Hati yang gembira adalah obat. Kata ? kata itu melekat dalam hati seotang pemuda miskin yang tinggal di sebuah desa di Sumatera Utara. Kata ? kata itu selalu menyemangatinya untuk giat bekerja, meskipun ia hanyalah seorang petani dan pemancing ikan di sungai. Ia tinggal seorang diri. Kedua orang tuanya sudah lama meninggal.
Suatu hari, ketika ia sedang memancing ikan di sungai, tiba ? tiba kailnya tampak bergerak ? gerak. Umpannya dimakan ikan. ?Wah, ini pasti ikan besar,? pikirnya. Lalu , ditariknya pancing itu dan terlihatlah ikan yang aneh, sekor ikan yang besar dan cantik. Ia melepas kail itu. Tiba ? tiba ikan itu berubah menjadi seorang putri yang sangat cantik. Pemuda itu sangat terkejut.
Putri itu menceritakan bahwa tadinya ia terkena kutukan para dewa, karena ia melanggar suatu larangan sehingga ia dikutuk menjadi seekor ikan. Kini ia berubah menjadi seorang manusia karena tersentuh oleh manusia.
Si pemuda jatuh hati kepada putri cantik yang ia temukan itu. Ia pun segera meminangnya untuk dijadikan istrinya. Sang putri pun menerima pinangan itu. Namun, ia mengajukan satu permintaan kepada si pemuda. ? Kakanda, aku bersedia menjadi istri kakanda asalkan kakanda mau menjaga rahasia, ? kata sang putri. ? Rahasia apa dinda? katakan saja. Aku pasti menjaga rahasia itu.?
?Kakanda jangan mengatakan kepada siapa pun bawha dinda berasal dari seekor ikan?. ?Baiklah, dinda. Kakanda akan menjaganya.? Akhirnya mereka menikah dan dikaruniai seorang bayi laki ? laki. Bayi ini tumbuh dengan cepat. Namun, ada yang aneh dari anak ini. Sebentar ? sebentar ia merasa lapar.
Saat itu hari sudah siang. Kedua orang tuanya akan pulang dari ladang untuk beristirahat dan makan dirumah. Tetapi, kali ini rasa lapar di perutnya sungguh tak tertahankan. Akhirnya, semua makanan yang ada di meja, termasuk makanan untuk kedua orangtuanya ia makan. Ayahnya yang lelah dan lapar kaget melihat semua makanan habis dimakan anaknya. Sang ayah sangat marah, sampai ia mengeluarkan kata ? kata kasar.
?Hah! Dasar keturunan ikan!!!?
Tanpa ia sadari, ia telah melanggar janjinya. Seketika itu juga, anak dan istrinya menghilang. Dan, tepat di tempat anak dan istrinya berpijak, tiba ? tiba muncullah mata air yang meyembur. Ia sangat menyesali perbuatannya dan ingin meminta maaf. Tapi, semua sudah terlambat.
Semburan air itu semakin deras dan genangannya membesar hingga menenggelamkan pepohonan tinggi. Lama kelamaan genangan air itu menjadi sebuah danau. Orang ? orang memberinya nama Danau Toba. Sampai sekarang tempat itu banyak dihuni oleh penduduk dan dijadikan sebagai salah satu rempat wisata di Sumatera Utara.
Dikutip dari :
Cerita Rakyat Indonesia
oleh : Yusup Kristianto
reff : https://dongengpengantartiduranak.wordpress.com/2012/02/08/danau-toba/
0 comments:
Post a Comment