Image Source:http://kartununited.blogspot.com/2007_08_01_archive.html |
Secara umum, kebakaran bisa terjadi oleh beberapa faktor. Faktor yang gue sebut disini adalah faktor yang berhubungan dengan 3K. Yaitu kecerobohan, ketidaksengajaan, dan kepolosan pelaku. Mungkin cerita gue di bawah ini menyangkut ke dalam faktor terakhir, yaitu kepolosan pelaku. Ya, memang sedikit beruntung apabila dalam suatu kasus kebakaran, pihak berwajib telah diberikan alasan/pembelaan karena faktor kepolosan oleh sang pelaku, dan pelaku pun bebas begitu saja tanpa ada hukuman yang mengiringinya, enak ya.
?Selamat pagi, berdasarkan laporan dari pihak terkait, untuk sementara sodara kami tetapkan menjadi tersangka karena terlibat dalam kasus pembakaran.?
?Tidak pak, saya melakukan itu semua karena kepolosan saya, saya tidak tahu apa-apa, saya dari desa, bebaskan saya pak, bebaskan saya.?
?Hmm, dalam undang-undang kepolisian memang ada pengecualian akan alasan itu. Baiklah, anda bebas sekarang.?
?Terima kasih pak, terima kasih.?
Mulai ngawur. tapi itu yang gue alami dalam cerita di bawah ini. dimana menjadi pelaku yang lolos dalam kasus pembakaran, dan hilang sebagai buronan.
"Tok tok tok. Assalamu'alaikum..."
Pagi menjelang siang, kian lama suara ketuk pintu dan ucapan salam terus terdengar. Bahwasannya, dihari itu sedang ada acara keluarga dari sodara nyokap. Karena nyokap gue termasuk orang keturunan Padang asli, mulai dari uni, uda, sampai yang unyu unyu kaya lemang bambu pun (baca: bayi) juga ada dirumah gue. Pokoknya saat itu udah kaya lagi rapat besar tapi ngomongnya pakai bahasa daerah Sumatra Barat, lanca bana. Ada sodara gue namanya Yasin, dengan rambut lurus model bams samsons dengan perutnya yang gempal, dia langsung ngajakin gue untuk main keluar.
Yasin: ?Eh nov, maen keluar yuk! jalan kaki aja."
Gue: ?Maen apaan sin? Oh iya, nyari kumbang emas aja yuk!"
Yasin: ?Kumbang emas? Wah boleh-boleh. Nanti kita jual dapet uang, Nov. Kan emas mahal."
Gue: ?Kumbangnya bukan dari emas *nepokpala. Tapi warnanya emas , Sin.?
Yasin: ?Ohh.. Bilang dong. Yaudah yuk langsung cari aja.?
Catatan penting : Penulis masih kelas 4 SD.
Lengkaplah gue sama seekor marsupilami ini menyusuri setiap tepi jalan daerah rumah gue untuk mencari apa itu yang namanya kumbang emas. Kalau bisa dibilang, penampilan gue berdua dulu udah kaya gembel monas kehilangan emaknya, miris lihatnya. Mungkin untuk kalian yang masih penasaran bentuk kumbang emas itu seperti apa, gambarnya ada dibawah ini:
?Selamat pagi, berdasarkan laporan dari pihak terkait, untuk sementara sodara kami tetapkan menjadi tersangka karena terlibat dalam kasus pembakaran.?
?Tidak pak, saya melakukan itu semua karena kepolosan saya, saya tidak tahu apa-apa, saya dari desa, bebaskan saya pak, bebaskan saya.?
?Hmm, dalam undang-undang kepolisian memang ada pengecualian akan alasan itu. Baiklah, anda bebas sekarang.?
?Terima kasih pak, terima kasih.?
Mulai ngawur. tapi itu yang gue alami dalam cerita di bawah ini. dimana menjadi pelaku yang lolos dalam kasus pembakaran, dan hilang sebagai buronan.
"Tok tok tok. Assalamu'alaikum..."
Pagi menjelang siang, kian lama suara ketuk pintu dan ucapan salam terus terdengar. Bahwasannya, dihari itu sedang ada acara keluarga dari sodara nyokap. Karena nyokap gue termasuk orang keturunan Padang asli, mulai dari uni, uda, sampai yang unyu unyu kaya lemang bambu pun (baca: bayi) juga ada dirumah gue. Pokoknya saat itu udah kaya lagi rapat besar tapi ngomongnya pakai bahasa daerah Sumatra Barat, lanca bana. Ada sodara gue namanya Yasin, dengan rambut lurus model bams samsons dengan perutnya yang gempal, dia langsung ngajakin gue untuk main keluar.
Yasin: ?Eh nov, maen keluar yuk! jalan kaki aja."
Gue: ?Maen apaan sin? Oh iya, nyari kumbang emas aja yuk!"
Yasin: ?Kumbang emas? Wah boleh-boleh. Nanti kita jual dapet uang, Nov. Kan emas mahal."
Gue: ?Kumbangnya bukan dari emas *nepokpala. Tapi warnanya emas , Sin.?
Yasin: ?Ohh.. Bilang dong. Yaudah yuk langsung cari aja.?
Catatan penting : Penulis masih kelas 4 SD.
Lengkaplah gue sama seekor marsupilami ini menyusuri setiap tepi jalan daerah rumah gue untuk mencari apa itu yang namanya kumbang emas. Kalau bisa dibilang, penampilan gue berdua dulu udah kaya gembel monas kehilangan emaknya, miris lihatnya. Mungkin untuk kalian yang masih penasaran bentuk kumbang emas itu seperti apa, gambarnya ada dibawah ini:
Kumbang Emas |
Kumbang Macan Tutul |
Tapi, karena dulu gue sama saudara gue yang mirip bams samsons ini (asli mirip) lebih tertarik untuk mencari kumbang yang ada kemungkinan bisa dijual, akhirnya gue cuma mencari kumbang emas untuk sementara waktu. Soalnya saat itu gue berpikir, kalau gue nangkap banyak-banyak kumbang macan tutul, tidur gue pasti nggak bakal tenang, gue pasti bakal didatengin banyak macan tutul di dalam mimpi. Lain lagi kalau gue nangkap kumbang emas banyak-banyak, antara dapet emas di dalam mimpi atau nggak hajat orang yang warnanya emas yang penting masih ada kesempatan walaupun itu 50:50. Gue pun mulai ketawa kecil kalau inget pemikiran ini.
Akhirnya, setelah udah terkumpul segenggam kumbang emas di tangan gue dan dipenuhi oleh fesesnya alias tokainya, gue pun langsung nyamperin Yasin untuk ngumpulin kumbangnya di kantong plastik. Tapi naas, bukannya bantuin untuk mencari kumbang juga, dia malah asik mainan korek gas di pinggir jalan, great.
Gue: "Eh sin, elu bukan bantuin nyari kumbang malah maenan aja. Nemu dimana tuh korek gas?".
Yasin: "Di tengah jalan nov, masih nyala lho!".
Gue: "Gue minjem dong sin, mau nyoba juga!".
Yasin: "Nih," sambil menjulurkan tangan ke gue.
Gue: "Oh iya masih nyala, keren lagi warna biru apinya. Bakar apa kek yuk, Sin!? sahut gue.
Yasin: "Itu disana ada rumput kering (baca: gubuk jerami), Nov. Coba aja bakar, tapi dikit aja".
Gue: "Oke!" mengiyakan dengan begonya.
Ntah karena IQ gue pada saat itu lagi jongkok atau emang dasarnya polos setelah denger perkataan sodara gue tadi, tanpa mikir panjang gue pun langsung menuju gubuk jerami sambil nyalain korek gas yang ada di tangan gue. Tujuan utama untuk mencari kumbang emas pun hilang diwaktu yang bersamaan.
Awal masalah.
Setelah berhasil menyalakan korek gas tadi, gue mencoba membakar atap gubuk jerami secara perlahan-lahan. Tapi percobaan gue yang pertama ini gagal karena banyaknya angin yang lalu lalang di tempat kejadian. Karena belom puas sama percobaan yang pertama, gue mencoba percobaan yang kedua. Dan syukur, percobaan kedua pun berhasil sesuai dengan harapan. Sekali lagi, karena kepolosan gue yang nggak ada ampun, gue langsung ngarahin korek gas tersebut ke atap gubuk dan melihat apa yang terjadi.
Sedikit...Mulai menjalar...Mulai membesar...
Yasin: ?Asik kebakaran...?
Gue: ?Asik.... hah? kebakaran?? SIRAM SIN SIRAMMM, GUBUKNYA KEBAKARANNN!!?
Yasin: *tap tap tap* Yasin lari meninggalkan gue.
Gue: ?SIN TUNGGUIN GUE SIN, TUNGGUINNN!!?
Gue pun ikut lari di belakangnya.
Dengan tenaga tersisa, sampainya di rumah gue langsung masuk ke kamar nyokap buat bersembunyi dari kenyataan. Gue menyingkap kaki dan mulai berpikir, kalau gue ketahuan sebagai dalang dari kasus kebakaran tadi, pasti gue langsung dijeblosin ke penjara sama pihak kepolisian. Otomatis, gue nggak bisa liat nyokap bokap gue lagi, gue nggak bisa main PS 1 gue lagi, dan mungkin gue nggak bisa kencing sembarangan lagi untuk waktu yang cukup lama. Intinya, gue nggak mau jadi penjahat yang ditangkap karena alasan kepolosan gue.
Udah cukup gue menjadi penjahat. Semenjak kejadian itu, gue trauma main-main keluar. Gue juga nggak tau bagaimana perasaan yang punya gubuk kalau lihat gubuknya udah nggak kebentuk lagi, apalagi karena ulah mahkluk macam gue. Tapi untungnya, gue cukup kenal sama wajah pemilik gubuk yang dulu, dimana sekarang beliau menjadi penjual kue cubit keliling di sekitar rumah gue, dan gue adalah pelanggannya.
Mungkin cuma ini yang bisa gue lakukan untuk melunasi kesalahan gue pada jaman dulu, dengan memborong kue cubitnya apabila sedang berpapasan dengan beliau. Jujur, ingin gue bercerita yang sebenarnya ke beliau tentang kejadian yang merenggut tempat rehatnya dulu, tapi setelah gue melihat senyum tulus dan kebahagian yang beliau pancarkan saat dagangannya laku, gue menarik keinginan itu.
Kebakaran yang membawa senyuman.
Itulah sebuah senyuman yang gue liat dari sosok beliau. Senyuman yang dapat melupakan masa lalu dan memancarkan senyuman untuk menjalani kehidupan yang ada di depannya. Gue juga nggak tau beliau ingat atau nggak tentang kejadian tersebut. Tapi dari kasus kebakaran dulu, gue pun mendapatkan pelajaran. Dimana saat kalian melihat seseorang tersenyum kepadamu, pastikan kalian telah berbuat baik kepadanya, walaupun kenyataan pahit telah berlalu. #senyumbahagia
Akhirnya, setelah udah terkumpul segenggam kumbang emas di tangan gue dan dipenuhi oleh fesesnya alias tokainya, gue pun langsung nyamperin Yasin untuk ngumpulin kumbangnya di kantong plastik. Tapi naas, bukannya bantuin untuk mencari kumbang juga, dia malah asik mainan korek gas di pinggir jalan, great.
Gue: "Eh sin, elu bukan bantuin nyari kumbang malah maenan aja. Nemu dimana tuh korek gas?".
Yasin: "Di tengah jalan nov, masih nyala lho!".
Gue: "Gue minjem dong sin, mau nyoba juga!".
Yasin: "Nih," sambil menjulurkan tangan ke gue.
Gue: "Oh iya masih nyala, keren lagi warna biru apinya. Bakar apa kek yuk, Sin!? sahut gue.
Yasin: "Itu disana ada rumput kering (baca: gubuk jerami), Nov. Coba aja bakar, tapi dikit aja".
Gue: "Oke!" mengiyakan dengan begonya.
Ntah karena IQ gue pada saat itu lagi jongkok atau emang dasarnya polos setelah denger perkataan sodara gue tadi, tanpa mikir panjang gue pun langsung menuju gubuk jerami sambil nyalain korek gas yang ada di tangan gue. Tujuan utama untuk mencari kumbang emas pun hilang diwaktu yang bersamaan.
Awal masalah.
Setelah berhasil menyalakan korek gas tadi, gue mencoba membakar atap gubuk jerami secara perlahan-lahan. Tapi percobaan gue yang pertama ini gagal karena banyaknya angin yang lalu lalang di tempat kejadian. Karena belom puas sama percobaan yang pertama, gue mencoba percobaan yang kedua. Dan syukur, percobaan kedua pun berhasil sesuai dengan harapan. Sekali lagi, karena kepolosan gue yang nggak ada ampun, gue langsung ngarahin korek gas tersebut ke atap gubuk dan melihat apa yang terjadi.
Sedikit...Mulai menjalar...Mulai membesar...
Yasin: ?Asik kebakaran...?
Gue: ?Asik.... hah? kebakaran?? SIRAM SIN SIRAMMM, GUBUKNYA KEBAKARANNN!!?
Yasin: *tap tap tap* Yasin lari meninggalkan gue.
Gue: ?SIN TUNGGUIN GUE SIN, TUNGGUINNN!!?
Gue pun ikut lari di belakangnya.
Dengan tenaga tersisa, sampainya di rumah gue langsung masuk ke kamar nyokap buat bersembunyi dari kenyataan. Gue menyingkap kaki dan mulai berpikir, kalau gue ketahuan sebagai dalang dari kasus kebakaran tadi, pasti gue langsung dijeblosin ke penjara sama pihak kepolisian. Otomatis, gue nggak bisa liat nyokap bokap gue lagi, gue nggak bisa main PS 1 gue lagi, dan mungkin gue nggak bisa kencing sembarangan lagi untuk waktu yang cukup lama. Intinya, gue nggak mau jadi penjahat yang ditangkap karena alasan kepolosan gue.
Udah cukup gue menjadi penjahat. Semenjak kejadian itu, gue trauma main-main keluar. Gue juga nggak tau bagaimana perasaan yang punya gubuk kalau lihat gubuknya udah nggak kebentuk lagi, apalagi karena ulah mahkluk macam gue. Tapi untungnya, gue cukup kenal sama wajah pemilik gubuk yang dulu, dimana sekarang beliau menjadi penjual kue cubit keliling di sekitar rumah gue, dan gue adalah pelanggannya.
Mungkin cuma ini yang bisa gue lakukan untuk melunasi kesalahan gue pada jaman dulu, dengan memborong kue cubitnya apabila sedang berpapasan dengan beliau. Jujur, ingin gue bercerita yang sebenarnya ke beliau tentang kejadian yang merenggut tempat rehatnya dulu, tapi setelah gue melihat senyum tulus dan kebahagian yang beliau pancarkan saat dagangannya laku, gue menarik keinginan itu.
Kebakaran yang membawa senyuman.
Itulah sebuah senyuman yang gue liat dari sosok beliau. Senyuman yang dapat melupakan masa lalu dan memancarkan senyuman untuk menjalani kehidupan yang ada di depannya. Gue juga nggak tau beliau ingat atau nggak tentang kejadian tersebut. Tapi dari kasus kebakaran dulu, gue pun mendapatkan pelajaran. Dimana saat kalian melihat seseorang tersenyum kepadamu, pastikan kalian telah berbuat baik kepadanya, walaupun kenyataan pahit telah berlalu. #senyumbahagia
reff : http://novatri9.blogspot.com/2014/02/kebakaran-membawa-senyuman.html
0 comments:
Post a Comment