Resensi: Noviane Asmara
Detail buku:
Judul : KORUPSI (L’Homme Rompu)
Penulis : Tahar Ben Jelloun
Penerjemah : Okke K.S.Zaimar
Penyunting : Anton Kurnia
Pewajah Isi : Siti Qomariyah
ISBN : 978-979-024-073-5
Ukuran : 13 x 20,5 cm
Tebal : 236 Halaman
Cover : Soft Cover
Penerbit : Serambi
Cetakan I: November 2010
Dari judulnya saja, saya sudah berpikiran, kalau ini adalah buku “serius”. Buku yang akan mengupas tuntas permasalahan korupsi yang saat ini semakin menjamur dan happening di negeri kia, Indonesia. Tapi ketika saya dapati tulisan “sebuah novel” di sampul depan buku ini, walau tidak terlalu besar, barulah saya tahu, bahwa buku Korupsi ini adalah novel. Saya pun mulai penasaran dan dengan segera membaca sinopsis di back cover buku ini.
Wow….
Paragrap pertamanya membuat saya kaget dan tersanjung, karena ternyata novel ini merupakan novel yang diilhami karya pengarang besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer. Salah satu penulis kebanggan Indonesia atas karya-karya gemilangnya.
Dan ternyata, novel ini adalah novel terjemahan, pantas saja nama penulisnya berbau asing, walau awalnya saya mengira kalau Tahar Ben Jelloun ini adalah penulis asli Indonesia. Maklumlah, saya bukan termasuk orang yang hafal dan familiar terhadap penulis-penulis Indonesia, terutama penulis sastra.
Novel yang diterjemahkan langsung dari bahasa Prancis ini mempunyai judul asli L’Homme rompu. Secara harfiah artinya Lelaki yang Patah dan menjadi karya persembahan Tahar untuk Pramoedya.
Novel yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1994 ini sedikit banyak terispirasi oleh novel Korupsi karya Pramoedya yang terbit di Indonesia tahun 1954.
Buku Korupsi ini bukanlah suatu pemaparan cerita kaku tentang korupsi. Tapi juga masalah tentang perilaku hidup dan tatanan social yang berlaku di masyarakat Maroko saat itu. Kisah percintaan pun bertebaran di dalam novel ini. Penulisan kata-kata yang tertuang juga begitu berani dan sarat dengan sindiran-sindiran tajam.
Novel hasil rekaan Tahar ini mengambil setting di Negara Maroko, negeri asalnya yang dalam banyak hal menyimpan banyak persamaan dengan Indonesia.
Hal ini menunjukkan pada kita, bahwa di bawah langit yang berbeda dan berjarak beribu-ribu kilometer, ketika didera oleh kesengsaraan yang sama, kadang-kadang jiwa manusia menyerah pada setan yang sama.
Karena itulah novel ini menjadi layak dibaca sebagai cermin atas situasi di negeri kita yang tak kunjung reda dilanda badai korupsi.
Murad. Dialah sosok analogi dari Lerlaki yang patah. Seorang insinyur yang bekerja di Kementrain Pekerjaan Umum, Cassablanca Maroko. Ia mempunyai jabatan yang diincar oleh banyak orang yaitu sebagai Wakil Direktur Perencanaan dan Pembinaan.
Kasarnya, tempat ia bekerja adalah “tempat basah”. Walaupun dikelilingi oleh orang-orang yang berpikiran dangkal dan senang menggunakan cara pintas demi mendapatkan sesuatu, Murad adalah pribadi yang kuat yang memegang teguh prinsip sebagai “orang bersih”. Ia tetap bergeming tak tergoyahkan oleh godaan yang datang.
Ia semakin menjadi orang “aneh” di tengah orang-orang yang berlomba-lomba dalam penggelapan, pemerasan, suap dan ghulul―korupsi. Aneh, hanya karena orang-orang di lingkungan sekitar dirinya tidaklah sama seperti yang ia alami.
Rengekan Hilma istrinya yang tidak puas dengan keadaan hidup mereka yang teramat sangat pas-pasan, hinaan dari ibu mertuanya dan permintaan anak-anaknya yang tidak mungkin dapat Murad penuhi, tetap tidak mengubah prinsip Murad. Ia tetaplah menjadi seorang yang tidak dapat disuap. Ia bangga dengan dengan integritasnya itu.
Sekali lagi, prinsip teguh Murad diuji kembali ketika harus berhadapan dengan berkas Tuan Sabbane. Berkas yang hanya dengan satu buah tanda tangan dari dirinya, keadaan akan berubah total. Setan pun mulai memainkan peranannya untuk membuat sedikit keluwesan dalam sikap Murad. Tidak hanya itu, perlahan-lahan keadaan rumah tangganya semakin tidak harmonis akibat dari keadaan ekonomi yang memburuk. Hal ini membuat Murad mencari cinta wanita lain. Lewat Nadia, janda cantik yang juga adalah sepupunya dan lewat Nadia juga, mahasiswi Fakultas kedokteran, ia melampiaskan rasa frustrasi dan nafsunya.
Manusia adalah makhluk yang bisa berubah setiap saat. Baik berubah menuju kebaikan ataupun berubah menuju kesesatan. Di sanalah Murad melewati proses revolusi diri.
Apakah Murad masih dapat bertahan dengan prinsipnya sebagai orang bersih. ataukan ia rela menggadaikan prinsipnya itu dengan lembaran-lembaran dolar.
Tahar Ben Jelloun adalah sastrawan terkemuka dunia yang menulis dalam bahasa Prancis. Lahir di Fez, Maroko, 1 Desember 1944. belajar filsafat di Universitas V Rabbat. Tahun1971 ia hijrah ke Prancis dan berhasil meraih gelar doctor dalam bidang psikiatri social. Pada tahun 1987 ia meraih Prix Goncourt―hadiah sastra paling terkemuka di Prancis untuk novelnya Malam pertama. Sat ini ia menetap di Paris bersama istri dan ketiga anaknya.
Novel Korupsi atau L’Homme rompu hasil karyanya ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.
0 comments:
Post a Comment