Image Source: www.google.com |
2 Juli 2014,
Pada tanggal itu gue menulis cerita ini. Dengan ditemani lagu Depapepe - Snow Dance dan Start, otomatis mood gue langsung meningkat drastis untuk menulis, yosh.
Ujian Nasional,
Siapa yang nggak tau dengan ujian nasional? ujian yang sangat diharapkan (baca: diblacklist) anak-anak sekolah pada akhir tahun di sekolahnya. SMP untuk kelas sembilan, dan SMA untuk kelas dua belas. Banyak cara yang ditempuh untuk melewati ujian ini, di antaranya dengan belajar giat dan bimbel di tempat tertentu. Gue, yang saat itu duduk di kelas sembilan merasa tertantang untuk melewati ujian ini, sampai-sampai saat itu muka gue dibilang mirip Adam Levine kalo lagi belajar. Iya, itu sih kata pemikiran gue sendiri, ntah deh kalau dari teman-teman gue. Tapi untungnya, gue menghargai itu.
Acil, Ipul dan Lutfi, adalah beberapa teman seperjuangan gue dalam menempuh ujian nasional ini. Berbagai macam cara sudah kami lewati untuk mempersiapkannya. Seperti minum abu buku yang sudah dibakar supaya lebih ingat materi pelajaran (menurut mitos dulu), meminta doa kedua orang tua supaya dilancarkan dihari eksekusi, dan meminta uang sama kepala sekolah untuk fotocopy buku latihan soal ujian nasional setiap hari.
Karena masih merasa kurang untuk membekali diri dihari ujian nanti, Lutfi mengusulkan untuk mengunjungi perpustakaan nasional yang berada di Jakarta untuk berlatih soal-soal ujian nasional disana. Dengan jiwa membara dan emang teman-teman gue sudah terlihat mabok karena belajar sendiri-sendiri, mereka dengan yakinnya menyetujui untuk pergi kesana. Gue dengan lantanganya menjawab, ?Gue ikut! nanti sekalian ke Monas ya beli harum manis.? Kemudian semua temen gue terdiam.
Di hari H-nya, gue, Acil, Ipul, dan Lutfi segera bergegas ke terminal Pulo Gadung untuk selanjutnya menaiki busway disana. Nggak makan banyak waktu karena menempuh ke lokasi menggunakan busway dan angkot yang jalannya sudah seperti modem Bolt 4G (modem ngebut saat ini, katanya), akhirnya sampailah gue dan tri mas ketir ini di perpustakaan nasional.
Lutfi : ?Nah, kita sampai nih, tinggal masuk aja yaa.?
Acil : ?Oh disini tempatnya, gue kira di Jakarta Pusat.?
Gue : ?Ini kan di Jakarta Pusat cil.?
Acil : ?Emang ya? tapi kok di busway gue tanya penumpang perpustakaan nasional dimana jawabnya malah di Salemba.
Ipul : ?Mending lo ke tengah jalan dulu cil, tiduran tunggu ditabrak mobil.?
Acil : ?Apasih, nggak jelas lu pul.?
Ipul : ?SALEMBA EMANG DI JAKARTA PUSAT UPILLLLLL!!!?
Acil : ?.......?
Semua emosi. terus mukulin Acil bertubi-tubi.
Gue: ?Hah? lo mau jadi atheis fi? buku apaan tuh yang lo bacaaa,? tanya gue penasaran.
Lutfi: ?Atheis? mana ada atheis.?
Gue: ?Liat judulnya koplak,? gue langsung membalikkan cover buku yang dibaca Lutfi.
Lutfi: ?Astaghfirullah, Atheist is My Choice nov judulnya,? kata Lutfi kaget.
Gue: ?Makanya, baca buku liat judulnya dulu.?
Lutfi: ?iya sorry sorry,? Lutfi ngelus-ngelus dada.
Ipul : ?Balik yuk, udah jam dua nih.?
Lutfi : ?Ayodah, bentar gue ngambil tas dulu.?
Gue : ?Makan dulu bro, laper gue.?
Ipul : ?Yaudah cari makan dulu, nanti langsung balik.?
Gue : ?Okelah.?
Gue : ?Acil kemana pul? perasaan tadi sama lu deh,? tanya gue bingung.
Ipul : ?Nggak tau nov, kejepit rak buku kali di atas.?
Gue : ?Aduh, kemana nih anak.?
Lutfi : ?Nah tuh dia, di ruang wifi lagi main komputer.? Lutfi menunjuk Acil yang sedang asyik bermain.
Ipul : ?Wah, minta di *starter nih anak.?
*Kata lain untuk anak cowok kalau lagi nyiksa temennya, rata-rata anak cowok tau definisi kata ini, sengaja gue nggak jelasin disini karena illegal dan sedikit vulgar.
Ipul : ?Monas mahal fi, dua puluh ribu bisa abis sekali makan.?
Gue : ?Makanaaan, dimana makanaaann, makaanaaan,? sahut gue lemes.
Lutfi : ?Noh nova hampir gila tuh kelaperan, udah di Monas aja deketan.?
Ipul : ?Oke oke, sabar nov sabar, kita langsung makan.?
Gue : ?Ini daging yaaa, ooooh indahnyaaaa.... makanaaaan,? gue memegang mouse di depan gue.
Acil, Ipul, dan Lutfi hanya bisa terdiam melihat gue.
NN: ?Bos, bos. Maaf nih ganggu perjalanannya. Kita boleh ngomong sebentar nggak? penting soalnya,? kata dia sambil menghentikan gue dan teman-teman.
Acil: ?Ngomong apaan bro? maaf kita lagi buru-buru nih.?
NN: ?Bentar doang kok bos, duduk dulu dah disana,? sambil menunjuk trotoar di pinggir jalan.
NN: No Name.
Lima menit kemudian, orang asing yang kedua datang.
NN: ?Wah si bos udah datang, ini bos orang-orang yang mungkin bos cari,? sambil menunjuk ke gue berempat.
NN 2: ?Oke boy, sorry nih ya boy, gue bukan mau cari masalah disini. Gue cuma mau nanya ke kalian semua boy, asik nggak tuh boy,? sambil gerak-gerakin tangan kaya orang lagi lancang depan.
NN 2 : ?Begini boy, langsung aje ye boy, gue cuma mau nanya apa bener lo semua yang mukulin adek gue sampai babak belur pas siang tadi boy? sekarang adek gue ada di rumah boy, dan dia bilang pakaian orang yang mukulin doi kaya lo berempat boy,? jelasnya.
Lutfi : ?WHAAAAT??? kamera satu mengambil wajah Lutfi secara close up.
Acil : ?APAAAAAAA?? kamera dua mengambil idung Acil secara close up.
Ipul : ?HAAAAAAHHH?? kamera tiga mengambil ketiak Ipul secara close up.
Sekilas gue lihat, perpustakaan nasional ini cukup besar dan cozy. Sayanganya, hanya sedikit yang datang kesini untuk membaca buku. Yang terlihat hanya beberapa orang tua dan para pemuda/i yang sedang memilih buku disana. Ntah, mungkin karena tempatnya jauh atau kurang terekspose oleh media, perpustakaan nasional yang gue lihat disini seperti bangunan besar yang tak berpenghuni. Mungkin itu cuma perasaan gue aja, siapa tau dilain hari perpustakaan ini diramaikan oleh pengunjung disekitarnya, aamiin.
Back to topic, niat awal yang tadinya belajar bareng di perpustakaan ini seolah-olah hilang karena adanya buku-buku yang menarik teman-teman gue untuk membacanya. Contohnya si Ipul, teman gue yang satu ini tertarik dengan komputer, dengan seriusnya dia membaca buku ?How to Be Hacker for Beginner? di salah satu ruang khusus buku teknologi. Ipul baca buku tentang hacker? oh no, terakhir gue tau hubungannya Ipul dengan hacker adalah disaat kelas delapan SMP dulu. Dimana akun facebooknya dihack oleh adiknya sendiri dan Ipul mengira itu cuma kesalahan spesifikasi komputer yang sedang digunakan. Asli, nggak ada hubungannya.
Kedua beralih ke Acil, rak buku bagian majalah internasional dengan cover wanita sexy jadi pilihannya saat itu. Oh damn, gue nggak mau komentar tentang ini. Mungkin naluri lelaki si Acil lagi dipuncaknya saat itu, dasar otak bokep. Selanjutnya adalah Lutfi, nah... ini adalah temen gue yang masih terlihat normal dalam memilih buku yang dibacanya. Buku religi breeee. Kurang agamis apa coba dia. Tapi... setelah gue membaca judul buku yang dibacanya gue sempet kaget seketika.
Gue: ?Hah? lo mau jadi atheis fi? buku apaan tuh yang lo bacaaa,? tanya gue penasaran.
Lutfi: ?Atheis? mana ada atheis.?
Gue: ?Liat judulnya koplak,? gue langsung membalikkan cover buku yang dibaca Lutfi.
Lutfi: ?Astaghfirullah, Atheist is My Choice nov judulnya,? kata Lutfi kaget.
Gue: ?Makanya, baca buku liat judulnya dulu.?
Lutfi: ?iya sorry sorry,? Lutfi ngelus-ngelus dada.
Tidak lama kemudian, semua kembali normal. Dan Lutfi dengan langsungnya bertanya kepada gue, ?Nov, gue nggak pindah agama kan baca buku tadi?? huft, Lutfi yang malang.
Setelah empat jam menghabiskan waktu di dalam perpustakaan, dan gue juga bingung kenapa gue malah banyak membaca buku resep memasak daripada latihan soal-soal UN, temen-temen gue akhirnya memutuskan untuk menyudahi perjalanan dihari ini.
Ipul : ?Balik yuk, udah jam dua nih.?
Lutfi : ?Ayodah, bentar gue ngambil tas dulu.?
Gue : ?Makan dulu bro, laper gue.?
Ipul : ?Yaudah cari makan dulu, nanti langsung balik.?
Gue : ?Okelah.?
Setelah lima menit berkemas, gue, Ipul, Lutfi sudah siap untuk menuruni tangga dan menuju pintu keluar perpustakaan. Tapi gue baru sadar kalau si Acil nggak ada di sekitar temen-temen gue dan menghilang pada saat itu, ntah menghilang karena dimakan sejarah, atau dimakan masa lalu oleh mantanya. Uhuk batuk.
Gue : ?Acil kemana pul? perasaan tadi sama lu deh,? tanya gue bingung.
Ipul : ?Nggak tau nov, kejepit rak buku kali di atas.?
Gue : ?Aduh, kemana nih anak.?
Lutfi : ?Nah tuh dia, di ruang wifi lagi main komputer.? Lutfi menunjuk Acil yang sedang asyik bermain.
Ipul : ?Wah, minta di *starter nih anak.?
*Kata lain untuk anak cowok kalau lagi nyiksa temennya, rata-rata anak cowok tau definisi kata ini, sengaja gue nggak jelasin disini karena illegal dan sedikit vulgar.
Friv adalah game yang dimainakan Acil saat itu. Main friv? MAIN FRIVVV? ACIL MAIN FRIVVVVV? ?ikutan dong Cil,? sahut gue ke Acil sambil duduk di sebelahnya. Temen-temen gue yang tadinya ada niatan untuk pulang dari perpustakaan, seketika hilang karena banyaknya komputer yang berbaris di wifi area. Label ?For Free? pun tertempel jelas di dinding ruangan. ?Inikah surga? inikah yang dinamakan surga?? kata Lutfi sambil melihat sekeliling dengan gaya slow motionnya. Pada saat itu juga, gue dan temen-temen gue ikut bermain.
Satu jam berlalu. Wajah bosan mulai terlihat di temen-temen gue dengan jelasnya. Gue melihat si Acil yang selalu kalah dengan game frivnya, Ipul yang selalu ketemu dengan orang berkulit hitam di video chatting omeglenya, dan Lutfi yang kurang kerjaan dengan ikan pausnya (<-klik yang penasaran). Sedangkan gue? malah pingsan di pojokkan karena kelaparan.
Acil : ?Udahan yuk, laper gue.?
Lutfi : ?Okelah, makan di Monas aja ya??Ipul : ?Monas mahal fi, dua puluh ribu bisa abis sekali makan.?
Gue : ?Makanaaan, dimana makanaaann, makaanaaan,? sahut gue lemes.
Lutfi : ?Noh nova hampir gila tuh kelaperan, udah di Monas aja deketan.?
Ipul : ?Oke oke, sabar nov sabar, kita langsung makan.?
Gue : ?Ini daging yaaa, ooooh indahnyaaaa.... makanaaaan,? gue memegang mouse di depan gue.
Acil, Ipul, dan Lutfi hanya bisa terdiam melihat gue.
Monas? yes, akhirnya gue ke monas juga. Dengan langkah pasti dan mata yang sedang memburu tenda makanan di sekitar monas, gue dan temen-temen gue akhirnya sampai di dalam monas. Tapi tiba-tiba, ada seseorang yang tidak dikenal menghadang gue berempat seperti pahlawan super yang sedang berdiri dan bilang, ?Tenang, kali ini saya akan menyelamatkan kalian dari tindak kejahatan. Percayalah,? sambil mengangkat tangannya dan memberi isyarat berhenti.
NN: ?Bos, bos. Maaf nih ganggu perjalanannya. Kita boleh ngomong sebentar nggak? penting soalnya,? kata dia sambil menghentikan gue dan teman-teman.
Acil: ?Ngomong apaan bro? maaf kita lagi buru-buru nih.?
NN: ?Bentar doang kok bos, duduk dulu dah disana,? sambil menunjuk trotoar di pinggir jalan.
NN: No Name.
Gue dan yang lain pun menuruti ajakan pahlawan super ini. Eh maaf, orang asing ini. Dari segi busana dan penampilan yang gue lihat, orang asing ini lebih mirip orang yang kelewat trendy dimasanya. Dengan rambut yang disemir menjadi coklat transparan, celana yang robek dengan sentuhan rantai kecil di kantongnya, dan tesktur wajah yang apa adanya, semuanya terkesan modis saat itu. Kalau bisa gue bilang, gue ketemu gembel trendy secara langsung.
Awal masalah dimulai, nggak tau gue mau kasih efek apa disini, antara humor dan ketegangan bercampur aduk di moment ini.
NN : ?Maaf sekali lagi nih bos berhentiin lu pada di tempat ini, soalnya ada masalah penting yang harus diomongin. Nanti ada atasan gue yang akan kesini untuk ngobrol.?
Gue : ?Hahh? masalah apaan bro? perasaaan kita baru sampai disini,? kata gue bingung.
Ipul : ?Wah bro, jangan ngaco dong, gue sama temen-temen baru sampai nih.?
NN : ?Tenang bos tenang, nanti ada atasan gue yang jelasin semuanya,? katanya dengan memasang ekspresi sebelas dua belas kaya di sinetron, ?Aku akan jelasin semuanya, beri aku kesempatan,? begitulah kira-kira.
Atasan? keren bener seorang gembel asing yang gue temui di Monas punya atasan. Gue ragu nih gembel tergolong kelas bawah. Kemungkinan gembel yang gue temui ini setingkat dengan gembel perusahaan atau nggak gembel yang bergerak di organisasi MLM. Salut, gembel sekarang punya organisasi.
NN: ?Wah si bos udah datang, ini bos orang-orang yang mungkin bos cari,? sambil menunjuk ke gue berempat.
NN 2: ?Oke boy, sorry nih ya boy, gue bukan mau cari masalah disini. Gue cuma mau nanya ke kalian semua boy, asik nggak tuh boy,? sambil gerak-gerakin tangan kaya orang lagi lancang depan.
Gila, gue nggak nyangka bakal bertemu spesies gembel yang lain di tempat ini. Gembel ini terlalu gaul di mata temen-temen gue. Dan dengan santainya, dia menjelaskan kenapa gue dan tri mas ketir ini dihalangi dalam perjalanan.
Lutfi : ?WHAAAAT??? kamera satu mengambil wajah Lutfi secara close up.
Acil : ?APAAAAAAA?? kamera dua mengambil idung Acil secara close up.
Ipul : ?HAAAAAAHHH?? kamera tiga mengambil ketiak Ipul secara close up.
Dan ya, tujuan awal yang tadinya ingin mengisi perut lalu pulang dari tempat ini seketika berubah menjadi adu debat yang tidak jelas asal-usulnya. Pernah nggak pada suatu kejadian kalian itu disalahkan tapi sebenarnya bukan kalian pelakuanya? emosi pasti yang pernah. Begitupun gue dan teman-teman saat dilemparkan pertanyaan oleh salah satu dari gembel tadi.
Aci l: ?Wah bro, apa-apaan nih. Gue sama temen-temen baru dateng udah dituduh nggak karuan.?
NN 2: ?Santai aja dong boy, gue kan nanya, kalau bukan lu pada pelakunya, harusnya tenang dong.?
Gue : ?Tenang apaan, jangan fitnah dong bro. Gue aja nggak kenal adek lo yang mana.?
NN 2: ?Wah, lo nyari masalah sama gue boy, gue bisa emosi nih disini. Hati-hati lo boy,? sambil menghentak-hentakan kaki kaya Arya Wiguna.
Gue : ?Nggak takut gue bro, ribut dah ayo sini,? sahut gue sok berani.
NN 2: ?Wah, nyari mati nih anak. Eh coy, siapin aba-aba.?
NN : ?Hah? ini serius bos mau berantem disini??
NN 2: ?Udah cepetan....?
NN : ?Oh iya bos iyak, satu... dua... TIGA!?
NN 2: ?Wuanjiiiiir gue kalah, gue kelingking lo telunjuk,? sahut bos gembel karena kalah suit.
Gue : ?Makanya, jangan songong."
Jujur, percakapan di atas itu nggak ada.
NN 2: ?Gini aja deh boy, kalau lu pada nggak salah, lu berani nggak ke tempat adek gue biar adek gue yang lihat sendiri apa bener lu pada pelakunya. Jangan banci.?
Acil : ?Ayodah, gue nggak salah ini,? kata Acil dengan yakinnya.
Ipul : ?Ayo gue berani,? Ipul pun menuruti.
Gue : ?Lutfi, lo ikut nggak?? gue berbisik ke Lutfi.
Lutfi : ?Perasaan gue nggak enak nov,? kata Lutfi dengan singkatnya.
Gue : ?Kita nggak salah fi, ikut aja udah. Oke, gue ikut boy,? gue ikut menuruti.
Lutfi : ?Nov, jangan ikut nov,? Lutfi berbisik ke gue.
NN 2: ?Eh lo satu, ikut nggak lo??
Lutfi : ?Hah? Nggak deh bro sorry, ada nyokap gue disana.?
NN 2: ?Oh ooh, ada nyokap lo? yaudah lo bertiga aja sini ikut gue boy.?
Dengan polosnya, gue bertiga menuruti ajakan gembel asing ini untuk ke lokasi tempat penyelesaian masalah yaitu di rumahya. Sedikit ragu gue berjalan menuju pintu keluar monas karena perkataan Lutfi tadi, akhirnya gue sadar ada yang nggak beres.
TAP TAP TAP...
?Lah lah, eh eh jangan lari,? sahut Ipul ke kedua gembel di depanya. Karena gue bingung kenapa mereka berdua lari, gue dengan refleknya menengok ke belakang. Dan ya, sekumpulan SATPOL PP sedang berlari mengejar sesuatu. Dan kalian tau siapa yang mereka kejar? tepat sekali, mereka mengejar dua orang gembel yang sudah lari di depan gue dan teman-teman tadi.
Sore hari, di busway saat jalan pulang.
Gue: ?Ooh, jadi itu modus barunya.?
Lutfi: ?Iya nov, hati-hati dah kalau ketemu gituan lagi. Lagipula tadi ada yang janggal, kalau bener adiknya dipukulin di monas, seharusnya dia nggak mungkin langsung pulang ke rumah tanpa lapor ke SATPOL PP dulu. Yaudah, gue langsung lapor SATPOL PP di belakang aja tadi.
Ipul: ?Oh iye bener juga, jenius lo fi,? kata Ipul seraya berterima kasih ke Lutfi.
Acil: ?Kira-kira muka kita dihapalin nggak ya kalau kita kesana lagi?? tanya Acil bingung.
Ipul: ?Ngapalin muka? ampun dah cil. Ngapalin pelajaran buat UN aja udah susah apalagi ngapalin muka lo cil,? kata Ipul meledek.
Acil: ?Yee anak kampret.?
Semua tertawa lepas.
Hari yang panjang telah gue lewati bersama teman-teman dihari ini. Gue juga mau berterima kasih sama temen gue Lutfi karena berkat pikir panjangan dapat menyelamatkan gue dan yang lain dari ketidakpastian, alah. Nggak cuma dapet bekal latihan soal pada saat UN nanti, gue juga dapet pengalaman yang nggak gue lupain sampai sekarang, pengalaman yang membuat gue tau betapa pentingnya arti teman dan berpikir panjang untuk semua orang. ?Jangan mudah percaya dengan orang asing,? yap, kalimat itu adalah sebuah pesan di dalam cerita ini, tetap hati-hati dimanapun kalian berada, dan jangan lupa mengajak teman untuk dibawa. #senyumSATPOLPP
reff : http://novatri9.blogspot.com/2014/07/insiden-monas.html
0 comments:
Post a Comment