Penulis : Alexandre Dumas
Penerjemah: Nin Bakdi Soemanto
Penyunting: Dhewiberta
Penyunting: Dhewiberta
ISBN : 978-602-8811-24-8
Tebal : 568 Halaman
Harga : Rp 55.000
Cover : Soft Cover
Penerbit : Bentang
Penerbit : Bentang
Cetakan: I, April 2011
Harga : Rp 73.000
Ketika orang disakiti hingga kemudian hidupnya hancur, sangat wajar bila orang tersebut membalaskan dendam dan berusaha membuat hancur balik hidup orang yang pernah menyakitinya. Itu adalah hal yang sangat manusiawi. Begitu pula bagi seorang Edmond Dantes.
Edmond Dantes adalah seorang lelaki muda berumur Sembilan belas tahun yang berprofesi sebagai kelasi pertama. Dia jujur, rajin dan mempunyai semangat luar biasa pada pekerjaannya. Nasib mujur mengantarkannya meraih kesempatan mendapatkan promosi menjadi orang yang paling dipercaya.
Tetapi tidak semua manusia suka atau senang melihat manusia lainnya beruntung. Demikian pula beberapa teman Dantes. Mereka iri dan hasut terhadap keadaan Dantes yang begitu beruntung. Mereka berusaha untuk menyingkirkan Dantes dengan cara yang picik.
Ketika Dantes tengah berbahagia di acara pertunangan dengan Mercedes, gadis yang sangat dia cintai, dia tiba-tiba ditangkap untuk kemudian dipenjara atas tuduhan terhadap sesuatu yang tidak pernah dia lakukan.
Dantes didakwa menjadi mata-mata Bonapartis, karena kebetulan Dantes membawa surat dari penguasa Pulau Elba―Napoleon Bonaparte, untuk diserahkan kepada seseorang di Paris.
Akhirnya Dantes harus pasrah dan menerima kalau dirinya dikirim ke penjara di Château d’if. Dia harus menjalani empat belas tahun kehidupannya di penjara itu.
Di dalam penjara, Dantes hampir-hampir putus asa. Hingga akhirnya saat dirinya dipindahkan ke sel bawah tanah, dia bertemu dengan seorang narapidana lain yang ternyata seorang pendeta dan kelak menjadi ayah angkatnya. Dantes mendapat banyak pelajaran hidup dan ilmu pengetahuan yang luar biasa mengagumkan dari teman barunya ini. Bersama sang pendeta tersebut dia menjalani hari-harinya dengan penuh semangat. Dia pun diberitahu rahasia besar tentang harta karun yang tersimpan di Pulau Monte Cristo. Kelak harta karun inilah yang mengantarkan Dantes membalaskan semua dendamnya terhadap orang-orang yang telah berperan dalam pengkapan dirinya hingga dipenjara.
Akhirnya, hari kebebasan pun tiba. Dantes berhasil melarikan diri dari penjara Château d’if dengan cara yang sungguh cerdik tetapi penuh risiko. Nyawa taruhannya. Dia menyelundupkan dirinya di balik karung yang seharusnya berisi mayat temannya―sang pendeta yang mati karena penyakit.
Ketika karung yang berisi dirinya dilempar ke tengah lautan yang dalam, kesempatan dirinya bebas dengan tetap hidup sangat tipis.
Tetapi Tuhan memperlihatkan kuasa-Nya. Dantes berhasil membebaskan dirinya dan berenang hingga seseorang menolongnya saat dia pingsan akibat kelelahan di tengah lautan.
Setelah bebas dan menemukan dirinya menjadi sosok yang berbeda dari empat belas tahun yang lalu, seiring itu pula rencana balas dendam pun semakin terbuka lebar. Satu mata untuk satu mata, satu gigi untuk satu gigi.
Hari-hari kebebasannya tidak hanya dia pakai untuk membalaskan dendam saja, tapi juga dia isi dengan banyak kebaikan. Di balik rasa sakit hatinya, dia juga adalah seorang yang tahu cara membalas budi dengan datang dan menjelma sebagai dewa penolong di saat yang tepat.
Dantes menyamar menjadi berbagai karakter untuk mencari tahu keberadaan musuh-musuh dan juga orang-orang yang berjasa pada dirinya dan ayahnya saat dia di penjara dulu.
Sebagai contoh saat dirinya menyamar sebagai pegawai dari suatu firma yang membeli semua hutang Morrel―mantan atasannya dulu dan memberikan perpanjangan waktu tiga bulan pada Morrel untuk memenuhi kewajibannya. Sampai akhirnya Morrel bangkit dari keterpurukannya dan berhasil membangun kembali bisnisnya. Tidak hanya itu, Dantes pun memberikan mas kawin yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya oleh putri Morrel.
Dengan harta karun yang dia temukan di Pulau Monte Cristo, dia menjadi kaya raya dan juga berkuasa. Berbekal semua ini lah, satu per satu dendamnya, dia balaskan. Adapun perjalanan kisahnya sampai seorang Edmond Dantes menjadi Count of Monte Cristo ini pun sungguh luar biasa. Dantes telah membuat rencana yang terinci dan cermat hingga hal-hal kecil, yang menghasilkan rencana pembalasan dendam yang sempurna.
Ada satu kata bijak yang mau tidak mau saya setuju dengan kata-kata tersebut.
“...tidak ada kebahagiaan atau ketidak bahagiaan di dunia ini, yang ada hanyalah perbandingan dari satu keadaan dengan yang lain. Hanya seseorang yang merasa putus asa benar mampu merasakan berkat paling tinggi...”.
Monte Cristo adalah sebuah pulau kecil di Italia yang terletak di tengah perjalanan antara Corsica dan Italia Daratan: selatan Elba dan barat Giglio. (Gambar P.Monte Cristo ultimateitaly.com)
The Count of Monte Cristo awalnya diterbitkan dalam Journal des Débats pada 28 Agustus 1844 hingga 15 Januari 1846. Diterbitkan pertama kali di Paris oleh Pétion dalam 18 volume (1844-1845) dan versi lengkap novel ini dalam bahasa Perancis diterbitkan sepanjang abad kesembilan belas.
Novel ini pun sudah diadaptasi ke dalam film dalam berbagai macam versi. Dari mulai serial televisi hingga film layar lebar.
Alexandre Dumas, pére (senior) terlahir dengan nama lengkap Dumas Davy de la Pailleterie, lahir di Villes-Cotteréts pada 24 Juli 1802 dan meninggal di Puys pada 5 Desember 1870 dalam usia 68 tahun karena stroke. Dia adalah penulis berkebangsaan Perancis paling terkenal abad 19, dikenal dengan novel-novel historisnya yang sarat dengan petualangan. Karyanya yang termasyur, The Three Musketeers dan Te Count of Monte Cristo, yang keduanya ditulis hanya dalam rentang waktu dua tahun (1844-1845). Sebagian besar novelnya, termasuk The Count of Monte Cristo dan Roman D’Artagnan, dibuat beeseri. Selain menulis novel, Dumas pun menulis drama, artikel majalah dan merupakan seorang koresponden yang berpengaruh.
The Count of Monte Cristo merupakan buku yang “seksi” karena bukan hanya tebal tapi hurufnya yang kecil-kecil. Dan bagi saya bintang empat layak untuk diberikan pada buku yang berhasil menggambarkan bahwa perbuatan tidak adil yang diterima seseorang, bisa menghasilkan dendam yang besar.
Tetapi saya merasa kurang puas saat tidak diceritakannya dengan lengkap hal-ikhwal penemuan harta karun di Pulau Monte Cristo itu. Terlalu singkat dan terlalu gampang harta karun itu ditemukan. Seolah-olah harta itu hanya disimpan di suatu tempat yang mudah sekali untuk ditemukan tanpa harus berusaha sangat keras.
Tapi sempat saya dibuat mual dan merinding tatkala saya sampai pada bagian Mozaletta―hukuman yang sangat sadis, di mana orang yang menerima hukuman itu harus rela kepalanya dihantam dengan gada untuk kemudian digorok lehernya dan diinjak-injak perutnya sehingga darah akan mengucur deras pada lubang yang menganga di leher akibat gorokan pisau sang algojo. Sungguh hukuman yang sangat tidak berperikemanusiaan. Tetapi ironisnya sangat dinikmati oleh masyarakat yang menyaksikannya kala itu, bahkan kemudian langsung menggelar pesta karnaval yang meriah, seakan-akan hukuman sadis itu tidak pernah berlangsung.
0 comments:
Post a Comment