POLLYANNA GROWS UP: Ketika Usia tidak Mengubah Keceriaan
Resensi oleh Noviane Asmara
Detail Buku :
Judul : Pollyanna Grows Up
Penulis : Eleanor H. Porter
Penerjemah : Rini Nurul Badariah
Penyunting : Azzura Dayana & Dee
Tebal : 361 Halaman
Penulis : Eleanor H. Porter
Penerjemah : Rini Nurul Badariah
Penyunting : Azzura Dayana & Dee
Tebal : 361 Halaman
Harga : Rp 47,500
ISBN : 978602843695-3
Cover : Soft Cover
Cover : Soft Cover
Genre : Klasik
Penerbit : Orange Books
Cetakan : I, September 2010
Penerbit : Orange Books
Cetakan : I, September 2010
Pollyanna Grows Up adalah sekuel dari buku Pollyanna. Terbit pertama kali tahun 1915― dua tahun berselang setelah buku pertamanya.
Pollyanna Grows Up ini, mengisahkan perjalanan hidup Pollyanna yang tumbuh dan berkembang hingga menginjak usia dua puluh tahun.
Hidup yang dijalaninya masih sulit dan tidak semudah ketika ia hidup di panti asuhan. Tetapi satu kunci kebahagian Pollyanna, ia selalu memainkan permainnannya. Permainan yang dengan sangat mudah ia mainkan. Permainan Sukacita.
Tak peduli dalam keadaan apapun, segalanya selalu menjadi keceriaan untuk gadis tiga belas tahun ini.
Di buku Pollyanna, dikisahkan bahwa Bibi Polly― bibi Pollyanna, menikah dengan Dr Chinton. Untuk lebih mengingatkan dengan jelas, silahkan baca di : http://www.facebook.com/noviane.asmara?sk=notes#!/note.php?note_id=397847365753
Saat Dr Chilton ditugaskan ke Jerman, Bibi Polly merasa kebingungan dengan nasib Pollyanna. Siapa yang akan merawat Pollyanna selama musim dingin saat dirinya dan suaminya harus pergi ke Jerman dalam kurun waktu yang cukup lama.
Di sisi lain, sebuah keluarga, membutuhkan kehangatan dan keceriaan. Adalah Ruth Carew, seorang janda yang hari-harinya diliputi oleh kekelaman. Sejak kematian sang suami yang kemudian disusul kematian putra semata wayangnya, ia menarik diri dari dunia. Ia terlarut dan tenggelam dalam kesedihan yang ia buat sendiri.
Putra kakaknya yang merupakan keponakan satu-satunya, yang juga pewaris dan pelipur lara pun, tiba-tiba menghilang tanpa jejak dan tidak pernah ditemukan.
Ia menjadi antisosial dengan menolak kunjungan siapa pun untuk dirinya. Rumah mewah yang ia tempati menjadi dingin, kelam, suram dan sepi. Di mana cahaya matahari tidak diperbolehkan masuk dan menyinari rumahnya karena semua tirai ditutup dan tidak seorangpun berani berbicara dengan dirinya, kecuali sang adik, Della Wetherby. Della, seorang perawat di Sanatarium tempat dulu Pollyanna dirawat ketika mengalami kelumpuhan.
Saat itu, atas saran Della dan Dr. Charlie Ames, Mrs.Carew dianjurkan menerima dan menampung Pollyanna untuk sementara waktu, sampai paman dan bibinya kembali dari Jerman. Della yakin, kalu Pollyanna akan mampu mengubah keadaan kakaknya kembali seperti dulu. Bagi Della dan semua orang yang mengenal gadis kecil berusia tiga belas tahun itu, Pollyanna seolah-olah adalah obat untuk rasa sakit yang mereka derita. Dengan takaran dan dosis yang pas, niscaya sakit dan derita mereka akan secara perhalan. Permainan Sukacita ala Pollyannalah yang membawa semuanya menjadi ceria.
Seiring berjalannya waktu, Perubahan sikap dialami oleh Mrs. Carew. Pollyanna yang di awal kehadirannya dirasa begitu ‘mengganggu’ dengan segala ocehan dan permohonannya yang kadang tidak masuk akal, akhirnya meninggalkan kesepian saat Pollyanna harus kembali ke Beldingsville, saat paman dan bibinya telah tiba.
Saat berusia empat belas tahun, Pollyanna beserta paman dan bibinya hijrah ke Jerman untuk kemudian menetap di sana.
Roda kehidupan terus berputar, dan saat ini Dewi Fortuna sedang tidak berada di pihak Bibi Polly. Kemalangan secara bertubi-tubi menimpa Mrs. Chilton. Kematian suaminya, Dr. Chilton disusul dengan bangkrutnya ia akibat bisnis yang merugi.
Pollyanna dan Mrs. Chilton, mau tidak mau harus kembali ke kampung halamannya, Beldingsville. Saat itu usia Pollyanna telah menginjak dua puluh tahun, usia yang kian matang dan dewasa. Tetapi ia tetaplah Pollyanna yang dulu, yang polos, spontan selalu ceria karena ia selalu memainkan permainan sukacitanya.
Akhir kisah Pollyanna Grows Ups ini, sungguh menguras emosi. Misteri hilangnya sang keponakan Mrs. Carew tercinta, terjawab sudah. Dan kepada siapa Pollyanna menjatuhkan pilihannya untuk menjadi teman hidupnya, ini juga terjawab di akhir cerita.
Tokoh Jamie, Jimmy Bean Pendleton dan Sadie Dan pun, turut mewarnai cerita yg menawan ini. Sisipan romansa yang tertuang di kisah ini pun turut menjadikan cerita ini lebih hangat dan lebih hidup.
Eleanor Hodgman Porter lahir di Littleton, New Hampshire, 19 Desember 1868. Semula novelis Amerika ini dipoyeksikan menjadi penyanyi, tetapi kemudian banting stir ke dunia tulis-menulis. {ada tahun 1892, ia menikah denga John Hodgman Porter dan pindah ke Massachussetts. Kenanyakan karyanya bergenre buku anak, seperti serial Miss Billy (Miss Billy, Billy’s Decision, dan Miss Billy Married), Just David (1916), Six Star Ranch (1916), Cross Currents (1928) dan The Turn of the Tide (1918).
Pollyanna, yang terbit tahun 1913, merupakan novelnya yang paling tersohor. Sekuelnya Pollyanna Grows Up, menyusul dua tahun kemudian. Pollyanna termasuk deretan buku laris di Amerika Serikat, bahkan sempat memasuki cetakan ke-47 antara tahun 1915 dan 1920.
Eleanor H. Porter wafat pada tahun 1920 di Cambridge, Massachussets.
0 comments:
Post a Comment