Di kota Chao-cheng hidup seorang wanita tua. Wanita itu mempunyai seorang anak laki-laki. Pada suatu hari, pemuda itu mendaki bukit dan dimangsa harimau. Sang ibu sangat berduka sehingga tidak ingin hidup lebih lama lagi.
Sambil meratapi anaknya, ia pergi menghadap hakim. Hakim menertawakannya dan mengatakan bahwa ia tidak dapat membantu ibu karena tentu saja tidak ada hukum bagi harimau yang memangsa anaknya. Ibu itu terus memohon, sehingga hakim merasa iba dan berjanji akan memenjarakan sang harimau.
Hakim memerintahkan anak buahnya untuk menangkap harimau. Salah seorang dari mereka, Li Neng yang saat itu sedang mabuk, menyanggupi perintah itu. Sang ibu pun pulang ke rumahnya.
Ketika Li Neng sadar dari mabuknya, ia menyesal telah menerima perintah untuk menangkap harimau itu. Ia menghadap hakim dan memohon agar perintah itu dicabut.
“Li Neng,” kata hakim, “kau telah menyatakan sanggup menangkap harimau itu. Sekarang kau harus melaksanakannya.”
Sebulan lamanya Li Neng mencari harimau itu namun belum juga menemukannya. Li Neng sudah putus asa. Ia takut pada hukuman yang akan diterimanya karena tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Pada suatu hari ia pergi ke sebuah kuil. Ia berlutut dan berdoa sambil menangis.
Tiba-tiba seekor harimau masuk ke dalam kuil. Li Neng ketakutan. Pasti harimau itu akan memangsanya. Namun harimau itu seolah tidak melihatnya, ia duduk di pintu kuil.
“Harimau,” kata Li Neng dengan gemetar, “jika engkau telah memangsa putera ibu tua itu, biarkan aku mengikatmu dengan tali ini.”
Li Neng melemparkan tali jerat kepada harimau dan harimau itu diam saja. Ia menurut ketika Li Neng menuntunnya menghadap hakim.
Hakim mengadili harimau itu.
“Apakah kau memangsa putera wanita tua itu.”
Harimau mengangguk mengiyakan.
“Menurut hukum, pembunuh dijatuhi hukuman mati. Lagi pula wanita tua itu hanya memiliki satu anak laki-laki. Sekarang tak ada lagi yang menghidupinya.”
“Namun, bila kau mau menggantikan anaknya itu, kejahatanmu akan diampuni.”
Harimau mengangguk.
Hakim memerintahkan untuk melepaskan harimau , yang segera pergi ke hutan. Ibu tua sangat marah dan kecewa karena pembunuh anaknya tidak dihukum malah dibebaskan.
Keesokan harinya, ketika ibu tua membuka pintu rumahnya, di depan pintu itu tergeletak seekor rusa. Ibu tua menjual daging dan kulit rusa untuk membeli makanan.
Sejak saat itu harimau selalu membawakan hewan buruan untuk ibu tua. bahkan kadang-kadang ia membawa uang dan barang berharga sehingga ibu tua menjadi kaya. Kehidupannya lebih baik daripada seandainya puteranya sendiri yang merawatnya.
Wanita tua itu menjadi sangat sayang kepada harimau. Harimau sering tidur di teras rumahnya sepanjang hari.
Beberapa tahun kemudian ibu tua meninggal. Harimau meraung sedih.
Tabungan ibu tua itu cukup banyak untuk mengadakan ucapara pemakaman yang mewah. Sanak keluarganya menghadiri pemakaman. Mereka berdiri mengelilingi makam. Tiba-tiba seekor harimau muncul sehingga semua orang lari ketakutan. Ternyata harimau itu hanya ingin memberikan penghormatan terakhir. Ia naik ke atas gundukan tanah makam dan meraung keras, kemudian ia menghilang ke dalam hutan.
Orang-orang di sekitar tempat itu kemudian mendirikan sebuah tugu peringatan untuk menghormati harimau yang setia itu.
Gambar: http://www.picturesof.net/_images_300/A_Tiger_Laying_Down_and_Resting_Royalty_Free_Clipart_Picture_091112-230730-879009.jpg
0 comments:
Post a Comment