Image Source:http://apbootcamp.weebly.com/goodies-resources.html |
reff : http://novatri9.blogspot.com/2013/12/ulangan-fisika.html
Image Source:http://apbootcamp.weebly.com/goodies-resources.html |
Image Source:http://kartununited.blogspot.com/2007_08_01_archive.html |
Kumbang Emas |
Kumbang Macan Tutul |
Image Source:http://temananak.com/membantu-si-kecil-mengatasi-rasa-takut/ |
Image Source: www.google.com |
Sebuah petani memiliki pertanian dan perternakan yang besar, pertaniannya terdiri dari tanaman jagung, umbi, ketela pohon, melon dan semangka sedangkan hewan peternakannya adalah sapi, domba, kerbau dan kelinci. Setiap hari hewan-hewan ternak itu digembalakan di lapangan yang luas, kecuali para kelinci mereka tidak digembalakan di lapangan luas tersebut tapi mereka dibuatkan sebuah tempat datar yang ditanami rumput dan sayuran namun tempat itu dikelilingi pagar besi. Para hewan ternak yang digembalakan di lapagan luas itu kerap saja di serang oleh para rubah dan serigala beberapa bulan terakhir sudah 4 ekor domba yang hilang karena dibawa oleh serigala, rubah sering membawa anak-anak domba yang masih kecil untuk dia mangsa.
Maka sang petani memutuskan untuk memelihara beberapa anjing gembala untuk melindungi para ternak dari serangan serigala. Kehadiran anjing-anjing tersebut memberikan dampak yang baik bagi hewan-hewan ternak mereka merasa aman akan kehadiran para anjing yang menjaganya dan para serigala harus berhati-hati jika ingin memangsa seekor domba karena mereka harus berhadapan langsung dengan anjing-anjing gembala.
Suatu hari seekor rubah berjalana menuju peternakan untuk mencari makanan, rubah itu menuju lapangan dimana dia bisa membawa seekor anak domba untuk dia makan, namun dari kejauhan dia melihat beberapa ekor anjing gembala yang ukurannya sangat besar sedang berjaga-jaga. Rubah tidak mau ambil resiko untuk menangkap seekor anak domba maka dia berpikir untuk mencari hewan ternak lain, setelah beberapa saat sang rubah mengalihkan perhatiannya ke tempat kandang-kandang hewan ternak.
Sang rubah mendatangi kandang-kandang hewan-hewan ternak itu dan memeriksanya satu persatu karena merasa aman dari para anjing sang rubah memeriksanya dengan santai dan kebetulan dia melihat beberapa ekor kelinci berbadan gemuk sedang mengunyah rumput-rumput di dalam kandang yang dikelilingi oleh pagar.
Rubah mencoba masuk ke kadang tersebut namun tubuhnya terlalu besar untuk dapat masuk ke sela-sela besi, seekor kelinci mendatangi sang rubah yang berusaha untuk masuk dan mengejek sang rubah, sang kelinci terus saja mengejek rubah hingga rubah merasa gusar, kelinci melihat sang rubah mencoba untuk meraihnya namun usahanya gagal dan sang kelincipun terus saja mengejeknya tanpa henti.
Sang rubah yang mendapatkan ejekan itu kini duduk dan melihat kearah sang kelinci dengan tatapan yang menakutkan lalu tidak lama kemudian sang rubah pergi meninggalkan kandang tersebut sambil berkata ?Tuan kelinci jika saja kau berada di luar sana memakan rumput dengan asiknya sambil menengok kanan dan kirimu, kemudian aku datang pastinya kau akan lari terbirit-birit. Jadi jangan khawatir tuan kelinci aku tidak akan dendam kepadamu karena yang meledeku bukanlah dirimu tapi kandang besi ini.? mendengar sang rubah berkata seperti itu sang kelinci diam lalu mengejeknya kembali. Sang rubah pergi tanpa menghiraukan sang kelinci.
Pada zaman dahulu di sebuah peternakan hidup seekor induk itik. Ia sedang mengerami telurnya. Sudah tiba waktunya telur-telur itu menetas. Satu persatu enam ekor anak itik keluar dari telur. Induk itik menghitung, ada enam ekor anak itik. Tapi masih ada satu telur belummenetas. Telur itu lebih besar dari telur yang lain.
Induk itik mulai tidak sabar. Ia ingin membawa anak-anaknya mencari makanan, tapi ia harus menunggu telur terakhir itu menetas. Induk itik sudah ingin meninggalkan telur itu, tapi telur itu mulai pecah dan muncullah seekor anak itik.
Enam anaknya berbulu kuning, anak itik ini bulunya berwarna kelabu. Tubuhnya juga lebih besar, lehernya lebih panjang. Anak itik yang aneh sekali.
Meskipun heran melihat anak itik yang baru menetas itu, induk itik tetap sayang kepadanya. Ia membawa semua anaknya ke luar kandang untuk mencari makanan.
?Hai, ibu itik,? sapa seekor ayam. ?Anak-anak sudah menetas??
?Tapi mengapa yang satu itu jelek sekali??
?Selamat pagi, bu ayam.? kata induk itik sambil berjalan terus bersama tujuh anaknya.
Beberapa merpati sedang makan. Ketika keluarga itik lewat, mereka menyapa dengan ramah. Mereka juga bertanya mengapa anak itik itu berbeda dengan saudara-saudaranya.Induk itik balas menyapa, tapi tidak mengatakan apa-apa tentang anaknya.
Anak itik kelabu itu makan lebih banyak dari saudaranya dan tubuhnya cepat sekali bertambah besar. Makin ia besar, makin ia tampak berbeda dengan anak itik yang lain.
Tiap kali mereka berjalan-jalan di peternakan, hewan-hewan lain mengejek mereka. Induk itik hanya berjalan cepat-cepat sambil menunduk. Anak-anak itik lain merasa kesal karena ikut diolok-olok hewan lain. Mereka tidak mau bermain dengannya bahkan tidak mau dekat dengannya.
Induk itik menyayanginya seperti saudara-saudaranya, tapi anak itik tahu ibunya sedih karena ia jelek sekali. Ia sering menangis sedih ketika ibu dan saudaranya sudah tidur.
Pada suatu hari anak itik pergi meninggalkan peternakan. Ia berjalan sampai ke sebuah kolam. Di sana banyak burung sedang minum dan mandi.
?Apakah bapak atau ibu pernah melihat anak itik berbulu kelabu seperti aku?? tanya anak itik.
?Aku tidak pernah melihat anak itik yang bulunya kelabu seperti kamu,? kata seekor bangau.
?Setahuku, anak itik bulunya kuning,? kata burung kecil berbulu cokelat. ?Mungkin kamu bukan anak itik.?
Anak itik berjalan lagi. Tiap bertemu hewan lain, ia selalu bertanya apakah mereka pernah bertemu anak itik berbulu kelabu seperti dia. Tak satu pun pernah bertemu dengan anak itik yang mirip dengannya.
Anak itik menyesal sudah kabur dari peternakan, tapi ia juga tidak tahu jalan pulang. Ia berjalan saja terus, mencari makan seadanya dan tidur di dekat semak-semak.
Pada suatu pagi, anak itik masih tidur. Seorang nenek menangkapnya dan membawanya pulang. Nenek itu memasukkannya ke kandang ayam dan memberinya makanan.
?Kau sudah kenyang,? kata nenek. ?Sekarang bertelurlah.?Tiap hari nenek itu mengambil telur ayam di kandang. Ia juga memeriksa apakah anak itik bertelur.
Suatu hari, nenek itu melihat anak itik belum bertelur juga. ?Tak apa-apa kalau kamu tidak bisa bertelur,? katanya. ?Ayo makan lebih banyak supaya kamu gemuk.?
Anak itik bertanya kepada ayam-ayam betina tetangganya di kandang. ?Mengapa aku tidak bisa bertelur??
?Kamu itik jantan,? jawab seekor ayam cokelat sambil tertawa, ?Mana bisa kamu bertelur??
?Nenek mau membuatmu gemuk, kamu akan dipotong dan dimasak menjadi gulai,? kata seekor ayam putih.
Anak itik ketakutan. Sejak itu ia tidak mau makan. Tubuhnya menjadi kurus dan lemah. Pada suatu hari, setelah mengambil telur, nenek lupa menutup pintu kandang. Anak itik segera lari ke luar kandang dan pergi lauh-jauh.
Anak itik sampai di sebuah kolam besar. Udara sangat dingin, saat itu musim gugur. Sebentar lagi musim dingin. Beberapa jenis burung terbang ke daerah yang udaranya lebih hangat di selatan dan tinggal di sana selama musim dingin. Anak itik tidak mempunyai tempat tinggal dan tidak dapat terbang ke selatan. Bahkan ia tidak tahu apakah itik juga terbang ke selatan.
Musim dingin tiba. Salju turun, udara sangat dingin. Kolam tempat tinggalnya membeku. Ia tidak dapat menemukan makanan. Akhirnya ia hanya diam saja, menggigil kedinginan.
Seorang petani datang. Ia mengambil anak itik itu. Anak itik ingat kepada nenek yang mau memasaknya. Ia ketakutan, tapi tubuhnya terlalu lemah untuk melawan.
Petani itu membawanya pulang. Ia memanggil anak-anaknya. ?Lihat apa yang ayah temukan.,? katanya. ?Kasihan, ia hampir beku. Bawa dia ke tempat yang hangat dan berilah makanan.?
Anak-anak petani merawatnya dengan penuh sayang. Anak itik mejadi kuat kembali, bahkan bertambah gemuk dan sehat. Anak itik tidak berani melarikan diri karena sekarang masih musim dingin. Ia sudah bertekat, begitu udara tidak terlalu dingin, ia akan segera kabur. Ia tidak mau menjadi gulai itik.
Tapi ternyata ia salah sangka. Musim semi tiba. Petani dan anak-anaknya membawa anak itik ke kolam tempat ia ditemukan hampir mati beku.?Pergilah,? kata petani. Mereka menunggu anak itik masuk ke kolam lalu mereka pergi.
Anak itik berenang di kolam. Tiba-tiba sekawanan angsa datang dan mendarat di kolam. Bulu mereka putih bersih. Leher mereka panjang dan indah.
Anak itik takut mereka akan mengejeknya. Ia berenang menjauh. Tapi seekor angsa memanggilnya, ?Hai, kenapa kami tidak pernah melihatmu??
?Kamu tidak tinggal di sini?? tanya angsa lain
Angsa-angsa yang lain ikut memperhatikannya. Anak itik menunduk. Ia melihat bayangannya di permukaan kolam. Betapa terkejutnya ia, bukan anak itik jelek yang dilihatnya, tapi seekor burung putih cantik seperti angsa-angsa yang mengerumuninya. Anak itik yang buruk rupa tidak pernah menyadari bahwa ia sebenarnya adalah seekor angsa.
The post Dongeng Anak ? Anak Itik Buruk Rupa appeared first on Kumpulan Dongeng Indonesia.
Tersebutlah sebuah keluarga miskin yang tinggal di desa Kalampaian. Keluarga itu terdiri dari seorang ibu dan anak lelaki satu-satunya. Putmaraga nama anak lelaki itu. Sepeninggal sang ayah, kehidupan keluarga itu bertambah kesulitan. Kerap Putmaraga dan ibunya merasakan kekurangan.
Pada suatu malam ibu Putmaraga bermimpi didatangi seorang nenek renta. Si nenek renta berujar kepadanya, ?Galilah tanah di belakang rumahmu, di antara pohon nangka.?
Keesokan harinya ibu Putmaraga mengajak anaknya untuk menggali tanah di belakang rumahnya sesuai pesan nenek renta dalam impiannya. Tidak mereka duga, mereka menemukan sebuah guci Cina yang sangat besar. Isi guci besar itu membuat ibu Putmaraga dan Putmaraga amat tercengang. Mereka mendapati intan dan berlian yang sangat banyak jumlahnya di dalam guci.
Kumpulan Legenda Cerita Rakyat Dari Kalimantan Selatan
Kumpulan Legenda Cerita Rakyat Dari Kalimantan Selatan
Putmaraga memberikan usulnya, ?Kita bawa intan dan berlian ini kepada Kepala Suku. Kita tanyakan kepada beliau, kepada siapa kita hendaknya menjual intan dan berlian ini.?
Ibu Putmaraga setuju dengan usul anaknya. Mereka lantas membawa intan dan berlian temuan mereka itu kepada Kepala Suku.
Kepala Suku menyarankan agar mereka membawa intan dan berlian itu ke Medangkamulan. Katanya, ?Raja Medangkamulaan terkenal kaya raya. Ia tentu mampu membeli intan dan berlian kalian yang sangat mahal harganya ini.?
Ibu Putmaraga akhirnya meminta anaknya itu berangkat menuju Medangkamulan. Ia berpesan agar anaknya itu senantiasa bersikap jujur dan tidak sombong. ?Lekas engkau kembali setelah berhasil menjual intan dan berlian ini.?
Putmaraga berjanji akan mematuhi semua pesan ibunya. Dengan menumpang sebuah kapal besar milik seorang saudagar, Putmaraga akhirnya tiba di Medangkamulan. Benar seperti saran Kepala Suku, Raja Medangkamulan bersedia membeli intan dan berlian itu dengan harga yang pantas. Raja Medangkamulan malah menyarankan agar Putmaraga tinggal di Medangkamulan.
Putmaraga lantas berdagang. Usaha perdagangannya membuahkan hasil yang banyak baginya. Di Medangkamulan itu Putmaraga terus membesarkan usaha dagangnya hingga beberapa tahun kemudian Putmaraga telah dikenal sebagai seorang saudagar yang sangat berhasil. Ia adalah saudagar terkaya di Medangkamulan.
Raja Medangkamulan sangat terkesan dengan semangat dan usaha Putmaraga. Ia pun menikahkah salah satu putrinya dengan Putmaraga. Usaha dagang Putmaraga kian membesar setelah ia menjadi menantu Raja Medangkamulan.
Putmaraga menyatakan kepada istrinya bahwa ia masih mempunyai ibu. Ia bahkan menjanjikan kepada istrinya untuk menemuinya ibunya. Karena janjinya itu maka istrinya berulang-ulang menyatakan keinginannya untuk bertemu dengan ibu Putmaraga itu. Karena terus didesak istrinya, Putmaraga tak lagi bisa mengelak. Ia segera memerintahkan kepada anak buahnya untuk menyiapkan kapal yang besar lagi mewah miliknya yang akan digunakannya untuk berlayar ke kampung halamannya.
Setelah berlayar beberapa waktu Iamanya, kapal besar lagi mewah milik Putmaraga itu akhirnya merapat di pelabuhan Banjar, di wilayah asal Putmaraga. Dalam waktu tak berapa lama kedatangan Putmaraga dengan kapal miliknya itu menyebar diketahui warga. Kekaguman warga pun tertuju pada Putmaraga, seseorang yang dahulu mereka kenal hidup miskin bersama ibunya.
Tak terkirakan gembira dan bahagianya hati Ibu Putmaraga ketika mendengar kedatangan anaknya. Sampan kecilnya segera dikayuhnya menuju tempat di mana kapal anaknya tengah merapat. Kerinduannya bertahun-tahun kepada anaknya itu hendak dituntaskannya. Seketika mendekati kapal yang besar lagi mewah itu, Ibu Putmaraga lantas menyebutkan kepada penjaga kapal, ?Saya ini ibu Putmaraga. Sampaikan kepada Putmaraga, saya ingin bertemu dengannya.?
Dari geladak kapalnya, Putmaraga melihat kedatangan ibunya. Mendadak ia merasa malu hati mengakui jika perempuan tua yang berpakaian lusuh lagi kumal itu adalah ibunya. Putmaraga menolak kedatangan ibunya dan bahkan memerintahkan kelasinya untuk mengusir ibunya. Katanya keras-keras seraya bertolak pinggang,
?Usir perempuan tua buruk rupa yang mengaku ibu kandungku itu! Ia bukan ibuku! Ia hanya mengaku-ngaku!?
Tak terkirakan terperanjatnya Ibu Putmaraga mendengar ucapan anaknya. Ia berusaha keras untuk menyadarkan anaknya, namun Putmaraga tetap juga menolak untuk mengakui sebagai anaknya. Bahkan, ketika istrinya pun turut menyadarkan, Putmaraga tetap bersikukuh jika perempuan tua itu bukan ibunya.
Ibu Putiparaga bergegas pulang ke rumahnya. Ia mengambil ayam bekisar jantan dan ikan ruan yang dahulu dipelihara Putmaraga. Seketika ia telah kembali ke kapal besar milik Putmaraga, ia pun menunjukkan dua hewan itu seraya berkata, ?Putmaraga anakku, Iihatlah dua binatang kesayanganmu ini. keduanya tetap Ibu rawat selama engkau pergi ke Medangkamulan. Apakah engkau masih tidak percaya jika aku ini ibumu??
?Tidak!? seru Putmaraga. ?Engkau bukan ibuku! Engkau hanya perempuan tua yang mengaku-ngaku sebagai ibuku karena menginginkan harta kekayaanku! Kelasi, usir perempuan tua itu dari kapalku ini!?
Putmaraga sangat jengkel karena melihat ibunya tetap berusaha menjelaskan jika ia adalah ibu Putmaraga. Karena jengkelnya, Putmaraga lantas melempari ibunya dengan kayu-kayu. Salah satu lemparan itu telak mengena ibunya hingga ibunya jatuh terpelanting.
Ibu Putmaraga merasa putus asa. Sakit benar hatinya mendapati sikap anaknya yang durhaka terhadapnya itu. Ia pun kembali ke rumahnya seraya mengayuh sampan kecilnya. Air matanya terus bercucuran ketika meninggalkan kapal milik anaknya itu. Dengan hati remuk redam, ia pun berdoa kepada Tuhan, ?Ya Tuhan, sadarkanlah kedurhakaan anak hamba itu.?
Seketika setelah ibu Putmaraga berdoa, alam tiba-tiba menampakkan kemarahannya. Langit yang semula cerah berubah menjadi amat gelap. Awan hitam bergulung-gulung. Kilat berkerjapan laksana merobek-robek langit yang disusul dengan gelegar petir berulang-ulang. Angin topan mendadak datang, menciptakan gelombang yang menderu-deru dengan kekuatan dahsyatnya. Semua kemarahan alam itu seperti tertuju pada Putmaraga yang kebingungan serta ketakutan di dalam kapal besar lagi mewahnya.
Kapal Putmaraga seketika itu digulung gelombang air berkekuatan dahsyat.
Sadarlah Putmaraga akan kedurhakaan besarnya terhadap ibu kandungnya. Ia pun berteriakteriak meminta ampun kepada ibunya. Namun, semuanya telah terlambat bagi Putmaraga. Kedurhakaan besarnya kepada ibunya tidak berampun.
Kapal besar lagi mewah itu sirna ditelan ombak besar bergulung. Seketika alam telah kembali tenang, kapal besar lagi mewah milik Putmaraga itu mendadak menjadi batu.
Legenda ini menceritakan, dahulunya Lembah Harau adalah lautan. Apalagi berdasarkan hasil survey team geologi dari Jerman (Barat) pada tahun 1980, dikatakan bahwa batuan perbukitan yang terdapat di Lembah Harau adalah batuan Breksi dan Konglomerat. Batuan jenis ini umumnya terdapat di dasar laut.
*******
Pada zaman dahulu kala, salah satu air terjun di Lembah Harau, menurut legenda, Raja Hindustan berlayar bersama istri dan anaknya, Putri Sari Banilai. Perjalanan ini dalam rangka selamatan atas pertunangan putrinya dengan seorang pemuda Hindustan bernama Bujang Juaro. Sebelum berangkat, Sari Banilai bersumpah dengan tunangannya, apabila ia ingkar janji maka ia akan berubah menjadi batu dan apabila Bujang Juaro yang ingkar janji, maka ia akan berubah menjadi Ular.
Namun sayangnya, dalam perjalanan kapal tersebut terbawa oleh gelombang dan terdampar pada sebuah selat (tempat tersebut sekarang dinamakan Lembah Harau). Kapal tersebut tersekat oleh akar yang membelintang pada dua buah bukit hingga akhirnya rusak.
Agar tidak karam, kapal itu ditambatkan pada sebuah batu besar yang terdapat di pinggiran bukit (bukit tersebut sekarang dinamakan Bukit Jambu). Batu tempat tambatan kapal itu sekarang dinamakan Batu Tambatan Perahu.
Setelah terdampar, Raja Hindustan bersama dengan keluarganya disambut oleh Raja yang memerintah Harau pada waktu itu. Lama kelamaan, karena hubungan baik yang terjalin, Raja Hindustan ingin menikahkan putrinya dengan pemuda setempat bernama Rambun Paneh. Satu hal lagi, untuk kembali ke negeri Hindustan juga tidak memungkinkan. Ia tidak tahu sumpah yang telah diucapkan Sari Banilai dengan tunangannya, Bujang Juaro.
Tidak berapa lama kemudian, Rambun Paneh menikah dengan Sari Banilai.
Waktu terus berjalan, dan dari perkimpoian itu lahirlah seorang putra. Suatu hari, sang kakek, si Raja Hindustan, membuatkan mainan untuk cucunya. Sewaktu asyik bermain, mainan tersebut jatuh ke dalam laut. Anak tersebut menangis sejadi-jadinya. Ibunya, Putri Sari Banilai tanpa pikir panjang langsung terjun ke laut untuk mengambilkan mainan tersebut. Sungguh malang, ombak datang menghempaskan dan menjempit tubuhnya pada dua batu besar. Sari Banilai sadar, bahwa ia telah ingkar janji pada tunangannya dahulu, Bujang Juaro. Dalam keadaan pasrah, ia berdoa pada Yang Maha Kuasa, supaya air laut jadi surut. Doanya dikabulkan, tidak berapa lama kemudian air laut menjadi surut. Ia juga berdoa agar peralatan rumah tangganya didekatkan padanya. Dan ia berdoa, seandainya ia membuat kesalahan ia rela dimakan sumpah menjadi batu. Tidak lama berselang, perlahan-lahan tubuh Putri Sari Banilai berubah menjadi batu.
The post Legenda Lembah Harau appeared first on Kumpulan Dongeng Indonesia.
Tersebutlah sebuah keluarga miskin yang tinggal di desa Kalampaian. Keluarga itu terdiri dari seorang ibu dan anak lelaki satu-satunya. Putmaraga nama anak lelaki itu. Sepeninggal sang ayah, kehidupan keluarga itu bertambah kesulitan. Kerap Putmaraga dan ibunya merasakan kekurangan.
Pada suatu malam ibu Putmaraga bermimpi didatangi seorang nenek renta. Si nenek renta berujar kepadanya, ?Galilah tanah di belakang rumahmu, di antara pohon nangka.?
Keesokan harinya ibu Putmaraga mengajak anaknya untuk menggali tanah di belakang rumahnya sesuai pesan nenek renta dalam impiannya. Tidak mereka duga, mereka menemukan sebuah guci Cina yang sangat besar. Isi guci besar itu membuat ibu Putmaraga dan Putmaraga amat tercengang. Mereka mendapati intan dan berlian yang sangat banyak jumlahnya di dalam guci.
Kumpulan Legenda Cerita Rakyat Dari Kalimantan Selatan
Kumpulan Legenda Cerita Rakyat Dari Kalimantan Selatan
Putmaraga memberikan usulnya, ?Kita bawa intan dan berlian ini kepada Kepala Suku. Kita tanyakan kepada beliau, kepada siapa kita hendaknya menjual intan dan berlian ini.?
Ibu Putmaraga setuju dengan usul anaknya. Mereka lantas membawa intan dan berlian temuan mereka itu kepada Kepala Suku.
Kepala Suku menyarankan agar mereka membawa intan dan berlian itu ke Medangkamulan. Katanya, ?Raja Medangkamulaan terkenal kaya raya. Ia tentu mampu membeli intan dan berlian kalian yang sangat mahal harganya ini.?
Ibu Putmaraga akhirnya meminta anaknya itu berangkat menuju Medangkamulan. Ia berpesan agar anaknya itu senantiasa bersikap jujur dan tidak sombong. ?Lekas engkau kembali setelah berhasil menjual intan dan berlian ini.?
Putmaraga berjanji akan mematuhi semua pesan ibunya. Dengan menumpang sebuah kapal besar milik seorang saudagar, Putmaraga akhirnya tiba di Medangkamulan. Benar seperti saran Kepala Suku, Raja Medangkamulan bersedia membeli intan dan berlian itu dengan harga yang pantas. Raja Medangkamulan malah menyarankan agar Putmaraga tinggal di Medangkamulan.
Putmaraga lantas berdagang. Usaha perdagangannya membuahkan hasil yang banyak baginya. Di Medangkamulan itu Putmaraga terus membesarkan usaha dagangnya hingga beberapa tahun kemudian Putmaraga telah dikenal sebagai seorang saudagar yang sangat berhasil. Ia adalah saudagar terkaya di Medangkamulan.
Raja Medangkamulan sangat terkesan dengan semangat dan usaha Putmaraga. Ia pun menikahkah salah satu putrinya dengan Putmaraga. Usaha dagang Putmaraga kian membesar setelah ia menjadi menantu Raja Medangkamulan.
Putmaraga menyatakan kepada istrinya bahwa ia masih mempunyai ibu. Ia bahkan menjanjikan kepada istrinya untuk menemuinya ibunya. Karena janjinya itu maka istrinya berulang-ulang menyatakan keinginannya untuk bertemu dengan ibu Putmaraga itu. Karena terus didesak istrinya, Putmaraga tak lagi bisa mengelak. Ia segera memerintahkan kepada anak buahnya untuk menyiapkan kapal yang besar lagi mewah miliknya yang akan digunakannya untuk berlayar ke kampung halamannya.
Setelah berlayar beberapa waktu Iamanya, kapal besar lagi mewah milik Putmaraga itu akhirnya merapat di pelabuhan Banjar, di wilayah asal Putmaraga. Dalam waktu tak berapa lama kedatangan Putmaraga dengan kapal miliknya itu menyebar diketahui warga. Kekaguman warga pun tertuju pada Putmaraga, seseorang yang dahulu mereka kenal hidup miskin bersama ibunya.
Tak terkirakan gembira dan bahagianya hati Ibu Putmaraga ketika mendengar kedatangan anaknya. Sampan kecilnya segera dikayuhnya menuju tempat di mana kapal anaknya tengah merapat. Kerinduannya bertahun-tahun kepada anaknya itu hendak dituntaskannya. Seketika mendekati kapal yang besar lagi mewah itu, Ibu Putmaraga lantas menyebutkan kepada penjaga kapal, ?Saya ini ibu Putmaraga. Sampaikan kepada Putmaraga, saya ingin bertemu dengannya.?
Dari geladak kapalnya, Putmaraga melihat kedatangan ibunya. Mendadak ia merasa malu hati mengakui jika perempuan tua yang berpakaian lusuh lagi kumal itu adalah ibunya. Putmaraga menolak kedatangan ibunya dan bahkan memerintahkan kelasinya untuk mengusir ibunya. Katanya keras-keras seraya bertolak pinggang,
?Usir perempuan tua buruk rupa yang mengaku ibu kandungku itu! Ia bukan ibuku! Ia hanya mengaku-ngaku!?
Tak terkirakan terperanjatnya Ibu Putmaraga mendengar ucapan anaknya. Ia berusaha keras untuk menyadarkan anaknya, namun Putmaraga tetap juga menolak untuk mengakui sebagai anaknya. Bahkan, ketika istrinya pun turut menyadarkan, Putmaraga tetap bersikukuh jika perempuan tua itu bukan ibunya.
Ibu Putiparaga bergegas pulang ke rumahnya. Ia mengambil ayam bekisar jantan dan ikan ruan yang dahulu dipelihara Putmaraga. Seketika ia telah kembali ke kapal besar milik Putmaraga, ia pun menunjukkan dua hewan itu seraya berkata, ?Putmaraga anakku, Iihatlah dua binatang kesayanganmu ini. keduanya tetap Ibu rawat selama engkau pergi ke Medangkamulan. Apakah engkau masih tidak percaya jika aku ini ibumu??
?Tidak!? seru Putmaraga. ?Engkau bukan ibuku! Engkau hanya perempuan tua yang mengaku-ngaku sebagai ibuku karena menginginkan harta kekayaanku! Kelasi, usir perempuan tua itu dari kapalku ini!?
Putmaraga sangat jengkel karena melihat ibunya tetap berusaha menjelaskan jika ia adalah ibu Putmaraga. Karena jengkelnya, Putmaraga lantas melempari ibunya dengan kayu-kayu. Salah satu lemparan itu telak mengena ibunya hingga ibunya jatuh terpelanting.
Ibu Putmaraga merasa putus asa. Sakit benar hatinya mendapati sikap anaknya yang durhaka terhadapnya itu. Ia pun kembali ke rumahnya seraya mengayuh sampan kecilnya. Air matanya terus bercucuran ketika meninggalkan kapal milik anaknya itu. Dengan hati remuk redam, ia pun berdoa kepada Tuhan, ?Ya Tuhan, sadarkanlah kedurhakaan anak hamba itu.?
Seketika setelah ibu Putmaraga berdoa, alam tiba-tiba menampakkan kemarahannya. Langit yang semula cerah berubah menjadi amat gelap. Awan hitam bergulung-gulung. Kilat berkerjapan laksana merobek-robek langit yang disusul dengan gelegar petir berulang-ulang. Angin topan mendadak datang, menciptakan gelombang yang menderu-deru dengan kekuatan dahsyatnya. Semua kemarahan alam itu seperti tertuju pada Putmaraga yang kebingungan serta ketakutan di dalam kapal besar lagi mewahnya.
Kapal Putmaraga seketika itu digulung gelombang air berkekuatan dahsyat.
Sadarlah Putmaraga akan kedurhakaan besarnya terhadap ibu kandungnya. Ia pun berteriakteriak meminta ampun kepada ibunya. Namun, semuanya telah terlambat bagi Putmaraga. Kedurhakaan besarnya kepada ibunya tidak berampun.
Kapal besar lagi mewah itu sirna ditelan ombak besar bergulung. Seketika alam telah kembali tenang, kapal besar lagi mewah milik Putmaraga itu mendadak menjadi batu.
Aku seekor burung merpati. Aku mempunyai istri dan dua ekor anak. Kami tinggal di sebuah sarang di halaman rumah Nabi Ibrahim. Setiap pagi, beliau menyebarkan biji ? biji jagung untuk kami dan remahan roti untuk semut.
Suatu hari, istriku terlelap di samping anak ? anak. Sementara aku duduk di luar sarang. Tiba ? tiba, tangan Ibrahim menghampiriku. Aku menyerah pada tangan suci itu. Aku melihat di tangannya yang lain ada sebilah pisau. Pisau itu diarahkan ke leherku. Ketika mata pisau itu semakin mendekati leherku, istriku terbangun dan berteriak keras! ?Ayaaaaah?!!!?
Aku tidak merasakan apa ? apa. Mata pisau itu terhunjam di leherku. Suara terakhir yang kudengar adalah jeritan istriku. Lalu, aku dan tiga ekor burung lain sampai di pangkuan Ibrahim. Tak lama, kami pun terbang ke sarang masing ? masing. Kulihat, Ibrahim bersujud dan berdo?a kepada Allah.
Tiba di sarang, aku hanya mendapati kedua anakku yang menangis kelaparan. Sementara istriku tidak ada! Aku pun segera terbang menuju pinggir sungai. Tempat aku dan istriku sering bertemu. Kulihat istriku sedang bertengger di dahan pohon. Matanya menatap tajam ke arah sungai tanpa bergerak. Begitu ia melihatku, ia berteriak keras. ?Ya Tuhan, bagaimana mungkin ini terjadi? Bukankah kamu?.? Aku melihat tubuh istriku bergetar. Lalu, ia meneruskan perkataannya. ?Bagaimana kamu bisa hidup kembali? Padahal kamu telah disembelih Ibrahim? ?Tiba ? tiba, aku teringat mata pisau yang menghunjam leherku. ?Istriku, ceritakan semua yang terjadi!?
?Ibrahim telah menyembelihmu di depan mataku. Tubuhmu terpotong ? potong bersama tiga ekor brung lain. Lalu, potongan itu dicampurkan dan diletakkan di empat bukit yang berjauhan.?
?Lalu, apa yang terjadi selanjutnya?? tanyaku. ?Entahlah?.Setelah itu aku pergi ke pinggir sungai. Tiba ? tiba, kamu muncul disampingku. Tentu saja aku kaget!? Hmmm? kini aku tahu apa yang sebenarnya terjadi.
?Aku teringat kata ? kata Ibbrahim, ? Tuhanku perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati?? Kini, Allah telah memperlihatkan bukti itu melalui aku dan ketiga burung lain. Kami disembelih, kami mati, dan kami dihidupkan kembali.
Setelah itu, istriku mengajak pulang sambil membawa makanan untuk anak ? anakku. ?Alhamdulillah. Terimakasih, ya Allah!? kataku.
Dikutip dari :
Kisah Binatang dalam Al-Quran
Iqro Media
Danau Toba terletak di Propinsi Sumatera Utara yang dikelilingi 7 Kabupaten di sekitarnya. Danau terluar di Indonesia ini menjadi salah satu daerah wisata favorit baik wisatawan domestik maupun internasional. Untuk menyemarakkannya, setiap tahun rutin diadakan pesta danau toba yang diisi dengan berbagai kegiatan baik budaya maupun olahraga. Namun dibalik itu semua, tahukah anda bagaimana asal mula terbentuknya danau toba berdasarkan cerita rakyat? Simak cerita berikut ini.
*******
Pada zaman dahulu, Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai. ?Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar,? gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.
Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. ?Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku.? Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. ?Bermimpikah aku?,? gumam petani.
?Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata,? kata gadis itu. ?Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu,? kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. ?Dia mungkin bidadari yang turun dari langit,? gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani. ?Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! ? kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.
Setahun kemudian, kebahagiaan Petan dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri.
Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka. ?Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!? kata Petani kepada istrinya. ?Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik,? puji Puteri kepada suaminya.
Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. ?Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !,? umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.
*******
Pesan moral : Jadilah seorang yang sabar dan bisa mengendalikan emosi. Dan juga, jangan melanggar janji yang telah kita buat atau ucapkan
The post Asal Mula Danau Toba appeared first on Kumpulan Dongeng Indonesia.
Danau Lau Kawar terletak di Kabupaten Tanah Karo, Propinsi Sumatera Utara. Lau Kawar berada persis di kaki gunung sinabung dan merupakan pintu utama jalur pendakian gunung sinabung. Dibalik keindahannya, danau Lau Kawar menawarkan legenda kisah asal muasal terbentuknya. Berikut kisahnya.
*******
Pada zaman dahulu kala, tersebutlah dalam sebuah kisah, ada sebuah desa yang sangat subur di daerah Kabupaten Karo. Desa Kawar namanya. Penduduk desa ini umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Hasil panen mereka selalu melimpah ruah. Suatu waktu, hasil panen mereka meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Lumbung-lumbung mereka penuh dengan padi. Bahkan banyak dari mereka yang lumbungnya tidak muat dengan hasil panen. Untuk mensyukuri nikmat Tuhan tersebut, mereka pun bergotong-royong untuk mengadakan selamatan dengan menyelenggarakan upacara adat.
The post Legenda Lau Kawar appeared first on Kumpulan Dongeng Indonesia.
Suatu hari seekor anak ayam sedang meratapi kuburan. Ternyata kuburan itu adalah tempat induknya dikubur. Anak Ayam itu tidak tahu kemana ia mengadu dan mendapatkan perlindungan. Kini ia sendiri dan tidak ada lagi teman dan kawan.
Kini ia harus berjuang sendiri tanpa induknya. Anak ayam itu semakin besar dan menjadi ayam yang tangguh.
Tidak ada lagi kata takut, yang ia takutkan adalah manusia yang ingin memotong dia dan memakannya, karena ia adalah hewan ternak.
baca dongeng anak yg lebih menghibur lagi di blog dongeng anak
Image Source:http://blog.umy.ac.id/ |
IPB |
Penulis |
Peserta Laki-laki |
Peserta Perempuan |
Angkoters |
Pak Supir |
ITB |