Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu hari datanglah seorang pemuda yang sedang mendapat banyak masalah.
Pemuda itu lalu menceritakan semua masalahnya kepada orang tua tersebut, dengan penuh perhatian orang tua yang bijak itu mendengar semua cerita pemuda itu.
Kemudian pak Tua itu mengambil segenggam garam dan meminta pemuda untuk mengambil gelas berisi air. Ditaburkannya garam tersebut ke dalam gelas tadi lalu diaduk secara perlahan.
“ Coba minum ini dan bagaimana rasanya “ kata pak tua tadi.
“ Pahit, pahit sekali “ kata pemuda tadi sambil memuntahkan airnya.
Pak tua itu tersenyum dan mengajak berjalan tamunya ke suatu danau di dalam hutan. Lalu pak tua menaburkan garam ke dalam danau tersebut dan mengaduknya menggunakan potongan dahan.
“ Coba ambil air itu dan minum, bagaimana rasanya “ ujar pak Tua.
“ Wah..segar, tidak terasa garamnya “ ujar pemuda tadi.
Dengan bijak, pak tua itu menepuk punggung pemuda tadi, lalu berkata :
“ Anak muda.. dengarlah, pahitnya kehidupan adalah layaknya segenggam garam ini, tidak kurang tidak lebih. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama dan memang akan tetap sama. Tetapi kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari tempat yang kita miliki. Tempat itu ibaratnya hati kita. “
“ Jadi..pada saat kamu menerima kegagalan dan kepahitan dalam hidup, hanya satu yang dapat kamu lakukan, lapangkanlah dadamu menerima semua itu.
“ Hatimu adalah tempat itu, perasaanmu adalah tempat itu, hatimu adalah tempat menampung segalanya. “
0 comments:
Post a Comment