubi-tubi. Kesemuanya itu diyakini sebagai bagian dari pekerjaan Iblis.

Kisah berawal dari Keluarga Carrier yang mendadak harus mengungsi dari desanya, karena salah satu anggota keluarga mereka terjangkit penyakit cacar. Mereka terpaksa mengungsi dari Billerica―tempat mereka tinggal, agar tidak menyebarkan virus yang mematikan itu kepada warga Bellarica.
Andover, desa di mana nenek Sarah Carrier dari pihak ibu menetap, menjadi tujuannya. Tetapi Thomas dan Martha Carrier, memutuskan untuk mengungsikan kembali kedua putri mereka, Sarah dan Hannah secara diam-diam ke rumah bibi mereka di Bellarica, karena dikhawatirkan akan tertular cacar juga bila tetap bersama keluarganya.

Di rumah bibinya, Sarah dan Hannah mendapatkan kehidupan yang jauh lebih hangat daripada di rumah mereka sendiri. Sampai-sampai Sarah menjadikan Paman, bibi dan sepupunya itu idolanya.
Sarah tidak pernah tahu, mengapa keluarganya dan keluarga bibinya tidak akur. Yang ia tahu, pamannya tidak seperti yang diceritakan oleh ayah maupun ibunya. Tapi kelak ia mengalami dilema saat perlahan-lahan kebenaran terungkap.

Jika bukan untuk raja, maka untuk negara. Jika bukan untuk negara, maka untuk klan. Jika bukan untuk klan, maka untuk saudaraku. Jika bukan untuk saudaraku, maka tidak lain untuk rumahku.
Kesetiaan kepada keluarga adalah nomor satu. (hal. 126)

Pepatah itulah yang Martha katakan pada Sarah, ketika putrinya itu bertanya ikhwal permusuhan yang terjadi antara Keluarga Carrier dan Toothaker, keluarga pamannya.

Saat wabah cacar mulai mereda, Sarah dan Hannah dijemput kembali oleh ayahnya. Tapi Sarah merasa ada yang salah dengan keluarganya. Sikap ibunya tidak sehangat bibinya di Billerica, padahal mereka adalah kakak-beradik.
Martha Carrier merupakan wanita yang keras, berlidah tajam, kaku dan kukuh terhadap prinsip. Ia tidak menyukai cara hidup tetangganya yang alih-alih terpuji dan berkelakuan baik karena selalu rutin beribadah, malah menjadikan mereka sebagai orang munafik dan selalu berprasangka buruk terhadap orang lain.
Dengan alasan itulah, Martha dan segenap keluarganya dibenci oleh warga Andover. Sampai akhirnya keluarga Carrier dituduh sebagai keluarga yang menganut aliran sesat dan mempraktikkan sihir.

Puncak peristiwa terjadi pada tahun Mei 1692. Pada tahun tersebut banyak wanita di wilayah koloni Massachussets, dari berbagai desa ditangkap dan ditahan kemudian dibawa ke Desa Salem untuk diadili. Mereka dituduh telah melakukan praktik sihir yang menyebabkan kegilaan dan banyak kerusakan.
Hal ini pun menimpa Keluarga Carrier. Mula-mula Martha Carrier ditahan karena tuduhan yang dilakukan warga setempat kepadanya yang menyatakan bahwa ia seorang penyihir. Terbukti dengan selalu menjadi nyata, sumpah serapah dan cacian yang ia layangkan pada warga. Martha pun divonis hukum mati―gantung. Hukumannya bisa menjadi lebih ringan bila ia mau mengakui atas semua yang dituduhkan pada dirinya. Tetapi Martha lebih baik menyerahkan akhir hidupnya di tiang gantungan, daripada harus mengakui hal-hal yang tidak ia pernah lakukan.
Selang beberapa waktu kemudian kelima anaknya, mengalami tuduhan yang sama. Richard, Tom, Andrew, Sarah dan Hannah, harus rela mendekam di penjara dengan tuduhan yang sama kejinya. Mereka masih mempunyai pilihan. Mengaku benar sebagai penyihir dan diringankan dari hukuman, atau bersikukuh bersama idealisme mereka dengan tiang gantungan sebagai ganjarannya.

Ada satu misteri yang hingga buku ini selesai, tetap tidak terungkap. Yaitu isi sebuah buku yang ditulis oleh Martha Carrier selama menikah dengan Thomas Carrier. Buku besar bersampul merah yang diwariskan Martha kepada Sarah, dengan amanat agar buku itu dibaca sampai Sarah siap. Tetapi hingga Sarah berusia 71 tahun, buku yang disinyalir berisi tentang rahasia Thomas Carrier, ayahnya, tidak pernah sanggup Sarah buka. Buku yang menurut ibunya diinginkan oleh sekelompok orang, hingga mereka rela melakukan apa saja untuk mendapatkan buku itu.
Jujur, saya penasaran sekali dengan buku itu. Karena dalam The Heretic’s Daughterini, sedikit sekali hal yang dibahas tentang masa lalu Thomas Carrier, selain hanya keterangan yang menyebutkan ia adalah seorang puritan dan mantan pengawal raja.

Buku ini menggambarkan bagaimana di abad itu, kehidupan penduduk Massachussets sarat dengan konflik. Konflik sosial, politik dan agama. Disamping harus menghadapi wabah cacar yang disebut sebagai penyakit yang berasal dari iblis, meraka juga harus selalu waspada terhadap serangan beberapa suku Indian yang sering datang dengan tiba-tiba, membantai warga dengan sangat sadis dan bebrapa diculik untuk dimintai tebusan.
Selain serangan penyakit dan serangan fisik yang datang dari luar. Warga Massachussets pun harus menghadapi serangan yang lebih kejam lagi. Fitnah. Dengan ditanamnya benih paranoia, yang menjadikan orang saling tuduh-menuduh untuk menyelamatkan diri sendiri.

Banyak hipotesis telah diutarakan untuk menjelaskan perilaku aneh yang terjadi di Salem pada 1692. Salah satu studi paling konkret, yang diterbitkan di jurnal Science pada tahun 1976 oleh psikolog Linnda Caporael, menyalahkan kebiasaan abnormal para terdakwa pada jamur ergot, yang dapat ditemukan dalam gandum, rumput gandum dan sereal lainnya. Ahli toksikologi ergot mengatakan bahwa makan makanan yang terkontaminasi dapat menyebabkan kejang otot, muntah, delusi dan halusinasi. Selain itu, jamur yang tumbuh subur di iklim yang hangat dan lembap―tidak terlalu berbeda dengan padang rumput lebak di Desa Salem, di mana gandum sebagai bahan pokok selama musim semi dan musim panas.

Sepintas mengenai Sejarah Kota Salem.
Kota Salem adalah satu-satunya kota di dunia yang diakui sebagai kota sihir yang sangat penuh misteri. Kota sihir yang benar-benar ada, tepatnya di Negara bagian Massachussets. Kota ini secara resmi telah ditetapkan sebagi Kota Sihir oleh Michael Dukakis, Gubernur Massachussets pada masa itu.
Kota ini ditetapkan sebagai kota sihir karena di kota ini pernah terjadi peristiwa yang sangat mengerikan. Peristiwa The Salem Witch Trial, peristiwa di mana lebih dari 150 penduduk kota ini ditangkap, diadili dan dihukum hanya karena dianggap mempraktikkan sihir.

Membaca The Heretic’s Daughter, membuat cairan empedu saya naik merayap ke tenggorokan. Menjadikan sulit untuk bernapas beberapa saat dan jantung yang seolah-olah berdetak tiga kali lebih kencang dari biasanya. Mual, menegangkan sekaligus mendebarkan. Itu sensasi yang saya rasakan.
Alurnya pun semakin lama semakin cepat. Dan kata-kata yang terangkai cukup mudah diikuti dan dipahami.

Kathleen Kent tinggal di Dallas bersama suami dan anaknya. The Heretic's Daughteradalah novel pertamanya. Sebagian besar buku yang telah memengaruhi dan menyentuhnya adalah fiksi sejarah.
Saat kecil buku favoritnya adalah The Quincunx karya Charles Palliser, "Instance of the Fingerpost karya Iain Pir, The Weight of Waterkarya Anita Shreve, dan The Source karya James Mitchener.
Saat ini ia sedang membaca sebuah buku berjudul "The Home Long" karya William Gay yang menurutnya merupakan salah satu penulis fiksi terbaik di Amerika saat ini.

THE COUNT OF MONTE CRISTO


Resensi oleh Noviane Asmara 

THE COUNT OF MONTE CRISTO
Penulis : Alexandre Dumas
Penerjemah: Nin Bakdi Soemanto
Penyunting: Dhewiberta
ISBN : 978-602-8811-24-8
Tebal : 568 Halaman
Harga : Rp 55.000
Cover : Soft Cover
Penerbit : Bentang
Cetakan: I, April 2011
Harga : Rp 73.000

Ketika orang disakiti hingga kemudian hidupnya hancur, sangat wajar bila orang tersebut membalaskan dendam dan berusaha membuat hancur balik hidup orang yang pernah menyakitinya. Itu adalah hal yang sangat manusiawi. Begitu pula bagi seorang Edmond Dantes.

Edmond Dantes adalah seorang lelaki muda berumur Sembilan belas tahun yang berprofesi sebagai kelasi pertama. Dia jujur, rajin dan mempunyai semangat luar biasa pada pekerjaannya. Nasib mujur mengantarkannya meraih kesempatan mendapatkan promosi menjadi orang yang paling dipercaya.
Tetapi tidak semua manusia suka atau senang melihat manusia lainnya beruntung. Demikian pula beberapa teman Dantes. Mereka iri dan hasut terhadap keadaan Dantes yang begitu beruntung. Mereka berusaha untuk menyingkirkan Dantes dengan cara yang picik.

Ketika Dantes tengah berbahagia di acara pertunangan dengan Mercedes, gadis yang sangat dia cintai, dia tiba-tiba ditangkap untuk kemudian dipenjara atas tuduhan terhadap sesuatu yang tidak pernah dia lakukan.
Dantes didakwa menjadi mata-mata Bonapartis, karena kebetulan Dantes membawa surat dari penguasa Pulau Elba―Napoleon Bonaparte, untuk diserahkan kepada seseorang di Paris.
Akhirnya Dantes harus pasrah dan menerima kalau dirinya dikirim ke penjara di Château d’if. Dia harus menjalani empat belas tahun kehidupannya di penjara itu.

Di dalam penjara, Dantes hampir-hampir putus asa. Hingga akhirnya saat dirinya dipindahkan ke sel bawah tanah, dia bertemu dengan seorang narapidana lain yang ternyata seorang pendeta dan kelak menjadi ayah angkatnya. Dantes mendapat banyak pelajaran hidup dan ilmu pengetahuan yang luar biasa mengagumkan dari teman barunya ini. Bersama sang pendeta tersebut dia menjalani hari-harinya dengan penuh semangat. Dia pun diberitahu rahasia besar tentang harta karun yang tersimpan di Pulau Monte Cristo. Kelak harta karun inilah yang mengantarkan Dantes membalaskan semua dendamnya terhadap orang-orang yang telah berperan dalam pengkapan dirinya hingga dipenjara.

Akhirnya, hari kebebasan pun tiba. Dantes berhasil melarikan diri dari penjara Château d’if dengan cara yang sungguh cerdik tetapi penuh risiko. Nyawa taruhannya. Dia menyelundupkan dirinya di balik karung yang seharusnya berisi mayat temannya―sang pendeta yang mati karena penyakit.
Ketika karung yang berisi dirinya dilempar ke tengah lautan yang dalam, kesempatan dirinya bebas dengan tetap hidup sangat tipis.
Tetapi Tuhan memperlihatkan kuasa-Nya. Dantes berhasil membebaskan dirinya dan berenang hingga seseorang menolongnya saat dia pingsan akibat kelelahan di tengah lautan.
Setelah bebas dan menemukan dirinya menjadi sosok yang berbeda dari empat belas tahun yang lalu, seiring itu pula rencana balas dendam pun semakin terbuka lebar. Satu mata untuk satu mata, satu gigi untuk satu gigi.

Hari-hari kebebasannya tidak hanya dia pakai untuk membalaskan dendam saja, tapi juga dia isi dengan banyak kebaikan. Di balik rasa sakit hatinya, dia juga adalah seorang yang tahu cara membalas budi dengan datang dan menjelma sebagai dewa penolong di saat yang tepat.
Dantes menyamar menjadi berbagai karakter untuk mencari tahu keberadaan musuh-musuh dan juga orang-orang yang berjasa pada dirinya dan ayahnya saat dia di penjara dulu.
Sebagai contoh saat dirinya menyamar sebagai pegawai dari suatu firma yang membeli semua hutang Morrel―mantan atasannya dulu dan memberikan perpanjangan waktu tiga bulan pada Morrel untuk memenuhi kewajibannya. Sampai akhirnya Morrel bangkit dari keterpurukannya dan berhasil membangun kembali bisnisnya. Tidak hanya itu, Dantes pun memberikan mas kawin yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya oleh putri Morrel.

Dengan harta karun yang dia temukan di Pulau Monte Cristo, dia menjadi kaya raya dan juga berkuasa. Berbekal semua ini lah, satu per satu dendamnya, dia balaskan. Adapun perjalanan kisahnya sampai seorang Edmond Dantes menjadi Count of Monte Cristo ini pun sungguh luar biasa. Dantes telah membuat rencana yang terinci dan cermat hingga hal-hal kecil, yang menghasilkan rencana pembalasan dendam yang sempurna.

Ada satu kata bijak yang mau tidak mau saya setuju dengan kata-kata tersebut.
“...tidak ada kebahagiaan atau ketidak bahagiaan di dunia ini, yang ada hanyalah perbandingan dari satu keadaan dengan yang lain. Hanya seseorang yang merasa putus asa benar mampu merasakan berkat paling tinggi...”.

Monte Cristo adalah sebuah pulau kecil di Italia yang terletak di tengah perjalanan antara Corsica dan Italia Daratan: selatan Elba dan barat Giglio. (Gambar P.Monte Cristo ultimateitaly.com)

The Count of Monte Cristo awalnya diterbitkan dalam Journal des Débats pada 28 Agustus 1844 hingga 15 Januari 1846. Diterbitkan pertama kali di Paris oleh Pétion dalam 18 volume (1844-1845) dan versi lengkap novel ini dalam bahasa Perancis diterbitkan sepanjang abad kesembilan belas.
Novel ini pun sudah diadaptasi ke dalam film dalam berbagai macam versi. Dari mulai serial televisi hingga film layar lebar.

Alexandre Dumas, pére (senior) terlahir dengan nama lengkap Dumas Davy de la Pailleterie, lahir di Villes-Cotteréts pada 24 Juli 1802 dan meninggal di Puys pada 5 Desember 1870 dalam usia 68 tahun karena stroke. Dia adalah penulis berkebangsaan Perancis paling terkenal abad 19, dikenal dengan novel-novel historisnya yang sarat dengan petualangan. Karyanya yang termasyur, The Three Musketeers dan Te Count of Monte Cristo, yang keduanya ditulis hanya dalam rentang waktu dua tahun (1844-1845). Sebagian besar novelnya, termasuk The Count of Monte Cristo dan Roman D’Artagnan, dibuat beeseri. Selain menulis novel, Dumas pun menulis drama, artikel majalah dan merupakan seorang koresponden yang berpengaruh.


The Count of Monte Cristo merupakan buku yang “seksi” karena bukan hanya tebal tapi hurufnya yang kecil-kecil. Dan bagi saya bintang empat layak untuk diberikan pada buku yang berhasil menggambarkan bahwa perbuatan tidak adil yang diterima seseorang, bisa menghasilkan dendam yang besar.
Tetapi saya merasa kurang puas saat tidak diceritakannya dengan lengkap hal-ikhwal penemuan harta karun di Pulau Monte Cristo itu. Terlalu singkat dan terlalu gampang harta karun itu ditemukan. Seolah-olah harta itu hanya disimpan di suatu tempat yang mudah sekali untuk ditemukan tanpa harus berusaha sangat keras.
Tapi sempat saya dibuat mual dan merinding tatkala saya sampai pada bagian Mozaletta―hukuman yang sangat sadis, di mana orang yang menerima hukuman itu harus rela kepalanya dihantam dengan gada untuk kemudian digorok lehernya dan diinjak-injak perutnya sehingga darah akan mengucur deras pada lubang yang menganga di leher akibat gorokan pisau sang algojo. Sungguh hukuman yang sangat tidak berperikemanusiaan. Tetapi ironisnya sangat dinikmati oleh masyarakat yang menyaksikannya kala itu, bahkan kemudian langsung menggelar pesta karnaval yang meriah, seakan-akan hukuman sadis itu tidak pernah berlangsung.

PROPHECY OF THE SISTERS


Resensi oleh Noviane Asmara 

PROPHECY OF THE SISTERS
Penulis : Michelle Zink
Penerjemah : Ida Wajdi
Penyunting : Aisyah
Korektor : Tisa Anggriani
Tebal : 359 Halaman
Harga : Rp 68.500
Cover : Soft Cover
Genre : Dark Fantasy
Penerbit : Matahati
Cetakan : I, Maret 2011

Anak kembar selalu membuat saya takjub. Takjub karena mereka itu unik. Apalagi bila mereka adalah kembar identik. Dari segi fisik, semuanya sama. Postur tubuh, bentuk wajah bahkan kadang sampai kepada sikap dan hobi, walaupun hal-hal yang menyangkut kepribadian akan selalu berbeda.
Tapi ini bukanlah tentang cerita anak kembar yang biasa. Bbagaimana bila ada gadis kembar identik yang sifatnya saling bertolak belakang. Mereka berasal dari satu sel telur yang sama, lahir dari rahim yang sama pula, tapi ketika tumbuh dan berkembang, sifat mereka bagai kutub utara dan selatan. Menjadi dua sosok berbeda, sosok protagonist dan antagonis.

Dalam buku pertama seri Prophecy of the Sisters ini, dikisahkan dua gadis kembar identik berusia 16 tahun, Alice dan Amalia Miltrorpe.
Keduanya tumbuh dan besar bersama dibawah asuhan Bibi Virginia, saat sang Ibu yang merupakan kembarannya meninggal dunia.
Pada usia 16 tahun, kedua gadis kembar itu bersama adik lelaki mereka, Henry yang hidup mengandalkan kursi roda akibat kakinya yang lumpuh, menjadi yatim piatu. Ayah mereka, Thomas Milthorpe, meninggal dengan cara yang tidak wajar, seperti kematian Ibu meraka sebelumnya.

Kematian sang ayah, membawa banyak perubahan terhadap kehidupan Alice, Lia dan Henry Milthorpe.
Mendadak muncul tanda aneh di pergelangan tangan Lia, semacam tato timbul. Jorgumand. Tanda yang menonjol seperti parut luka, dengan pola yang membentuk garis tempat ular itu membelit diri ke tepian lingkaran hingga mulutnya memakan ekornya sendiri.
Kemunculan tanda ini disertai dengan munculnya beberapa kejadian janggal lainnya. Ditemukannya buku berkulit sejuk dan kering berhias rancangan mencetak pola figur-figur aneh dan sangat tua, di perpustakaan milik ayah mereka. Buku yang hanya berisi satu halaman saja, yang memuat tulisan berbahasa latin, yang akhirnya diketahui adalah sebuah ramalan kuno. Ramalan yang kelak menentukan takdir kehidupan si Kembar Milthorpe dan juga yang lainnya.

Melalui api dan harmoni, umat manusia bertahan
Hingga dikirimnya para Garda,
Yang mengambil istri dan kekasih dari seorang pria,
Menimbulkan kemurkaan-Nya
Cerita ini dimulai darr sini :
Dua saudari , terbentuk dari samudra bergelombang yang sama,
Yang satu sang Garda, yang lain sang Gerbang.
Yang satu penjaga kedamaian,
yang lain berukar sihir untuk pemujaan.
Tatkala para Saudari melanjutkan pertempuran
Hingga Sang Gerbang memanggil mereka kembali
Atau sang Malaikat membawa Kunci-Kunci menuju Neraka
Tentara, berbaris melalui Gerbang
Samael, sang Iblis, melalui sang Malaikat
Sang malaikat, hanya dijaga oleh perlindungan selubung halus
Emat tanda, Empat kunci, Lingkaran Api
Terlahir dalam napas pertama Samhain
Dalam bayangan Ular Batu Mistis dari Aubur
Biarkan Gerbang Malaikat mengayun tanpa Kunci
Diikuti Tujuh Tulah dan Tak Kembali
Kematian
Kelaparan
Darah
Api
Kegelapan
Kekeringan
Kehancuran
Rentangkan lenganmu, Nona Kekacauan
Malapetaka sang Iblis akan mengalir seperti sungai
Karena semuanya musnah saat Tujuh Tulah dimulai.

Ramalan tentang kehidupan dua gadis kembar yang diusir ke bumi. Ramalan itu seolah-olah menuntun dan menentukan kehidupan Alice dan Lia pada sebuah misteri dan dendam di masa lalu. Misteri yang telah ada beberapa ribu tahun yang lalu. Misteri yang merenggut kehidupan Ibu dan Ayah mereka, juga para saudari yang berkaitan dengan semua gadis kembar.

Sayangnya, sekarang Alice dan Lia berada di sisi yang berseberangan. Alice berada di sisi kelam, sisi yang telah dipilihnya. Alice yang sejak kecil telah menampakkan tanda-tanda itu. Tapi hal ini makin menjadi setelah kematian ayahnya. Sifat misterius dan bengisnya semakin terlihat. Sedangkan Lia berada di sisi satunya. Dan berniat menyelamatkan dunia semampu yang ia bisa lakukan dengan dukungan teman-temannya. Lia bertekad untuk mengakhiri ramalan itu.

Lia harus terus berjuang dan juga terus mendapatkan teror. Tapi ia tetap bertahan, walau hal itu kadang membuatnya hampir putus asa dan nyaris gila. Bagaimana tidak? Lia harus melawan adik kembarnya sendiri, adik yang telah bersama-sama dengan dirinya bahkan sejak dalam rahim Ibu mereka.
Lia bersama dua orang sahabatnya, Sonia Sorrensen dan Luisa Torelli, secara perlahan-lahan menyingkap selimut misteri yang sangat gelap yang awalnya datang dari sebuah pengkhianatan.

Dan Alice, memilih takdirnya sebagai orang yang melawan Lia. Semua ini ia lakukan karena dendam, ia merasa bahwa seharusnya ialah yang berada di posisi Lia saat ini, bukan Lia yang dalam pandangan Alice sudah merebut apa yang seharusnya menjadi miliknya.

Lembar demi lembar yang kita baca, menyuguhkan ketegangan dan sensasi yang berbeda. Rasa marah, takut, dendam dan juga cinta, turut hadir menguras emosi para pembaca. Kita tidak disajikan kisah dark fantasy dengan endingnya biasa saja. Tetapi kita akan terhanyut di dalamnya, seolah-olah kita ikut mengembara bersama Lia, dengan merasakan kepedihannya dan rasa dilema untuk memilih. Kita juga akan ikut merasakan sakit hati yang dalam yang diderita Alice.
Kesedihan pun terurai panjang di sini. Bagaimana tatkala Alice dan Lia sekali lagi harus melihat kematian orang yang mereka berdua cintai mati, hanya karena keegoisan mereka.

Endingkisahnya, sungguh mengejutkan, tetapi jujur saya menyukainya, walaupun pada awalnya sulit untuk menerimanya. Saya yakin, buku sekuelnya yang berjudul Guardian of the Gate, akan sama memukaunya dengan buku ini, bahkan mungkin lebih. Begitu juga harapan saya untuk buku ketiganya Circle of Fire.

Michelle Zink tinggal di New York bersama keempat anaknya. Dia selalu terpikat pada mitos dan legenda kuno, serta tak pernah berhenti mempertanyakannya. Tetapi ketika dia menemukan jawaban atas apa yang dicarinya, lahirlah sebuah kisah. Prophecy of the Sisters adalah salah satunya.
Untuk mengenal Zink lebih lanjut dan mengetahui karya lainnya, dapt mengunjungi situs wednya di: www.michellezink.com

Monday, June 27, 2011

The Little Red-Cap

Once upon a time there was a dear little girl who was loved by every one who looked at her, but most of all by her grandmother, and there was nothing that she would not have given to the child. Once she gave her a little cap of red velvet, which suited her so well   that she would never wear anything else; so she was always called Little Red-Cap.

One day her mother said to her, "Come, Little Red-Cap, here is a piece of cake and a bottle of wine; take them to your grandmother; she is ill and weak, and they will do her good. Set out before it gets hot, and when you are going, walk nicely and quietly and do not run off the path, or you may fall and break the bottle, and then your grandmother will get nothing; and when you go into her room, don't forget to say, 'Good-morning,' and don't peep into every corner before you do it."

"I will take great care," said Little Red-Cap to her mother, and gave her hand on it.

The grandmother lived out in the wood, half a league from the village, and just as Little Red-Cap entered the wood, a wolf met her. Red-Cap did not know what a wicked creature he was, and was not at all afraid of him.

"Good-day, Little Red-Cap," said he.

"Thank you kindly, wolf."

"Whither away so early, Little Red-Cap?"

"To my grandmother's."

"What have you got in your apron?"

"Cake and wine; yesterday was baking-day, so poor sick grandmother is to have something good, to make her stronger."

"Where does your grandmother live, Little Red-Cap?"

"A good quarter of a league farther on in the wood; her house stands under the three large oak-trees, the nut-trees are just below; you surely must know it," replied Little Red-Cap.

The wolf thought to himself, "What a tender young creature! what a nice plump mouthful—she will be better to eat than the old woman. I must act craftily, so as to catch both." So he walked for a short time by the side of Little Red-Cap, and then he said, "See Little Red-Cap, how pretty the flowers are about here—why do you not look around? I believe, too, that you do not hear how sweetly the little birds are singing; you walk gravely along as if you were going to school, while everything else out here in the wood is very merry."

Little Red-Cap raised her eyes, and when she saw the sunbeams dancing here and there through the trees, and pretty flowers growing everywhere, she thought, "Suppose I take grandmother a fresh nosegay; that would please her, too. It is so early in the day that I shall still get there in good time;" and so she ran from the path into the wood to look for flowers. And whenever she had picked one, she fancied that she saw a still prettier one farther on, and ran after it, and so got deeper and deeper into the wood.

Meanwhile the wolf ran straight to the grandmother's house and knocked at the door.

"Who is there?"

"Little Red-Cap," replied the wolf. "She is bringing cake and wine; open the door."

"Lift the latch," called out the grandmother, "I am too weak, and cannot get up."

The wolf lifted the latch, the door flew open, and without saying a word he went straight to the grandmother's bed, and devoured her. Then he put on her clothes, dressed himself in her cap, laid himself in bed and drew the curtains.

Little Red-Cap, however, had been running about picking flowers, and when she had gathered so many that she could carry no more, she remembered her grandmother and set out on the way to her.

She was surprised to find the cottage-door standing open, and when she went into the room, she had such a strange feeling that she said to herself, "Oh dear! how uneasy I feel to-day, and at other times I like being with grandmother so much." She called out, "Good morning," but received no answer; so she went to the bed and drew back the curtains. There lay her grandmother with her cap pulled far over her face, and looking very strange.

"Oh! grandmother," she said, "what big ears you have."

"The better to hear you with, my child," was the reply.

"But, grandmother, what big eyes you have!" she said.

"The better to see you with, my dear."

"But, grandmother, what large hands you have!"

"The better to hug you with."

"Oh! but, grandmother, what a terrible big mouth you have!"

"The better to eat you with!"

And scarcely had the wolf said this, than with one bound he was out of bed and swallowed up Red-Cap.
When the wolf had appeased his appetite, he lay down again in the bed, fell asleep and began to snore very loud. The huntsman was just passing the house, and thought to himself, "How the old woman is snoring! I must just see if she wants anything." So he went into the room, and when he came to the bed, he saw that the wolf was lying in it. "Do I find thee here, thou old sinner!" said he. "I have long sought thee!" Then just as he was going to fire at him, it occurred to him that the wolf might have devoured the grandmother, and that she might still be saved, so he did not fire, but took a pair of scissors, and began to cut open the stomach of the sleeping wolf. When he had made two snips, he saw the little Red-Cap shining, and then he made two snips more, and the little girl sprang out, crying, "Ah, how frightened I have been! How dark it was inside the wolf;" and after that the aged grandmother came out alive also, but scarcely able to breathe. Red-Cap, however, quickly fetched great stones with which they filled the wolf's body, and when he awoke, he wanted to run away, but the stones were so heavy that he fell down at once, and fell dead.

Then all three were delighted. The huntsman drew off the wolf's skin and went home with it; the grandmother ate the cake and drank the wine which Red-Cap had brought, and revived, but Red-Cap thought to herself, "As long as I live, I will never by myself leave the path, to run into the wood, when my mother has forbidden me to do so."

It is also related that once when Red-Cap was again taking cakes to the old grandmother, another wolf spoke to her, and tried to entice her from the path. Red-Cap was, however, on her guard, and went straight forward on her way, and told her grandmother that she had met the wolf, and that he had said "good-morning" to her, but with such a wicked look in his eyes, that if they had not been on the public road she was certain he would have eaten her up. "Well," said the grandmother, "we will shut the door, that he may not come in." Soon afterwards the wolf knocked, and cried, "Open the door, grandmother. I am little Red-Cap, and am fetching you some cakes." But they did not speak, or open the door, so the gray-beard stole twice or thrice round the house, and at last jumped on the roof, intending to wait until Red-Cap went home in the evening, and then to steal after her and devour her in the darkness. But the grandmother saw what was in his thoughts. In front of the house was a great stone trough, so she said to the child, "Take the pail, Red-Cap; I made some sausages yesterday, so carry the water in which I boiled them to the trough." Red-Cap carried until the great trough was quite full. Then the smell of the sausages reached the wolf, and he sniffed and peeped down, and at last stretched out his neck so far that he could no longer keep his footing and began to slip, and slipped down from the roof straight into the great trough, and was drowned. But Red-Cap went joyfully home, and never did anything to harm any one.

Saturday, June 25, 2011

Legenda Danau Toba (Sumatera Utara)


Dahulu kala hiduplah seorang pemuda sebatang kara. Namanya Toba. Ia memiliki sebuah lahan pertanian kecil yang dikerjakannya dengan rajin.

Toba sering pergi menangkap ikan dengan jala di sungai dekat rumahnya. Pada suatu sore ia pergi mencari ikan. Sudah berkali-kali ia menebar jala namun tak satupun ikan didapatnya. Hari pun sudah mulai gelap. Akhirnya ia berkata dalam hati, “Biar kucoba melempar jala ini sekali lagi. Bila tidak dapat ikan lagi, aku pulang saja.” 

Ternyata kali ini usahanya membawa hasil. Seekor ikan mas besar terperangkap dalam jalanya. Toba pun pulang dengan hati gembira.

Sesampai di rumah, Toba bersiap-siap memasak ikan itu. Namun ia terperanjat melihat ikan itu mengedipkan matanya. Lama ia memandangi ikan itu. Ikan itu tidak pernah berkedip lagi. “Aku pasti salah lihat tadi, mana mungkin ikan mengedipkan mata,” pikir Toba. Namun makin lama dipandanginya, Toba melihat ikan itu indah sekali. Warnanya agak merah keemasan, sisik-sisiknya pun nampak lebih mengkilat. Akhirnya ia mengurungkan niatnya menyantap ikan itu. Ikan itu diletakkannya dalam tempayan dan diberinya makanan.

Esok harinya Toba ke ladang seperti biasa. Menjelang sore ia pulang. Sesampai di rumah ia ke dapur ingin mengambil jala. Betapa terkejutnya ia melihat makanan telah siap di atas meja. 

Ia heran, “Siapa yang memasak?” Namun perutnya yang lapar membuatnya segera makan tanpa banyak berpikir. Setelah makan ia pun sangat mengantuk dan segera tidur.

Keesokan harinya Toba pergi ke ladang dan ketika pulang ia lagi-lagi mendapati makanan lezat di meja dapur. Ia makan dengan lahap, dan kemudian ia pun segera pergi tidur.

Pada hari ketiga, Toba berpura-pura pergi ke ladang. Ia ke luar rumah lalu bersembunyi di balik semak-semak di dekat rumahnya. Tak lama kemudian ia melihat asap dari dapur rumahnya. Ia pun bergegas kembali ke rumah. Betapa terkejutnya ia melihat seorang wanita cantik jelita sedang memasak.

“Siapakah kau? Mengapa kau memasak untukku?” tanya Toba.

“Aku ikan mas yang kau tangkap di sungai. Kau tidak membunuhku, jadi sekarang aku membalas budi dengan memasak untukmu,” jawab wanita itu.

Toba jatuh cinta kepada wanita itu. Beberapa hari kemudian ia pun memintanya menjadi isterinya.

Wanita itu menerima pinangan Toba dengan satu syarat. “Kau harus bersumpah, kau tidak akan pernah mengatakan bahwa aku berasal dari ikan.”

Toba bersumpah dan mereka pun menikah dan hidup berbahagia. Kebahagiaan mereka bertambah ketika anak laki-laki mereka lahir. Anak itu diberi nama Samosir.

Samosir sangat dimanjakan ibunya sehingga tumbuh menjadi anak yang nakal. Ia juga selalu lapar. Makanan apa saja dihabiskannya.

Pada suatu siang, Samosir disuruh ibunya mengantarkan makanan untuk ayahnya di ladang. Ibunya sudah menyiapkan bungkusan nasi dan air.

Siang itu panas terik. Toba kepanasan dan kehausan. Ia girang melihat anaknya datang membawakan nasi dan air untuknya. Namun betapa kecewanya ia ketika melihat isi bungkusan hanya sisa-sisa nasi dan tulang ayam. Ia pun meraih botol air. Ternyata hanya tersisa beberapa tetes air.

“Samosir anakku, mengapa ibumu menyuruhmu membawa makanan seperti ini?”

Samosir pun bercerita, “Aku lapar, ayah. Tadi aku makan nasi ayah sedikit.”

Toba murka. “Anak nakal. Dasar kau anak ikan!”

Samosir terkejut. Toba juga merasa bersalah, namun sudah terlambat.

Sambil menangis Samosir berlari pulang.

“Ibu! Ibu!” panggilnya.

Ibunya bertanya, “Mengapa kau menangis, nak?”

Samosir bercerita tentang kejadian di ladang tadi. Ibunya berkata,”Sekarang kita harus kembali ke asal kita, nak. Ayahmu telah melanggar sumpahnya.”

Pada saat itu cuaca tiba-tiba menjadi mendung dan segera turun hujan yang sangat lebat disertai petir dan kilat. Samosir dan ibunya lenyap.

Hujan terus turun hingga seluruh lembah digenangi air. Genangan air itu kemudian membentuk sebuah danau dengan sebuah pulau kecil. Danau itu disebut danau Toba dan pulau di tengahnya disebut pulau Samosir.


Wednesday, June 22, 2011

Kelinci dan Kepiting

Pada suatu hari seekor kelinci dan seekor kepiting bersama-sama menanam wortel. Mula-mula mereka memilih bibit wortel dan menanamnya. Kemudian mereka merawat tanaman wortel muda, keduanya sangat kompak. Mereka memanen dan memisahkan wortel dari batangnya.

Tiba saatnya untuk membagi hasil panenan itu. Kelinci berkata kepada kepiting, “Lihatlah kedua tumpukan wortel ini. Tumpukan ini kecil dan yang di sebelah sana lebih besar. Ambillah tumpukan besar itu dan aku akan mengambil tumpukan yang lebih kecil.”

Melihat tumpukan kecil itu berisi wortel dan tumpukan kecil hanya berisi batangnya saja, kepiting menjawab, “Terima kasih, temanku, tetapi aku ingin bersikap adil. Kita bagi saja kedua tumpukan ini menjadi dua. Bagaimana menurutmu?”

“Tidak, aku tidak setuju,” kata kelinci, Mari kita berjalan menjauh sebanyak tiga puluh  melangkah lalu kita berlomba lari . Siapa yang menang akan mendapat wortel dan yang kalah mendapatkan batangnya. Bagaimana?”

“ Baiklah, cukup adil untukku,” jawab kepiting.

Kelinci gembira karena ia yakin akan memenangkan lomba lari. “Kalau kau menang, kau boleh mengambil semua wortel dan batangnya sekaligus. Kau setuju?” katanya.

“Satu lagi,” kata kelinci, “karena aku tahu kau lebih lambat dariku, kau boleh mendahuluiku sepuluh langkah.”

“Tidak, aku tidak mau,” kata kepiting,” kaulah yang harus mendahuluiku sepuluh langkah. Kau tidak boleh menolak.”

“Baiklah, baiklah,” kelinci menjawab ragu-ragu, tetapi ia gembira dengan usul si kepiting.

Mereka berjalan bersama-sama sejauh tiga puluh langkah. Kelinci mulai lari untuk mendahului kepiting sejauh sepuluh langkah. Tanpa sepengetahuannya, kepiting menjepit  ekor kelinci dengan capitnya.

Ketika mereka tiba di tumpukan wortel, kelinci membalikkan badannya untuk melihat kepiting yang dikiranya masih jauh tertinggal di belakangnya. Diam-diam kepiting melepaskan jepitannya dan menjatuhkan diri di atas tumpukan wortel.

“Dimana kau, teman?” tanya kelinci gembira ketika tidak melihat kepiting.
“Aku di sini!” sahut kepiting di belakangnya.

Kelinci terkejut bukan kepalang, tidak percaya apa yang dilihatnya. Kepiting sedang memanjat tumpukan wortel.

“Aku di sini! Aku tiba sebelum kau!”

Pada hari itu untuk pertama kalinya kelinci kalah dalam lomba lari. Ia sangat sedih karena tidak mengerti bagaimana kepiting dapat mengalahkannya. Kepiting pun mendapatkan semua wortel itu.

Kisah Pohon Kelapa



Dahulu kala hiduplah seorang kakek tua.  Ia sudah sangat tua, banyak orang mengatakan usianya sudah seribu tahun.  Kakek itu juga sangat bijaksana dan mengatahui banyak hal.  Banyak orang datang ke guanya di dekat laut. Mereka meminta kakek membantu memecahkan masalah mereka.

Pada suatu hari , seorang pemuda datang menemui sang kakek. 

“Kakek yang bijak,” kata pemuda itu.

 “Aku ingin menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Aku ingin melayani sepanjang hidupku.  Katakan padaku, kek, bagaimana aku dapat melakukannya?”

“Niatmu sangat terpuji,” kata kakek.

“Bawalah kotak ajaib ini. Jangan kaubuka kotak ini sebelum kau tiba di rumah.  Ingat, bila engkau membukanya sekarang, sesuatu akan terjadi pada dirim.”

“Terima kasih, kek,” kata pemuda. Ia mengambil kotak itu dan pergi.

Ketika tiba di luar gua, ia berhenti. 

“Aku penasaran, apa yang ada dalam kotak ini?” katanya dalam hati. 

“Aku lihat saja apa isinya.”

Ia membuka kotak itu dan seketika itu juga ia berubah menjadi sebatang pohon yang tinggi, pohon kelapa.  Itulah hukuman baginya karena tidak mematuhi peringatan sang kakek, namun ia tetap menjadi apa yang ia inginkan, karena  berguna untuk orang lain. Semua bagian pohon kelapa, dari akar, batang, buah, daun hingga bagian yang lain bermanfaat bagi manusia

Categories

7 keajaiban dunia 7 wonders a pair of lover ABG abjad Adam Adat Tengger AdSense now speaks Indonesian Adu banteng adzan magrib Agama Tengger Ajisaka akuturasi hindu jawa Al Khazin alcohol Alkhazen all in one amatir Ambeien Ambon Amerika anak anak kelas 1 Angka 7 Angka 7 pakai sabuk Angka Tujuh angkot animal antimo Apa Itu Hoax apartemen Apoteker Apple aquarium Arab Arti Eureka Arti Sejarah artis Asah Otak Asal Bung Karno Asal Mula Hoax Asal Mula Kelenteng Asal Mula Teka-teki Silang Asal Mula TTS Asal usul Coklat Asal Usul Eureka Asal Usul Hoax Asal Usul Marga Batak Asal-usul Asal-usul Blackberry Asal-usul Duit Asal-usul Google Asal-usul Komputer Asal-usul Kota Bandung asal-usul lagadoni asal-usul mahameru Asal-usul Nama Indonesia Asal-usul Paman Sam asal-usul pizza Asal-usul Qwerty asal-usul semeru Asal-usul Vaksin Polio asal-usul wikileaks ASI at work ATM Australia Auto 2000 ayam betutu ayu ting ting Baby bad boys bahasa Arab bahasa Cirebon bahasa inggris bahasa Jawa bahasa Jepang bahasa sunda Bali Bali Aga Bali Asli Bali bird park Bali Mula Bali Safari Bali Turunan Baliaga bandung Bandungbondowoso Bangkok bangunan Barcelona Barrack Obama Bartender batak batu bata Batubara Sawah Lunto Bbm be thankful for the little thing Bear bebek Bejo belajar masak belajar. belalang kupu-kupu Bella Saphira bencong Benjol Bepe berenang bersyukur Best Bar Bidadari Bidpai biksu Bill Gates Bintang Toedjoe Biografi Bioskop bis kota BJ Habibie Blackberry Blind spot Blog Sejarah BMW BMW 320i Bohong di Internet bola golf Boobs vs. Willies borobudur Boston boxing Brain study Brebes brimob buah buaya bubur ayam Budaya Tengger budeg buku buku tabungan BUMN bunga mawar Bunker Batavia Bunker Jakarta Bunker Kota Tua Bupati Malang burung beo cafe camping Can I help you mam ? can't pay Candi Blitar candi bukit barisan candi muara tikus cape deh.. capucino Carl Lewis CCTV Celana dalam celana pendek celebration of life celine dion cemetery cendol Ceragem Cerita dari Cina Cerita Inspirasional Cerita Rakyat Cerita Rakyat Filipina Cerita Rakyat India Cerita Rakyat Iran Cerita Rakyat Jawa Barat Cerita Rakyat Jawa Timur Cerita Rakyat Kashmir Cerita Rakyat Malaysia Cerita Rakyat Merapi Cerita Rakyat Myanmar Cerita Rakyat Nusantara Cerita Rakyat Suku Indian Cherokee Cerita Rakyat Suku Maya Cerita Rakyat Turki Cerita Silat SH Mintardja Cerpen charm body fit cherry belle China China phone Chinese Chivas chocolate Church CIA Cicadas circle fly club golf clubbing coca cola coffe shop Coklat Afrodisiak Coklat untuk Seks Coklat Valentine Columbia Complete contact convenient cowo bodoh... cowo-cowo CPD CPM cucu Cup D cute cyber cafe Da'i Bachtiar daftar nama wali pitu Dahlan Iskan daihatsu danau Daun putri malu david beckham Dawet delight demo Demo Kerbau departemen kesehatan Dewata Cengkar Dewi Sekardadu Dian Sastro die hard digigit ular dijual butuh uang direct marketing direktur utama diskettes ditlantas polda dokter Dokter gigi dokter kandungan dokter THT Dongeng Dongeng Mancanegara Dora Sembada dosen DPR driver Durian e-KTP e-mail Ebook Tengger Bromo electrolux elephant Eloy Zalukhu Embargo embassy enchantment encim Engkoh Enter es keliling es teh manis Esemka Eureka Archimedes Eureka dan Sejarahnya Eureka Saya Menemukannya Eve Fabel Aesop Fabel Bidpai facebook fanta Farmer farmville FB FB Mayer FBI fengshui fenny rose fesbuk Finished Focus Foke Foklor Merapi fokus foya-foya frustasi Gaek Cukua Sabalah gajah hitam Galatama Galaxy tab Ganesha Blitar Ganesha Kala Dicuri ganteng tapi bandel ganti kartu Garam Gunung Krayan Garis Lurus Merapi Kraton Pantai Selatan Garis Lurus Yogya Garuda Magazine gema gembok dan anak kunci Gereja Bantul Gereja Candi get up Getuk Ginza Gogol Gogol Gempol Gogol Pasuruan Gogolan google Google talk Gorilla Greek and Roman Mythology Green Greg Riley Gudeg Gunung Batok Gunung sion Gunung Tengger guru hakim hamil Hanacaraka hand Hans Christian Andersen happiness hari kiamat Hari Lahir Yesus harta Hati Kudus Tuhan Yesus hayam headset health heart attck heaven Helicopter view helm hemorrhoid herin Hermawan Kartajaya Hikayat Tangkuban Perahu Hoax Holland bakery Hollywood Homo Honocoroko Humor humour huruf A semua huruf vokal Hut Kemerdekaan Ibu ikan baronang ikan belanak ikan kembung iman imigrasi impoten Indian boy Indomie Indonesia Info Inlandeer internet Interview ipad iPad2 iphone ipod IQ isi pulsa Istana Cipanas istri istri bawel ITB Iwak peyek Jalangkung jambu monyet James Watt Jamil Azzaini jangan dicoblos jangan menunggu Jataka Jepang Jogya joko Joko Widodo Joni Judo jujur juragan tanah just kidding Justin Bieber kaca spion Kacang dua kelinci kacang ijo Kacang mete kadal air kakek kambing Kambing hitam kambing putih kan pei kantor polisi kantor pos Kapan Yesus Lahir karburator karyawan baru Kasih Kata Duit Katolik Bantul KB suntik ke sambar petir Kebetulan Aneh Kebetulan Unik kehidupan Keistimewaan Yogyakarta Kejaksaan keju kekayaan Kelahiran Soekarno Kelapa kenalan kera sakti kerajaan sriwijaya Keraton Solo Keris Sarutama king of world Kisah Klasik Minang kisah merapi KL Klenteng Mbah Ratu Surabaya kode kode baru kodok komar komodo Komputer dari zaman ke zaman kopi Kost kota wisata kotak surat koto kampar KPK Kraton Solo kreditan TV Krisdayanti KTP Kudus kulkas second kunci mobil kuntilanak kurang gizi Kutoarjo lada hitam Ladies Lady gaga lamaholot lamanerin lampu merah langit biru Latte Laundry laut mati Learn to move on leaving office on time Lebaran Lee Myung Bak legenda gunung semeru Legenda Mbah Maridjan Legenda Mbah Petruk legenda merapi Legenda Sangkuriang Lemari es lemots life life in the world lift up Lilin Liposuction Logistics and organization Losarang Losmen lowongan kerja lubang hidung Luck mabal sakola Madura mahasiswa main rules Majesti Makam Mbah Soleh Makam Sunan Ampel Makan siang makassar Makna Sejarah Malaysia Malik Ibrahim manado manager Manager HRD Mancing mania Mancing. mang beca Mantri sunat maratus Mardi Lestari Marga Batak mario teguh masjid agung demak masjid akulturasi Masjid Ampel masjid ki ageng henis masjid laweyan masjid solo Masjid Sunan Ampel Masuknya Islam Indonesia Masuknya Islam Nusantara masya Allah Masyarakat Tengger Matador Spanyol Matematika Maulana Aliyuddin Maulana Ishak Maulana Malik Isroil Maulana Muhammad Ali Akbar Mbah Bolong Mbah Petruk Mbah Soleh Ampel Mbah Sonhaji Mbah Suwo Melinda membaca buku membalas budi member get member menado menara pisa mencret menelepon menggodaku Mercedez AutomaticI Mercy Merdeka meresapi Mertua mi instan michael Jackson mie mikrolet minum minuman keras Miss Malaysia Miss Universe Miss USA Mitos Mbah Petruk Mitos Merapi MK mom and wife mona money monogami monoton monyet motivasional motivation motivator Mr Bean MS Hidayat muara tikus mudik Muhammad Al Maghrobi murid Murid Sunan Ampel MySpace Nama Google Nanas nasi goreng Nasredin Hoja nazarudin nematus Nenek New York Nidji nightclub Jokes nilai jual nini-nini Novel Nyadran nyamuk Obama Oneng dan Badjuri orang bijak orang gila orang pintar Orang Rantai orang tua Oscar Wilde otak pria otak wanita pacaran pagar listrik pak Camat pak Lurah Pak RT pakis PAM Panchatantraa panjang pinang panjang umur Panwaslu Papua parang tritis Paris Hilton pasar pasien password Patung Kala Blitar patung Kala Dicuri pawisata pedagang baso pedagang ikan pejabat pusat Pejagan Kanci Pekalongan pekan baru pelangi Pembeli adalah raja Pemimpin yg baik pemuda pen drive pencipta lambang negara Indonesia pencuri pulsa pengadilan pengantin baru Pengemis pengumuman peniti penjual buah penjual sayur Penyakit Polio penyanyi dangdut Penyiar Peradaban Atlantis Perahu Bugis Perahu Makassar permaisuri Perut buncit Pesangon peternak sapi Petik Laut photographer Piala Dunia pilkada DKI Pinisi Pink Pintu yang selalu terbuka piramida Piramida Gunung Lalakon Pizza PLN pocong POLDA Poliandri Police officer Poligami Polio polisi poltak pom bensin positive thinking post office pramugara Pramugari productivity Professor Psikiater puasa public relation Purbakala Blitar Putus asa Qomar dan siti... Qurban Rabbit racun Radio raja raja sate H. Subali Ramadhan Ramlan rayuan si raja gombal Rendah hati Renungan Reunian reward point Rhino rice cooker Robot Roro Anteng Joko Seger Roro Jonggrang rorompok RS jiwa RS TNI AU Dr Salamun rule rumah bordil Saka salaki sakarat salesman Sandal Jepit sate. satpam Satya Yoga Sawah Gogol sawo matang Sayur SD Seafood pizza Sego Jagung Sejarah Sejarah Ampel sejarah angka 7 Sejarah Angka Tujuh Belanda sejarah artis Sejarah BlackBerry Sejarah Bromo Sejarah Bunker Jakarta Sejarah Coklat Sejarah Eureka sejarah garuda pancasila Sejarah Google Sejarah Gunung Merapi Sejarah Hanacaraka Sejarah Hoax Sejarah Indonesia Sejarah Islam Indonesia Sejarah Islam Nusantara Sejarah Istana Cipanas Sejarah Jakarta Sejarah Komputer Sejarah Kraton Solo Sejarah Kraton Yogyakarta sejarah lagadoni Sejarah Majapahit Sejarah Marga Batak Sejarah Masjid Ampel sejarah merapi sejarah minyak goreng Sejarah Nama Indonesia Sejarah Orang Rantai Sejarah Paman Sam Sejarah Pinisi Sejarah Polio Sejarah Prambanan Sejarah Qwerty Sejarah Roro Anteng sejarah rumah sakit sejarah semeru Sejarah Teka-teki SIlang Sejarah Tengger Sejarah TTS Sejarah Wali Sejarah Walisongo sejarah wikileaks sekolah minggu sekretaris selang oksigen Semangka Sembilan Makam di Ampel sendok Sentong Tengah sepak bola serangan jantung seribu setitik embun inspirasi Seven up Showroom Sianida siapa julian assange Siapa Mbah Maridjan siapa sultan hamid II siliaris pupil silverQueen SIM simbol pria simbol wanita Singapore Singkong sirkulasi darah Situs Purbakala Situs Purbakala Blitar Smash SMS SNSD Social networks Solo soto ayam space SPBU Muri Tegal SPG Starbucks status steve jobs STNK storeroom stroke student suami suami dan istri suami istri suami sekarat Sudirman suku sumbangan sun block sun go kong sun plaza Sunan Ampel Sunan Bonang Sunan Drajad Sunan Giri Sunan Gunung Jati Sunan Kalijaga Sunan Kudus Sunan Muria sunat superman supermarket supervisor Surabaya Surakarta surga Surya Paloh susah bernapas susu suzuki Swatch Syahrini Syeh Siti Jenar Syeh Subakir Syekh Piyobang Taekwondo tahayul tahta tahun uang Taiwan taj mahal Tambang Sawah Lunto Tanah abang tangkuban perahu Tanjung kodok taraweh Tarzan tatar sunda Teacher teka teki Teka Teki Silang tekad telepon koin telor Tempat Angker di Merapi Tempat lahir Bung Karno tempe Tenaga kerja Indonesia Tenganan Tengger Bromo terong ungu tersedak Terunyan test drive The Grimm Brothers The Hoax the winner Thomas Alfa Edison THR tidur tiga roda tiger wood tilang tinggi hati tips aman naik angkot tipung titik buta to be to have toilet Toyota Landcruiser Toyota xenia Tradisi Tengger Trivia Trowulan TTS Tuhan tukang baso tukang becak tukang cukur tukang jahit tukang kue tukang pos Tuna netra tuna wicara... turis arab tuyul ucok UGD UI ulang tahun Unesco Upacara Karo Bromo upload FB usb port ustadz Vaksin Polio Vegetarian vegetation Vermak Jin villa VOA volvo wali pitu Walisongo Walisongo Periode I Walisongo Periode II Walisongo Periode III wanita wanita duduk Warteg washington watches water wawancara WC wedding Whale wikipedia windows Wisata Bogor Wisata Cipanas Wisata Sawah Lunto Wisata Solo Wisata Sumatra Barat witches wong ndeso x-men yerikho Yogja Yuni shara zaman